Jumat, 13 Juni 2014

SERI DAKWAH SYIAH: Mahasiswa Sunni Indonesia di Iran: Betul, Kami Didoktrin


Ustadz Irfan Hilmi, Lc dalam acara bedah buku “Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syiah di Indonesia” yang dilangsungkan secara diam-diam di Bogor, menyatakan, “Ribuan santri Indonesia yang dikirim ke Iran kerjanya hanya makan, minum, dan tidur. Mereka tidak belajar, melainkan hanya dicuci otak. Sepulang dari sana, mereka menyebarkan paham Syiah dan akan menjadi bom waktu karena bermaksud mendirikan Negara Syiah (di Indonesia).”
Sebagai upaya tabayun, LI berusaha mencari data valid.Pertama, benarkah ada ribuan santri Indonesia di Iran? Menurut Ketua Himpunan Pelajar Indonesia di Iran, Ali Shahab, jumlah pelajar hauzah (pesantren, namun sistem pendidikannya setingkat univesitas, mungkin lebih tepat disebut IAIN-nya Iran) Indonesia saat ini 158 orang, sementara pelajar di universitas umum ada 12 orang. Di tahun-tahun sebelumnya pun, jumlah pelajar Indonesia di Iran memang berkisar di angka 100-200 orang saja. Bahkan dulu pernah hanya di bawah sepuluh orang.
Kedua, benarkah mahasiswa-mahasiswa Indonesia hanya makan, tidur, dan dicuci otaknya? Bila ditanyakan kepada mahasiswa bermazhab Syiah, sudah dipastikan mereka akan menolak keras. Karena itu Liputan Islam mewawancarai mahasiswa Indonesia di Iran penganut mazhab Syafii. Namanya Syarief Hiedayat. Berikut catatan wawancara kami:
LI: Di Indonesia sering beredar kabar bahwa kaum muslimin yang bermazhab Sunni sering dianiaya, ditindas, tidak boleh beribadah hingga dibantai. Benarkah demikian adanya?
SH: Saya akan menjawab sesuai yang saya lihat dan rasakan. Untuk yang saya ketahui dan saya tanyakan kepada masyarakat Iran yang bermazhab Sunni, nampaknya kabar bahwa kaum Sunni tertindas dan dibunuh dan tidak boleh beribadah hanyalah kabar bohong. Mereka ikhlas dan ridho berada di Iran, bahkan mereka selalu bilang bahwa mereka selalu siap mempertahankan revolusi Iran. Mereka juga selalu mempertahankan persatuan Sunni dan Syiah di Iran.
LI: Sudah berapa lama akhi belajar dan menetap di Iran?
SH: Sudah tiga tahun lamanya. Saya belajar di Jami’atul Musthafa Gorgan yang kebanyakan mahasiswanya bermazhab Sunni. Madrasah ini dinamakan Madrasah Taqribi Baina Mazahib, Tidak bisa juga kalau dikatakan Pesantren Sunni, karena ada juga santri yang berrmazhab Syiah, makanya lebih tepat disebut Madrasah Taqribi Baina Mazahib (pesantren pendekatan antar mazhab). Jadi kurang lebih pesantren tersebut adalah upaya dari pemerintah Iran untuk mengeratkan persatuan umat.
LI: Bagaimana dengan kurikulum di pesantren tersebut? Juga para pengajarnya? Apakah mempelajari kedua mazhab?
SH: Iya tepat sekali. Setiap mata kuliah sudah dibentuk dalam sebuah diktat yang benar-benar pendekatan, misalnya mata kuliah aqidah setiap masalah aqidah dibahas menurut berbagai mazhab; penyampaiannya pun dengan sangat menghargai mazhab atau tidak merendahkan satu mazhab tertentu. Pengajarnya ada yang bermazhab Syiah dan ada juga yang bermazhab Sunni. Kami mempelajari berbagai mazhab di sini. Dan madrasah ini ternyata mampu membuktikan bahwa Sunni dan Syiah bisa bersatu.
LI: Jurusan apa yang akhi ambil di sana, bahasa pengantar sehari-hari apa?Adakah mahasiswa Indonesia lainnya di pesantren tersebut?
SH: Saya belum ambil jurusan. Harus lewati 80 SKS dulu, baru bisa ambil jurusan. Bahasa yang digunakan bahasa Persia, dan saat ini, saya satu-satunya mahasiswa Indonesia yang belajar di pesantren ini.
LI: Normalnya perlu waktu berapa lama buat merampungkan 80 SKS?
SH: Kurang lebih perlu 4 semester
LI: Akhi lulusan pesantren/ sekolah umum?
SH: Saya lulusan Pesantren Daarul Uluum 2 Bogor, Jawa Barat.
LI: Jujur saja kami heran, mengapa akhi memilih Iran sebagai tempat untuk melanjutkan studi. Umumnya, bagi penganut mazhab Sunni, mereka akan memilih belajar di Mesir, Suriah, atau Arab Saudi.
SH: Kenapa saya memilih Iran, ada alasan tentunya. Mungkin dulu jika saja ada kesempatan untuk kuliah di Mesir, saya akan memilih Mesir. Namun kesempatan itu ternyata adanya di Iran. Saya bukan orang yang mampu, makanya yang ada dipikiran saya adalah saya tidak boleh berhenti belajar.
Pendaftaran beasiswa ini ditawarkan kepada saya oleh Mudir (direktur) pesantren saya (di Indonesia), dan saya langsung menyetujuinya. Saat itu saya belum tahu kalau Iran adalah negara berpenduduk mayoritas Syiah, setelah saya test untuk mendaftar beasiswa itu, baru saya mengetahuinya.
Ternyata pilihan saya ke Iran adalah pilihan yang tepat. Saya bisa mempelajari 2 mazhab besar dalam Islam secara moderat yang mungkin tidak akan saya dapatkan jika saya meneruskan kuliah di Madinah, Makkah, Mesir atau lainnya.
LI: Apakah pihak Pesantren Daarul Uluum 2 telah mengetahui bahwa Iran adalah negara dengan mayoritas Syiah dan mereka tidak ragu untuk menawarkan beasiswa kepada akhi untuk meneruskan studi di Iran?
SH: Iya, pihak pesantren sudah mengetahuinya. Kyai saya sangat mengenal mazhab Syiah. Beliau, Alhamdulillah bersikap moderat.
LI: Apakah mendapatkan perlakuan diskriminatif dari penduduk di sana karena “berbeda?”
SH: Pada awalnya saya 3 bulan tinggal di Qom, tinggal di Madrasah al-Mahdi untuk mempelajari bahasa Persia. Di sana, saya dan teman saya yang bermazhab Sunni masih kurang mendapatkan kebebasan dalam beribadah sesuai mazhab, kami dulu dipaksa untuk shalat berjamaah dengan cara shalat Syiah. Kami tidak bisa menerima ini. Lalu kami pindah ke Gorgan.
LI: seperti apa sholat berjamaah cara Syiah ini?
 
SH: Orang Syiah kan sholatnya dijamak. Misalnya, setelah sholat Zuhur, dilanjutkan dengan sholat Ashar. Kami tidak ikut sholat Ashar. Lalu disuruh ikut sholat Ashar oleh pihak madrasah. Kami juga sholat bersedekap, lalu disuruh agar tidak bersedekap.
LI: Apakah aturan shalat yang harus ala Syiah merupakan peraturan resmi dari pemerintah atau merupakan kebijakan oknum?
SH: Mereka (pihak Madrasah Al Mahdi) mengungkapkan alasannya adalah untuk menyeragamkan sholat berjamaah biar terlihat indah. Namun, menurut saya itu tidak benar. Toh sekarang kami di sini (Madrasah Gorgan) shalat berjamaah dengan cara mazhab masing-masing bisa terlihat indah dan seragam dengan saling menghormati yang lainnya. Ada yang shalat dengan cara mazhab Hanafi, Jafari, Syafii, dan Maliki. Persatuan Islam sungguh terasa sekali. Ini lebih baik daripada harus menyeragamkan cara shalat.
Saya kurang tahu dari mana asalnya aturan di Madrasah al-Mahdi itu. Tapi di masjid-masjid Iran lainnya, saya tetap shalat dengan cara mazhab Syafii dan tidak ada halangan sama sekali. Saya tidak pernah mendapat gangguan apapun yang dikarenakan cara shalat saya. Bahkan terkadang saya bermakmum kepada mereka dan mereka bermakmum kepada saya.
LI: Akhi pernah ikut shalat Jum’at dengan penduduk yang bermazhab Syiah? Yang menurut informasi hanya diselenggarakan di satu tempat dalam sebuah kota? Atau membentuk jamaah sendiri?
SH: Iya, di Iran, shalat Jum’at satu kota hanya dilangsungkan di satu tempat, ini sebenarnya pendapat Mazhab Ja’fari dan mazhab Syafii. Saya pernah shalat Jum’at bersama muslim Syiah. Namun juga sering membuat jamaah sendiri di pesantren.
LI: Akhi pernah berjumpa dengan Rahbar?
SH: Belum pernah. Cuma pernah melihat ceramahnya waktu di Mashad, kalau berjumpa langsung belum pernah.
LI: Walau belum pernah berjumpa, bagaimana kesan akhi terhadap beliau?
SH: Saya kadang takjub. Sebagaimana yang lainnya, saya sangat menyukai beliau. Dari segala tuturnya sebagai pimpinan tertinggi cukup untuk dijadikan uswah buat umat. Seorang ulama ternyata mampu memimpin sebuah bangsa yang yang terus-menerus mengalami perkembangan.
LI: Lalu bagaimana pandangan akhi terhadap sistem pemerintahan di Iran yang kekuasaan tertinggi ada di tangan seorang ulama, tidak seperti negara kebanyakan yang menganut system sekuler – memisahkan antara pemerintahan dengan keagamaan?
SH: Jujur saya lebih menyukai model pemerintahan di Iran.
LI: Pernah ada tuduhan seperti ini: pelajar Indonesia yang ke Iran kerjanya hanya makan, tidur dan dicuci otak, benar demikian?
SH: Yah makan dan tidur kan memang kegiatan sehari-hari, hanya saja tujuan kami di sini adalah belajar; jadi seharusnya belajar juga dimasukkantuh ke dalam tuduhan tersebut. :D
Kalau dicuci otak, bagus dong. Otak kita jadinya bersih, hehehe. :D
LI: Di Indonesia, ada seorang ustadz yang menyatakan bahwa pemerintah Iran memberi beasiswa kepada orang-orang Indonesia untuk belajar di Iran, lalu di sana mereka cuma makan dan tidur, tidak belajar, hanya didoktrin, lalu kembali ke Indonesia untuk mendirikan negara Syiah Indonesia. Bagaimana dengan tudingan ini?
SH: Wah wah wah, siapa nama ustadnya yang berkata demikian? Memang kami di sini diberikan fasilitas yang luar biasa. Dan tentunya harus dikembalikan lagi kepada pribadi masing-masing orang, bagaimana dia menggunakan fasilitas ini? Mau digunakan untuk belajar? Atau hanya digunakan untuk bersenang-senang?
Benar bahwa saya didoktrin di sini: didoktrin untuk saling menghargai sesama muslim baik Sunni maupun Syiah. :D
LI: Namanya Ustadz Irfan Hilmi. Di tempat akhi menuntut ilmu, dari mana saja para siswanya berasal?
SH: Yang belajar di sini adalah para pelajar lintas negara dan benua. Ada yang dari Tajikistan, Afganistan, Kirgizystan, Uzbekistan, China, Pantai Gading, Ethiopia, Somalia, Qomor, Tunisia dan Mali.
LI: Baik, terimakasih banyak atas kesediaan akhi kami wawancarai. Semoga hasil wawancara ini bermanfaat bagi terjalinnya ukhuwah di Indonesia.
SH: Sama-sama, aamiin. 
SUMBER: situs syiah >>>> LiputanIslam.com)

Senin, 02 Juni 2014

Orang Yang Termasuk Paling bertanggungjawab Adanya Syiah di Indonesia : Ust. Husein Al-Habsyi



Ustadz Husein Al-Habsyi lahir di Surabaya pada tanggal, 21 April 1921 M. Pada usia yang masih belia  beliau sudah harus berjuang sendiri karena wafatnya orang tuanya. Adapun Ayah beliau, Sayid Abu Bakar Al-Habsyi yang mempunyai garis keturunan dengan Sayid Ali Al-‘Uraidy putra Imam Ja’far Shodiq a.s. Selanjutnya beliau  diasuh, dididik dan ditempa oleh pamannya yang ‘Alim dan wara’, yakni Ustadz Muhammad Baraja’. Dan dari sinilah kemudian ilmu dan wawasanya berkembang.
Berawal dari pendidikan  dasar di Madrasah Al-Khairiyah; sebuah lembaga pendidikan  diniah tertua di Surabaya. Pada umurnya 10 tahun beliau sudah aktif mengikuti pengajian rutin yang membahas masalah-masalah fiqih, tauhid dan lainnya. kemudian pada usia 12  tahun beliau sudah mampu membaca kitab-kitab Berbahasa Arab.
Setelah lulus akhirnya mengajar di madrasah Al-Khoiriyah, bersama kakaknya, Ustaz Ali Al-Habsyi yang kemudian bersama-sama hijrah ke Pinang Malaysia. Beliau juga pernah berguru kepada;Ustadz Abdul Qadir Balfaqih  (seorang ulama besar dan ahli hadis), Syeh Muhammad Robah Hassuna (seorang ulama dari Qolili, Palestina yang berkhidmat mengajar di madrasah Al Khairiyah), Al-Habib Alwi bin Thahir Al-Haddad (seorang ulama besar dan terkenal dengan analisa-analisa yang sangat dalam, beliau adalah mufti kerajaan Johor Baru, Malaysia dimasanya), Assayid Muhammad Muntasir Al-Kattani (Ulama’ Maghribi, Maroko) dll.
 Di Johor  beliau juga mengajar di madrasah Al –Aththas dalam kurun waktu yang cukup lama, sehingga murid beliau banyak tarsebar di berbagai daerah di Malaysia, dan tidak sedikit pula yang di kemudian hari menjadi ulama dan tokoh penting negeri jiran tersebut.
Setelah beberapa lama tinggal di Malaysia beliau menikah dengan putri pamannya yang bernama Fatimah binti Abdurrahman Al-Habsyi, dan setelah dikaruniahi beberapa putra karena terjadi berbagai peristiwa politik semasa penjajahan Inggris atas semenanjung Malaysia akhirnya dengan sangat terpaksa beliau meninggalkan negeri tersebut dan kembali ke kampung halamannya di Surabaya.
Sepulang dari Malaysia, Ustadz Husein Al-Habsyi memulai aktifitas dakwah dan banyak berkecimpung di dunia politik. Dalam menapaki jenjang karirnya, beliau sempat menduduki kepengurusan teras bersama DR. M. Natsir dalam Partai Syuro Muslimin Indonesia. Bahkan beliau terpilih sebagai Ketua Komisi  Hak Asasi Manusia.
Sekian lama setelah beliau tidak aktif dalam partai, Ustadz Husein mulai berfikir bahwa perjuangan Islam lebih “absah” melalui pendidikan agama bukan “politik praktis”. Dalam pikirannya terbersit keinginan untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan Islam.
Sikap beliau yang anti “Barat” dan “Sekularisme” mendorongnya untuk menerapkan sistem pendidikan  dan peraturan yang sangat ketat bagi santri. Ustadz Husein semakin mantap dengan metode pendidikan yang   diterapkan.
Pada tahun 1971 beliau mendirikan Pondok Pesantren di kota Bondowoso Jatim. Keberadaan beliau di Bondowoso sangat menguntungkan bagi perkembangan pendidikan masyarakat di sekitarnya, karena sebagai orator ulung dan ulama’, beliau mampu menjelaskan ajaran Islam dengan baik dan memikat pendengarnya.  Setelah dari Bondowoso, karena berbagai hal, akhirnya  beliau hijrah dan mendirikan  Yayasan Pesantren Islam  ( YAPI ) Bangil. Kemudian perkembangan demi perkembangan - disamping karena bertambahnya murid yang cukup banyak - akhirmya  membuka Pesantren-Putra di Kenep-Beji, Pesantren-Putri dan T.K di Kota Bangil.
Dari kehidupan beliau, hampir seluruh waktu, tenaga dan pikirannya beliau tercurah untuk kemajuan para santri. Selain mengawasi jalannya seluruh perkembangan yang terjadi di Pesantren, beliau juga terjun langsung   ke bawah mengajar para santri dalam berbagai disiplin ilmu seperti; Bahasa Arab, Ushul Fiqh, Tafsir, Tauiyah dan lain-lain, sehingga metodenya mampu membuahkan hasil yang luar biasa bagi anak didiknya. Hal tersebut juga terlihat dari alumni-alumni yang mampu tampil sebagai tokoh masyarakat di daerahnya masing-masing. Selain  mereka juga dapat dengan mudah melanjutkan pendidikan di berbagai pendidikan tinggi di luar negeri seperti; Mesir, Pakistan, India, Qatar, Saudi Arabiyah dan negara-negara timur tengah lainnya.
Dalam ceramahnya ustadz Husein Al-Habsyi; baik dihadapan santri maupun di hadapan kaum muslimin  dalam mimbar Jum’at, Idlul Fitri, Idul Adha dan kesempatan-kesempatan lain selalu menekankan akan pentingnya persatuan kaum muslimin, toleransi antar madzhab, memberikan kebebasan berfikir (khususnya bagi para santrinya), sehingga mereka tidak mudah dikotak-kotakkan oleh faham-faham/ aliran-aliran yang sempit.
Dengan aplikasi gagasan-gagasannya, beliau telah mampu menciptakan era baru dalam pemikiran kaum muslimin yang lebih mengedepankan kepentingan-kepentingan Islam di atas kepentingan-kepentingan madzhab atau kelompok. Hal ini terbukti sebagaimana buah hasil didikan beliau pada santri-santrinya yang sekarang tersebar di berbagai belahan bumi Nusantara. Di mana mereka menjadi motor keterbukaan pemikiran dan asatidzah lintas madzhab yang tidak dipersempit oleh pemikiran tertentu yang cupet.
Untuk tujuan yang sama juga, Ustadz Husein Al-Habsyi telah meluangkan waktu-waktunya yang sangat padat dan berharga, untuk mengadakan safari da’wah, menyisir daerah-daerah terpencil kaum muslimin seperti Sorong, pedalaman Ambon, beberapa daerah di Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera, bahkan di masa akhir hayatnya beliau juga menyempatkan pergi ke  negeri Jiran demi meniupkan ruh keterbukaan dan semangat da’wah Islam.
Beliau juga seringkali menghadiri berbagai seminar dan konfrensi- baik di dalam maupun di luar negeri - membahas berbagai masalah fondamental dan urgen umat Islam seperti seminar pendekatan Sunnah – Syi’ah di Kuala Lumpur Malaysia dll. Dan demi menegakkan dakwah Islam, tidak jarang beliau menghadapi berbagai gangguan, teror dan kesulitan-kesulitan yang dilakukan baik oleh kalangan ulama’ yang sempit wawasanya, kaum awam yang terprofokasi oleh isu-isu menyesatkan maupun oleh penguasa.
Fitnah demi fitnah dilontarkan oleh pihak-pihak yang tidak menyukai beliau dan misi Islam yang sedang beliau perjuangkan. Sehingga tidak jarang beliau harus berhadapan dengan penguasa pada zaman itu sampai dijebloskan ke dalam penjara. Namun semua itu beliau hadapi dengan penuh kesabaran, ketabahan dan ruh tawakkal yang luar biasa. Bahkan dengan lapang dada dan hati yang tulus, beliau memaafkan mereka yang karena kejahilan dan ketidaktahuan akan misi Islam yang murni telah melakukan hal-hal yang menyulitkan dan menggangu beliau.
Setelah beliau berpuluh-puluh tahun mengabdikan diri demi Islam dalam dunia pendidikan dan dakwah, beliau memenuhi panggilan Ilahi ke alam Baqa’ pada  hari Jum’at 2 Sya’ban 1414/ 14 Januari 1994  dirumah beliau Jl. Lumba-lumba Bangil.  Sementara itu ribuan para pentakziah larut dalam duka dan dengan khusyu’ turut mengiringi jenazah beliau   dari rumah duka ke Masjid Jamik Bangil untuk di shalatkan , kemudian menghantar ke pemakaman. Dan beliau dimakamkan  pada hari Sabtu 3 Sya’ban 1414/15 Januari 1994 di belakang Masjid Tsaqalain yang terletak di komplek Pesantren Putra “Al-Ma’hadul Islami” YAPI, Desa Kenep Beji Pasuruan.
Semoga Allah merahmati dan mengumpulkan beliau bersama orang-orang suci yang beliau cintai, Amin
sumber : situs resmi YAPI

SERI SEKOLAH SYIAH: Profil Singkat YAPI Bangil



YAPI Bangil didirikan pada tanggal 21 Juni 1976 oleh Al-Marhum Ustadz Husein bin Abu Bakar Al-Habsyi. Sebagai lembaga dakwah dan pendidikan, YAPI berkiprah dalam pengelolaan lahan-lahan pendidikan keagamaan yang bertujuan mencetak para santri yang diharapkan mampu menjadi cikal bakal bagi sumber daya manusia masa depan yang tangguh serta mampu menyikapi berbagai masalah secara arif. Untuk itu YAPI  membuka beberapa lembaga pendidikan;
  1. Pesantren Putra membawahi SMP Plus, SMA Plus, Madrasah Diniyah dan Hawzah Ilmiyah (Takhasus). 
  2. Pesantren Putri juga membawahi SMP Plus SMA Plus, Madrasah Diniyah dan Hawzah Ilmiyah (Takhasus).
Demi meraih tujuan-tujuannya, YAPI merasa berkewajiban menyediakan berbagai sarana dan prasarana pendidikan yang dianggap perlu dan sesuai dengan lingkup kegiatannya. Kurikulum dan aktifitas Pesantren di rancang sesuai dengan kebutuhan para santri dalam membina dirinya menjadi pribadi muslim berkeyakinan lurus (benar) dan sadar akan kewajiban-kewajibannya, baik hubungan dengan Tuhan maupun antar sesamanya, serta memiliki kapasitas keilmuan yang memadai terutama ilmu-ilmu keislaman, sebagai dasar pijakan dalam menyikapi problema kehidupan secara proporsional.

Sebagai lembaga pendidikan yang profesional, pada mulanya YAPI  hanya mengacu pada pendidikan keagamaan murni, kemudian melangkah menjadi pendidikan terpadu. Pola pendidikan ini menyajikan program pensantren dan program umum dengan formulasi yang berimbang. Dengan demikian maka para santri akan lebih leluasa untuk menekuni disiplin ilmu yang mereka harapkan dengan tidak merasa khawatir akan kelanjutan pendidikan seusai mereka menyelesaikan studinya di YAPI.
Dengan pertimbangan yang matang dan kajian yang dalam, maka YAPI pada tahun pelajaran 1997-1998 mengadakan perombakan program pendidikan. Yaitu membuka pendidikan Madrasaha Diniyah yang  mengedepankan kurikulum Pesantren, SMP/SMA yang menyajikan kurikulum Dekdikbud dan kurikulum Pesantren.

PESANTREN PUTRA – PUTRA  “AL-MA’HADUL ISLAMI”
Pesantren-Putra  “Al-Ma’hadul Islami”  berada di  desa  Gunung Sari (Kenep) tepatnya antara Bangil -  Pandaan (  +  40 Km  ) dari kota Surabaya. Sebuah desa yang bebas dari kebisingan dan hiruk pikuk  ini, mudah dijangkau baik dari arah kota Pandaan maupun  kota Bangil. Pesantren Putra dengan tempat yang asri ini bisa menampung  + empat ratus lebih santri, sangat edial bagi pencinta ilmu pengetahuan, karena disamping letaknya sangat strategis juga asri sehingga para santri tidak merasa jemu ketika mereka belajar dan menempuh studinya.
Pesantren Putri “Al-Ma’hadul Islami” berada di kota Bangil, persisnya berada di arah utara alun-alun kota Bangil. Keberadaannya yang stategis ini sangat memudahkan untuk dijangkau dari segala arah. Meskipun letaknya berada di jantung kota, namun sangat menyenangkan untuk belajar, karena tata letaknya yang asri juga di kelilingi tembok pengaman, sehingga para santriwati bisa belajar dengan tenang dan aman.
Sekolah Pertama Pertama dan  Sekolah Menengah Atas 
Dalam lembaga ini peserta didik dibekali dengan ilmu-ilmu keagamaan dan umum. Jumlah jam pelajaran yang diberlakukan di sekolah  dari pukul 07.00 sampai pukul 09.15 untuk pelajaran Agama, dan 09.30 sampai dengan 15.00 untuk pelajaran umum. Dengan mengkombinasikan pelajaran umum dan agama, diharapkan anak akan mampu memiliki wawasan  umum dan Agama yang memadai.
Materi-materi keagamaan yang dipelajari di SMP/SMA “Al-Ma’hadul Islami”  meliputi; Al-Quran, Bhs. Arab, Nahwu/ Shorof, Aqidah, Fiqih, Tafsir, Sirah/ sejarah, Mantiq/ logika dll. Sedangkan materi-materi umum, mengikuti korikulum MENDIKNAS (Fisika, Kimia, Biologi-IPA, Antropologi, Sosiologi, Geografi, Ekonomi untuk IPS, Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dll).
MADRASAH DINIYAH
Program-program Madrasah Diniah
Program diniah, yaitu program pendidikan yang diperuntukan bagi para siswa-siswa yang juga aktif belajar pendidikan umum. Disamping pelajaran-pelajaran umum, para siswa-siswi SMP dan SMA Al-Maha'dul Islami juga diberikan bekal materi-materi agama. Program ini terdiri dari tiga tingkatan, yaitu tingkat Mutawasit, tingkat Tsanawi, dan Tamhidi yang masing-masing ditempuh selama enam semester atau tiga tahun pelajaran.
a. Mutawasit
Tingkat Mutawasit diperuntukan bagi siswa yang baru lulus dari SD dan belum memiliki dasar-dasar keagamaan dan bahasa Arab. Dalam kurikulum keagamaan dan bahasa Arab, tingkat Mutawasit al-Ma'hadul al-islami jelas lebih tinggi dari tingkat Tsanawiyah, bahkan setara dengan Aliyah di sekolah-sekolah lain. Di tingkat ini, para siswa diberikan materi bahasa arab dasar dari semester pertama sampai semester akhir (semester enam). Para siswa diajarkan sedemikian rupa agar mampu menguasai bahasa, baik secara pasif maupun aktif. 
b. Tsanawi
Setelah lulus dari Mutawasit, siswa dapat mengikuti pelajaran di tingkat Tsanawi secara lebih mendalam lagi sebagai kelanjutan dari materi agama yang sudah diperoleh di tingkat sebelumnya. Di tingkat Tsanawi, materi bahasa arab dan keagamaan semakin diperdalam lagi.  Bagi alumnus Tsanawi yang ingin melanjutkan pendidikan di sekolah tinggi, ilmu agama yang sudah didapatkan juga sangat bermanfaat sebagai dasar pembentukan kepribadian yang religius sekaligus mengerti bidang keilmuan lain.
c. Tamhidi
Untuk siswa baru yang masuk sekolah SMA Al-Ma'hadul Islami yang tidak pernah mengikuti pendidikan Mutawasit Al-Ma'hadul Islami, Madrasah Diniah menyiapkan program pendidikan yang lebih padat, yang disebut dengan kelas Tamhidi. Kelas Tamhidi dikhususkan bagi lulusan SMP luar yang belum memiliki atau minim pengatehuan keagamaannya. Dengan program Tamhidi ini, mereka diusahakan dapat menguasai bahasa Arab dan materi-materi agama semaksimal mungkin agar setelah lulus memiliki wawasan keagamaan, penguasaan bahasa Arab sebagai alat untuk mendalami agama lebih lanjut.

Program Hauzah
Lembaga ini dikhususkan bagi santri ( putra-putri) yang hanya ingin mendalami materi-materi Agama secara lebih khusus dan mendalam sebagai bidang spesialisasinya. Program spesialisasi ini sendiri diperuntukkan bagi santri yang tidak bergabung di program umum SMP/SMA.
Pendidikan Hawzah ini memberikan peluang kepada siswa yang berminat mengembangkan wawasan keislaman dengan metode komparatif dan kritis secara lebih mendalam.
Sistem pembelajaran di Hawzah menitik beratkan pada pendalaman materi-materi keislaman melalui pengkajian kitab-kitab yang refresentatif. Setiap hari siswa akan mulai dimulai dari jam 07.00 sd 13.00. 
Disamping materi pokok ada materi tambahan yang disampaikan di hari kamis dan malam hari. Di sore hari siswa diharuskan mengikuti program mubahasah/diskusi. Setiap siswa diwajibkan menyelesaikan studinya di Hawzah selama 4 tahun yang dibagi dalam 8 semester dengan program studi.

Program Ekstra Kurikuler Pesantren Putra
Disamping program-program Ektra yang diadakan oleh Sekolah, Pesantren juga mengadakan berbagai program Ekstrakulikuler. Program ini dibimbing langsung oleh Para Ustadz dan Guru yang mumpuni dibidangnya dan dilaksanakan diluar jam pelajaran formal. Program Ekstrakulikuler tersebut meliputi:
  1. Kajian Intensif Ilmu-ilmu Al-Quran
  2. Pelatihan Intensif Fiqih Peribadatan
  3. Khotbah Bhs. Indonesia, Bhs. Arab dan Bhs. Inggris
  4. Hadrah dan Kaligrafi
  5. Qiro’ah
  6. Beladiri
  7. Pelatihan Dakwah  
  8. Olah raga; Futsal, Basket, Bulu Tangkis.
  9. Dan lain-lain
Aktifitas Santri Putra Ba'da Maghrib
 Sabtu   :   Membaca Yasin & Muhadharah Ilmiah
Ahad    :   Membaca Yasin &Maulid Habsyi/ Diba’
Senin   :   Membaca Yasin &Tarqiyah Arabiyah
Selasa  :  Membaca Yasin & Tawasul
Rabu   :  Membaca Yasin & Ratib Hadad & Tahlil
Kamis  :  Membaca Yasin & Kumail
Jum’at :   Membaca Yasin & Qosidah/ Seni Hadrah
 Catatan: 
- 15 menit sebelum melaksanakan sholat Maqrib, para santri membaca Al-Qur’an bersama- sama di masjid
- Setiap hari Jum’at seusai sholat shubuh , para santri bersama-sama mengadakan Mushafahah   dan membaca Al-Quran, kemudian berziarah ke makam Al-Marhum Ust. Husein  bin Abu Bakar Al-Habsyi.
 Asrama Putra
Keasramaan yang termasuk bagian yang tidak bisa dipisahkan dari keberadaan Pesantren Putra, merupakan tempat bermukimnya para santri. Asrama yang terdiri dari kamar-kamar  dan dilengkapi dengan  tempat tidur pada hakekatnya membawa kenyamanan dan keamanan  tersendiri bagi santri yang jauh dari orang tua. Asrama merupakan sarana yang penting untuk membina dan mendidik para  santri, oleh sebab itu Pesantren menugaskan pengurus khusus guna menangani keasramaan.
Di samping itu, Pesantren juga telah menugaskan dua guru pembimbing yang dikhususkan menangani dan mengawasi  setiap blok kamar. Mereka bertanggung jawab terhadap aktfitas belajar para santri di Asrama,.
Pengurus Asrama akan menangani  berbagai hal yang berhubungan dengan keperluan para santri; mulai dari kesehatan, makan-minum, sholat berjamaah, sampai bangun dan tidurnya  santri. Pengurus keasramaan  bertanggung jawab atas kesejahteraan setiap santri  selama berada di Asrama. Kemudian dalam melaksanakan tugas-tugas keasramaan ini,  Kepala Asrama di bantu oleh para anggota ISMI.
 Asrama Putri
Asrama merupakan tempat yang paling penting  guna membina dan mendidik para santriwati dan tempat bermukimnya selama mereka belajar di Pesantren. Untuk itu Pesantren memberikan perhatian tersendiri dengan selalu mengupayakan untuk melengkapi segala sarana dan prasarananya demi kenyamanan  santriwati yang tengah menuntut ilmu.  Demi tujuan tersebut juga Pesantren menugaskan Pengurus Khusus yang menangani Keasramaan.
Pengurus Asrama mempunyai wewenang dalam menangani berbagai hal yang berhubungan langusng dengan kepentingan para santriwati seperti; kesehatan, makan, minum, sholat berjamaah, Ekstrakulikuler bahkan bangun dan tidurnya para santri. Pengurus Asrama bertanggung jawab atas kenyamanan dan kesejahteraan para santriwati selama mereka berada di Asrama. Dan untuk hal tesebut di asrama telah disediakan beberapa kamar dengan ranjang, kasur dan bantal, disamping dilengkapi pula dengan berbagai sarana seperti ruang makan, kamar mandi yang memadai dan tidak jauh dari kamar mereka. Setiap 10 santri dibimbing dan diawasi oleh seorang guru khusus yang bertugas membimbing mereka baik dalam belajar maupun dalam aktifitas lainnya.
Selanjutnya Pengurus Asrama menjalankan berbagai tugas keasramaan dibantu oleh ISPI (Ikatan Santri Putri YAPI). ISPI merupakan sebuah organisasi kesiswaan yang berada di bawah kendali Pengurus Asrama dan mempunyai wewenang untuk mengkoodinir aktfitas santri di luar jam pelajaran, sedangkan para anggotanya terdiri dari para santriwati senior.

Program Ekstrakurikuler Pesantren Putri
Guna meningkatkan kemampuan santriwati, Pesantren Putri mengadakan berbagai program-program Ekstrakulikuler. Program ini dibimbing langsung oleh bagian Keasramaan yang meliputi:


  1. Kajian Intensif Ilmu-ilmu Al-Quran
  2. Pelatihan Intensif Fiqih Peribadatan
  3. Khotbah Bhs. Indonesia dan Bhs. Arab 
  4. Qiro’ah
  5. Pelatihan Dakwah
  6. Tata Boga
  7. Menjahit
  8. Dan lain-lain
Sumber : situs resmi YAPI bangil.