Minggu, 20 Oktober 2019

Syiah Pringsewu dan Relawan Gandum Sahabat Mengadakan Baksos Bersama


Syiah Pringsewu, Lampung bersama Gandum Sahabat mengadakan kegiatan berbagi sembako di Lampung, 25 Agustus 2019.

Sekretaris DPD ABI, ormas syiah cabang Pringsewu dan Team Relawan Gandum Sahabat akan bersama-sama membagikan beras kepada fakir miskin dan janda tua dalam rangka silaturrahmi sekaligus berkhidmat kepada masyarakat.
Andi Aprinaldi mengatakan, kali ini ada beberapa daerah yang dalam list menerima beras yaitu: Pajaresuk, Padang bulan, Padang Suryo, Gumukrajin, Tambahsari, Wonosiri.

“Untuk bulan ini tercatat 20 warga dari 6 desa yang masing-masing telah menerima bantuan 10 Kg beras dari kita”. Papar Andi selaku ketua syiah Pringsewu.




Andi kembali menuturkan bahwa kegiatan ini dilakukan setiap Minggu terakhir pada tiap bulan nya. “InsyaAllah kegiatan ini akan dilakukan kembali tepatnya diakhir bulan September.” Tambahnya.

“Semoga apa yang kami lakukan ini dalam rangka mengikuti Rasulullah Saw dan Ahlul Baitnya serta mendapatkan ridha Allah swt.” Pungkasnya.
Sumber : media syiah

Syiah Jateng adakan PTM Angkatan Pertama


Syiah Jawa Tengah mengadakan Pendidikan Tingkat Menengah (PTM) angkatan ke-1 tahun 2019, bertempat di Husainiyyah Almahdi Semarang, Jumat (23/08/2019). Husainiyyah ini adalah satu pusat kegiatan syiah di Jawa Tengah. Untuk kegiatan ritual dalam sekala kecil akan dilakukan di sini. Jika acara bersifat besar dan mendatangkan banyak massa, maka syiah akan menyewa gedung pertemuan atau hotel. 



Nur Kholis selaku ketua syiah Jateng dalam sambutannya mengatakan bahwa hal yang paling mendasar untuk seorang kader (syiah) adalah menjadi kader (syiah) yang baik sehingga bisa melanjutkan ke tingkat selanjutnya.
“Karena PTM adalah kelanjutan dari PTD, agar terus meniti jenjang pengkaderan dan menjadi kader handal di tengah masyarakat,” kata Nur Kholis, salah satu tokoh syiah di Semarang.
Menurutnya, para kader syiah yang ikut PTM adalah para pengurus ABI di daerah masing-masing yang kedepannya menjadi harapan untuk perkembangan syiah yang berperan aktif. “Terimakasih atas terlaksananya PTM kali ini, saya hanya berharap para peserta bisa berperan maksimal dan memaanfaatkan sisa waktu yang ada dari para trainer untuk kemajuan ormas ABI kedepan,” pungkasnya.
Sementara itu, Jawad dari Dewan Pimpinan Pusat ormas syiah ABI saat membuka acara siang hari itu, di awal sambutannya menyampaikan ayat; “Katakanlah (Muhammad), “Terangkanlah kepadaku “jika”sumber air kamu menjadi kering; maka siapa yang akan (memberimu air yang mengalir?” (QS: Al-Mulk:30)
Nabi Muhammad Saw dan Ahlul Baitnya adalah sumber air dan air adalah sumber kehidupan, “Air adalah sesuatu yang sangat berharga di bumi. Air adalah harapan bagi insan, air adalah sumber kehidupan maka ketika mata air mengering maka binasalah manusia,” tuturnya.
Menurutnya, air adalah wujud suci imam Mahdi. Dalam doa Ahad disebutkan bahwa nama-nama Allahlah yang menghidupkan itu. Ketika kita memenuhi panggilan Allah dan RasulNya, berarti kita menghidupkan diri kita karena manusia cenderung kepada kesucian.
“Imam mahdi adalah harapan, dengan adanya harapan maka sesunguhnya manusia senantiasa hidup. Maka Mahdawiyah sebagai ideologi kita merupakan kelebihan kita, agar senantiasa hidup dan berbuat amal baik dalam mengisi penantian,” tambahnya.
Maka seharusnya, lanjutnya, semua kegiatan kita adalah upaya menghidupkan, termasuk kegiatan PTM ini. Kita harus selalu mengaitkan semua gerak kita dengan kehidupan yang menghidupkan.”Yaitu kegiatan yang mendekatkan kita kepada harapan,”
Teruslah berharap akan lutf  dan bantuan Allah agar senantiasa dalam harapan di masa penantian yang penuh berkah ini, pungkasnya. Kita mengetahui bahwa syiah saat ini dalam masa penantian imam Mahdi mereka. Karena imam yang ke 12 bagi mereka sedang bersembunyi dan akan muncul di akhir zaman, menjadi pemimpin mereka dalam mengalahkan musuh-musuh syiah. Banyak kegiatan mereka yang dilakukan adalah dalam rangka penantian imam mereka.
PTM angkatan pertama Jateng itu diikuti oleh tiga puluh kader yang telah mengikuti PTD dan lulus monev. Berasal dari beberapa DPD yang bada di Jawa Tengah, dan berlangsung selama tiga hari, 23-25 Agustus. 
Sumber : media syiah

Syiah Ketapang Bakti Sosial


Kaum syiah Ketapang mengadakan bakti sosial (baksos) berbagi air bersih di Jawi Ketapang, Kalimantan Barat. Selasa 20 Agustus 2019.
Mohrizal Khanafi menuturkan, dalam kegiatan Baksos ini syiah Ketapang bergabung bersama komunitas bakti sosial lintas agama Ketapang, dan Greja GPIB Ketapang. Ini termasuk menjadi ciri syiah, mereka biasanya mengadakan acara bersama dengan kelompok lain agama. Jika bekerja sama dengan kaum muslimin pada umumnya mereka akan mendapat penolakan. Karena akan ketahuan belang aqidahnya. Jika bekerja sama dengan lain agama maka agama lain tidak mengerti tentang konsep aqidah islam yang benar menurut Allah dan Rasul NYa. 


“Kegiatan ini dilakukan dalam rangka menyikapi susahnya masyarakat di desa Sungai Jawi untuk mendapatkan air minum di karenakan musim kemarau panjang.” Ujar Mohrizal Khanafi selaku Ketua syiah Ketapang.
“Dan Air yang dibagikan sebanyak 19.000 liter di 4 titik desa sungai Jawi yaitu: RT 9, Penage, Sungai Nipah dan Segak,” tambahnya.
Mohrizal Khanafi berharap, ada donatur yang bisa membantu untuk membeli air bersih lagi, mengingat masih banyak daerah-daerah lain yang belum dapat pembagian air.
“Kami berharap supaya pemerintah Ketapang hadir dalam rangka menyikapi kemarau panjang terkait susahnya mendapatkan air minum di Ketapang.” Pungkasnya.
Ini bagian dari strategi syiah dalam dakwah. Mereka melakukan kegiatan social. Otomatis masyarakat akan simpati atau setidaknya tidak memusuhi. Mengingat, jika mereka hanya mendakwahkan ajaran syiah saja, masyarakat akan pobi terhadap ajaran syiah. Mengingat sekarang masyarakat sudah tahu bahwa ajaran syiah adalah ajaran yang penuh dengan kebencian dan caci maki. Ajaran sesat yang oleh MUI harus diwaspadai dan oleh MUI Jawa Timur sudah difatwakan sesat.  

Senin, 14 Oktober 2019

HARI RAYA SYIAH, IED GHADIR 1440 H DI JAKARTA


Syiah memiliki hari raya khusus. Tidak sebagaimana umat Islam. Rasulullah SAW telah menetapkan bahwa umat islam memiliki dua hari raya, yaitu Hari Raya Idul Fitri Dan Hari Raya Idul Adha. Namun syiah justru punya hari raya lain.
Hari raya tersebut lebih agung dari pada 2 hari raya pada umat Islam. Kapan itu? 18 Zulhijah adalah hari yang bersejarah dalam syiah, hari ini setelah lebih dari 1400 tahun yang lalu perisatiwa monumental bagi syiah. Hari itu terus dikenang dan diperingati oleh Syiah. Selasa, 20 Agustus 2019 adalah jatuhnya 18 Zulhijah dalam penanggalan Hijriyah, kaum Syiah Jakarta memperingati hari besar Idul Ghadir di Husainiyah Al-Huda, Islamic Cultural Center, pusat kegiatan syiah di Indonesia yang disupport oleh Iran. Penceramahnya pada tahun ini adalah Ustaz Miftah Fauzi Rakhmat, seorang tokoh anak dari pendiri IJABI. 





Ini menjadi strategi syiah, agar perpecahan di kalangan syiah yang sudah terbagi menjadi 2, yaitu syiah local yang dimotori oleh Jalaludin rahmat dan berkiblat ke Libanon, dan syiah keturunan Arab yang berkiblat ke Iran. Perbedaan itu sangat terlihat dalam pelaksanaan ritual-ritual khas syiah. Syiah ijabi misalnya tidak melakukan demo jumat terakhir bulan Ramadan. Dan masih banyak perbedaan yang lainnya. Kalian mengira mereka bersatu, padahal hati mereka terpecah, itulah yang terjadi jika persatuan tidak dilandasi dengan kesatuan akidah sebagaimana yang terjadi pada generasi Rasulullah dan para sahabatnya, radliayallahu ajmain.

Syiah melakukan Sosialisasi Buku Manifesto ABI di Jawa Barat


Syiah mengalami tuduhan anti pancasila. Mengapa? Karena dalam ajaran syiah ada konsep wilayah, yang mana pusat kekuasaan syiah ada pada imam mereka. Sementara ini karena imam mereka sedang bersembunyi maka syiah bersepakat bahwa imam mereka sedang digantikan oleh imam sementara mereka. Imam sementara mereka ada di Iran. Mestinya semua syiah harus tunduk pada imam sementara mereka yaitu imam Khomeini di Iran. Bagaimana dengan syiah yang tidak berada di Iran?
Mereka harus tunduk kepada siapa?




Ini menjadi dilemma bagi syiah di Indonesia. Disisi lain mereka harus tunduk pada pancasila, namun juga harus tunduk pada imam mereka. Makanya mereka pusing dan harus buat bantahan tentang ajaran wilayah mereka. Lahirlah buku manifesto mereka.
Pengurus syiah Wilayah Ahlulbait Indonesia Jawa Barat (DPW ABI JABAR) menyelenggarakan kegiatan Sosialisasi Buku Manifesto ABI sekaligus refleksi menyambut peringatan HUT RI Ke-74 dengan tema “Merawat Kebhinekaan Menjaga Keutuhan Bangsa” di Rumah Makan Sidang Reret Bandung. Senin, 19 Agustus 2019.
Asep, Ketua DPW ABI Jawa Barat menjelaskan: “Tujuan kegiatan ini merupakan sharing ide dan gagasan tentang upaya bersama dalam menguatkan kebhinekaan, mendorong lahirnya generasi baru yang membela kebhinekaan (pluralisme) Indonesia sebagai benteng persatuan dan kesatuan republik.”
“Selain itu, tujuan dari kegiatan ini adalah sosialisasi dan diskusi buku Manifesto ABI sebagai upaya Ormas Ahlulbait Indonesia menumbuhkan toleransi, persatuan serta kebhinekaan,” tutur ketua DPW ABI Jawa Barat.
Turut hadir sebagai narasumber dalam acara ini adalah, Kesbangpol Jawa Barat, Imam Soleh (Budayawan Jawa Barat) dan ustaz Husein Muhammad Alkaff (Dewan Syura ABI).
Sumber : media resmi syiah.

70 MAHASISWA BARU DI KAMPUS SEKOLAH SYIAH JAKARTA


Kampus sebuah sekolah tinggi syiah mengadakan kegiatan untuk mahasiswa baru mereka. Kegiatan Orientasi Pengenalan Akademik dan Kampus(OPAK) bertema “Membuka Pandangan Mahasiswa Baru Tentang Multikultural” yang diikuti tujuh puluh lima peserta(calon mahasiswa/i) dari berbagai kota digelar oleh Badan Eksekutif Mahasiswa(BEM) STFI Sadra di aula Al Mustafa, Selasa(13/08/2019).






Kegiatan OPAK yang akan berlangsung selama lima hari ini memuat berbagai agenda berupa pengenalan kampus dan struktur kepengurusan STFI Sadra, pengenalan organisasi-organisasi yang ada di kampus STFI Sadra, pelatihan-pelatihan seperti pelatihan dasar kepemimpinan, dan pelatihan keorganisasian melalui konsep kebersamaan. Kegiatan ini juga akan diisi dengan game-game kreatif dan seru untuk melatih konsentrasi, kerjasama tim dan meningkatkan kreatifitas siswa.
Penyelenggaraan OPAK merupakan salah satu kegiatan rutin tahunan yang dilakukan kampus STFI Sadra sebagai sarana penyambutan mahasiswa baru dan syarat pengesahan seorang mahasiswa/i sebuah sekolah tinggi atau universitas termasuk STFI Sadra. Hal ini jauh berbeda dengan metode pengenalan kampus ala OSPEK yang sering kali diwarnai aksi perpeloncoan dengan beragam cerita seram terkait perlakuan para senior dan tak jarang menimbulkan kecemasan bagi mahasiswa baru.
Sementara itu, pelaksanaan kegiatan OPAK ini bertujuan untuk membentuk karakter dan menanamkan nilai-nilai moral kepada calon mahasiswa/i STFI Sadra agar dapat beradaptasi dengan kampus baru, mengenalkan mahasiswa mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kampus, menanamkan kehidupan kampus yang tersirat dalam Tri Darma perguruan tinggi kepada mahasiswa baru STFI Sadra, membangun karakter dan jiwa kepemimpinan dalam diri mahasiswa baru dan menjalin silaturahim antar semua mahasiswa khususnya sesama mahasiswa baru.
Semoga berbekal kegiatan OPAK tersebut mahasiswa/i baru dapat mempersiapkan diri untuk menyambut dunia baru perkuliahan.
Sumber : Sadranews

MENGAPA SYIAH DI INDONESIA BISA TETAP EKSIS


Wahyu Iryana, Doktor Sejarah Sunni yang Meneliti Syiah
Ujian promosi doktor yang digelar pada 13 Agustus 2019 adalah momentum berharga bagi sahabat Wahyu Iryana, yang lahir di Jatibarang, 12 Januari 1984. Wahyu Iryana adalah anak seorang petani, dari pasangan Bapak Rasijan dan Ibu Carsinah. Pada 2015 Wahyu Ngangsu kaweruh di program doktoral Ilmu Sejarah UNPAD, Wahyu mampu mempertahankan disertasi tentang gerakan Syiah di Jawa Barat (Abad ke-16 hingga Abad ke-20) dengan nilai sangat memuaskan.






Wahyu menganalisis mengapa gerakan Syiah masih tetap eksis di Indonesia padahal mayoritas masyarakat Indonesia itu adalah Sunni ? Ia juga mengungkapkan bahwa penelitian yang terkait gerakan perkembangan Syiah khususnya di Jawa Barat sangat layak dikaji lebih dalam, terlebih lagi Jawa Barat merupakan penduduk terbanyak di Indonesia. Konsep dakwah Taqiyah yang sudah dijalankan oleh Syiah menjadikan perkembangan gerakan Syiah tidak bisa dideteksi secara jelas sehingga Syiah dengan leluasa mengembangkan gerakannya.
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui perkembangan Syiah di Jawa Barat dari Abad ke-16 hingga abad ke-20. Dampak Revolusi Iran terhadap penyebaran Syiah di Jawa Barat (1979-2001) dan respon institusi dan Ormas Islam terhadap Syiah.
Sedangkan metode penelitian yang digunakan oleh Wahyu adalah metode penelitian sejarah, yaitu penelitian yang mempelajari peristiwa atau kejadian masa lampau berdasarkan jejak-jejak yang dihasilkan, melalui empat tahap yaitu:heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi.
Teori pertama yang digunakan adalah teori konflik yang berasal dari gagasan Lewis A. Coser. Ia berpendapat bahwa konflik merupakan proses yang bersifat instrumental dalam pembentukan, penyatuan, dan pemeliharaan struktur sosial untuk menguatkan. Kedua, teori fungsional dari William F Ogburn untuk menjelaskan perkembangan Syiah. Ketiga, teori challenge and response dari Arnold Joseph Toynbee untuk menjelaskan tanggapan dan respon ormas Islam terhadap Syiah.
Berdasarkan penelitian tersebut Wahyu Iryana menyimpulkan bahwa: pertama, kemunculan komunitas orang-orang yang datang dari Hadhramaut (Yaman) dan Persia ke Nusantara yang beraliran Syiah ditenggarai karena adanya pembantaian oleh Dinasti Muawiyah yang sedang berkuasa saat itu.
Komunitas orang-orang Arab dikenal dengan sebutan orang-orang perahu oleh penduduk Nusantara. Mereka kemudian mendarat di wilayah Maemon, Medan. Sumatra, di Peurlak Aceh, dan mengembangkan jalan dakwah ke pulau Jawa melalui jalur pesisir. Ketika Malaka dikuasai Portugis pada 1511, orang-orang Syiah migrasi ke Pulau Jawa tepatnya ke wilayah kekuasan Kerajaan Demak dan Kesultanan Cirebon. Salah satunya adalah Syech Abdul Djalil, dari murid-murid Syech Abdul Djalil inilah Syiah menyebar ke Jawa Barat. Singkatnya pada 1872 komunitas Arab menyebar ke seluruh daerah di Jawa Barat.
Kedua, Gerakan Revolusi 1979 di Iran telah memberikan angin segar bagi berkembangnya Syiah di Indonesia dan meluas ke Jawa Barat melalui gerakan intelektual kaum muda di kampus-kampus, adanya program beasiswa ke Qom, Iran dan kemunculan organisasi taktis Syiah yaitu IJABI dan ABI.
Ketiga, adanya respon dari institusi pemerintah dan Ormas lain terkait sikap terhadap Syiah adalah bentuk reaksi terhadap berbagai dinamika sosial yang berkembang di Masyarakat. Pro dan kontra terkait Syiah sudah ada sejak awal kemunculan Syiah.
Sejak tahun 2012 sampai sekarang Wahyu Iryana Bekerja di Jurusan Sejarah Peradaban Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Sejak Mahasiswa ia aktif di PMII Jabar, Ansor Kota Bandung dan hingga kini berkhidmat di PWNU Jabar.
Buku yang pernah ditulisnya adalah Fenomena Petani (2012), Kidung Bumi Segandu (2013), Sejarah Pergerakan Nasional (2014), Bersama KH. Zamzami Amin Babakan Cirebon menulis buku Baban Kana: Perang Nasional Kedondong Cirebon 1802-1919 (2015), Roman Sejarah Momi Kyoosyutu (2017). Bersama Supali Kasim menulis kumpulan Cerpen Lelaki yang Tubuhnya Habis di Makan Ikan-ikan Kecil (2017), Kumpulan Puisi Langit Seduwure Langit (2018), dan tulisannya pernah dimuat pada Surat Kabar Pikiran Rakyat dan Republika.
Jurnal yang pernah ditulisnya adalah The Mythology Of Kampung Naga (Community Jurnal of Relegious Studies (BJRS) Al-Albab Jurnal Borneo, 2014), Perjuangan rakyat Cirebon-Indramayu melawan imprialisme (Jurnal Atsaqofah UIN Bandung, 2017), Eksistensi Syiah Mendayung diantara Politik dan Kekuasaan (Proseding 60 tahun Seminar Sejarah se-Indonesia UGM, Ombak 2017 ), Tradition and Leadership in Shia (Proceedings of Internastional Conference on Islam in Sooutheast Asia ( IC-ISEA), 2017), Protes Sosial Petani Indramayu pada Masa Jepang (1942-1945) dan Perjuangan MA. Sentot pada Masa Revolusi Fisik di Indramayu (1945-1949) (Jurnal Patanjala 2016 dan 2018). The Existence of Shia in Indonesia Between Tradition and Power of Government (Jurnal Paramita, 2018).

ACARA SYIAH DI TANGERANG


Pada Hari Senin - Selasa, 05 - 06 Agustus 2019, sebuah lsm syiah, Dana Mustadhafin kembali bekerjasama dengan PT Angkasa Pura 2 dalam Program Bina Lingkungan Sektor Kesehatan berupa pemberian 400 Kacamata Baca Gratis bagi para pelajar SMPN 2 Kota Tangerang dan SMPN 1 Teluknaga Kab. Tangerang.

Ini menunjukkan bahwa dakwah syiah sekarang ini sengaja dibarengkan dengan program-program social kemasyarakatan. Mengingat, jika syiah langsung mendakwahkan ajarannya, maka akan mendapat penolakan masyarakat. Selama syiah hanya membantu masyarakat tanpa ada pamrih dan ada penyebaran dakwah syiah secara terselubung, maka kemungkinan terjadi konflik bisa jadi kecil. Namun jika syiah dibalik bantuannya kepada masyarakat ada unsur dakwah syiah, maka lama kelamaan akan tercium juga.