Rabu, 31 Oktober 2012

Ungkap Bahaya Syiah, MUI dan PWNU Jatim Sambut Baik Buku Albayyinat

GP anshoronline :
Surabaya (GP Ansor Online):  Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jatim menyambut baik atas diterbitkannya buku “Export Revolusi Syiah ke Indonesia” karya Habib Achmad Zein Alkaf.
Pasalnya sejak 1984, MUI Pusat telah merekomendasikan tentang faham atau aliran Syiah yang dipandang mempunyai perbedaan pokok dengan Madzhab Suni (Ahlussunah Wal Jamaah) yang dianut umat Islam Indonesia.
“Mengingat perbedaan pokok yang menyangkut pemerintahan, MUI mengimbau kepada umat Islam meningkatkan kewaspadaan terhadap masuknya faham yang didasarkan atas ajaran Syiah,” tegas Ketua Umum DP MUI Provinsi Jatim KH Abdusshomad Buchori, Minggu (10/1/2010).
Ketua PWNU Jatim KH Moh Hasan Mutawakil Alallah menambahkan, yang disampaikan penulis Habib Achmad lewat bukunya memang benar adanya. Yang menjadi sasaran bukan hanya mengancam aqidah umat Islam yang merupakan mayoritas komponen bangsa ini, melainkan juga konstitusi dan persatuan kesatuan Republik Indonesia (RI).
“Padahal jauh hari sebelum Khumaini dari Iran mengekspor faham Syiah-nya ke Indonesia, pendiri NU KH Hasyim Asyari sudah membentengi kaum nahdliyin dari Syiah. Yakni, menganjurkan agar warga NU berpegang dengan salah satu dari empat Madzhab yang tergabung dalam Ahlussunah Wal Jamaah, yakni Syafii, Maliki, Hanafi dan Hambali,” tuturnya.
Selain ulama, PWNU meminta pemerintah juga turun tangan dalam menangani masalah bahaya Syiah tersebut. Pasalnya, pihaknya tidak menghendaki apa yang ada di Irak atau Iran (permusuhan Syiah dan Suni) juga terjadi di Indonesia. “Ulama di kalangan NU seluruh Jatim diimbau selalu membentengi warganya dari faham yang menyesatkan dan memecah belah umat. Serta, terjebak dalam gerakan fundamentalisme agama,” pungkasnya. [bj]

Surabaya, NU Online :
Yayasan Albayyinat melalui Ketua Bidang Organisasinya Habib Achmad Zein Alkaf meluncurkan karya buku fenomenal ke-14 berjudul "Export Revolusi Syiah ke Indonesia".

Buku ini pada edisi pertama peluncurannya dicetak sebanyak 5 ribu eksemplar. Saat peluncurannya kemarin juga dihadiri ulama besar dari Yaman bernama Habib Umar Bin Hafidz.


Buku setebal 312 halaman ini mengingatkan bahayanya aliran Syiah Imamiyyah Itsna'asyariyyah (Madzhab Ahlul Bait) bagi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Menteri Agama, TNI/Polri, Badan Intelijen Negara (BIN), para ulama NU dan Muhammadiyah dan seluruh umat Islam Indonesia. "Buku ini penting bagi para pejabat dan ulama, agar tidak terpengaruh aliran Syiah," ujarnya kepada
beritajatim.com di kediamannya, Ahad (10/1).

Yayasan Albayyinat adalah organisasi sosial keagamaan bergerak dalam bidang Dakwah Islammiyah berdasarkan Aqidah Ahlussunah Wal Jamaah. Yayasan Albayyinat membantu pemerintah dalam mewaspadai gerakan dan ajaran Syiah (saat ini menggunakan nama samaran Madzhab Ahlul Bait).


Penulis Habib Achmad Zein Alkaf yang kelahiran Kudus, 1 November 1942 juga merupakan anggota Komisi Fatwa MUI Jatim dan anggota Syuriah PWNU Jatim.


"Buku ini membentengi pemerintah, ulama dan umat Islam dari aliran sesat Syiah. Saat ini, banyak tokoh-tokoh NU dan Muhammadiyah yang mulai membela Syiah.


Mereka tidak sadar telah dipengaruhi para pimpinan Syiah dari Iran," kata ulama yang kenal dekat Alm KH Ahmad Asrori Al-Ishaqi (Mursyid Tarekat Qodiriyah wan Naqsabandiyah Jatim dan pengasuh Ponpes Assalafi Al-Fitrah) ini.


Selain aliran Syiah dari Iran, menurut Habib Achmad, aliran sesat lainnya yang wajib diwaspadai adalah Jaringan Islam Liberal (JIL) dari Amerika, Ahmadiyah dari India dan Salafi/Wahabi dari Timur Tengah.


"Jelang Muktamar NU ke-32 di Makasar, kami minta warga NU jangan memilih pemimpin yang berafiliasi dengan Syiah. NU dengan Syiah tidak bisa bekerjasama, karena bagaikan air dengan minyak," imbuhnya.


Apakah siap digugat jika ada pihak yang merasa tidak diterima dengan tulisan di buku ini? "Albayyinat siap digugat dan diajak berdialog. Jika tidak sependapat, silakan menulis saran atau bantahan," tegasnya.


Ketua PWNU Jatim KH Moh Hasan Mutawakil Alallah menyatakan apa yang disampaikan penulis Habib Achmad lewat bukunya memang benar adanya. Yang menjadi sasaran bukan hanya mengancam aqidah umat Islam yang merupakan mayoritas komponen bangsa ini, melainkan juga konstitusi dan persatuan kesatuan Republik Indonesia (RI).


"Padahal jauh hari sebelum Khumaini dari Iran mengekspor faham Syiah-nya ke Indonesia, pendiri NU KH Hasyim Asyari sudah membentengi kaum nahdliyin dari Syiah. Yakni, menganjurkan agar warga NU berpegang dengan salah satu dari empat Madzhab yang tergabung dalam Ahlussunah Wal Jamaah, yakni Syafii, Maliki, Hanafi dan Hambali," tuturnya.


Selain ulama, PWNU meminta pemerintah juga turun tangan dalam menangani masalah bahaya Syiah tersebut. Pasalnya, pihaknya tidak menghendaki apa yang ada di Irak atau Iran (permusuhan Syiah dan Suni) juga terjadi di Indonesia.


"Ulama di kalangan NU seluruh Jatim diimbau selalu membentengi warganya dari faham yang menyesatkan dan memecah belah umat. Serta, terjebak dalam gerakan fundamentalisme agama," pungkasnya. (mad)  


KORANBOGOR.COM,SURABAYA: 
Yayasan Albayyinaat mengeluarkan buku berjudul "Export Revolusi Syiah ke Indonesia" yang berisi tentang bahaya aliran Syiah bagi masyarakat, khususnya umat muslim di Indonesia.

Buku yang ditulis Alhabib Achmad Zein Alkaaf yang menjabat Ketua Bidang Organisasi Yayasan Albayyinaat itu diluncurkan di Surabaya, Minggu, dengan dihadiri ulama asal Hadramaut, Yaman, Alhabib Umar bin Hafid.


Dalam buku setebal 312 halaman itu, Zein mengingatkan bahaya aliran Syiah Imamiyyah Itsna `Asyariyyah (Madzhab Ahlul Bait) bagi seluruh umat Islam di Indonesia.


"Buku ini penting bagi para pejabat dan ulama, agar tidak terpengaruh aliran Syiah," kata Zein mengenai buku yang dalam edisi perdananya itu dicetak sebanyak 5.000 eksemplar.


Yayasan Albayyinat merupakan organisasi sosial keagamaan di bidang dakwah Islammiyah berdasarkan akidah Ahlussunah wal Jamaah. Selama ini Yayasan Albayyinat membantu pemerintah dalam mewaspadai gerakan dan ajaran Syiah.


Sementara Zein hingga saat ini tercatat sebagai anggota Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jatim dan tercatat dalam jajaran Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim.


"Saat ini, banyak tokoh NU dan Muhammadiyah yang mulai membela Syiah. Buku ini dapat membentengi pengaruh Syiah," katanya.


Sementara itu Ketua MUI Jatim, KH Abdusshomad Buchori menyambut baik terbitnya buku berjudul "Export Revolusi Syiah ke Indonesia" karya Achmad Zein Alkaaf itu.


Menurut dia, sejak 1984 MUI telah menyatakan, Syiah memiliki perbedaan pokok dengan mazhab Ahlussunah Wal Jamaah yang dianut mayoritas umat Islam di Indonesia.


"Mengingat perbedaan pokok menyangkut pemerintahan, MUI mengimbau kepada umat Islam meningkatkan kewaspadaan terhadap masuknya faham yang didasarkan atas ajaran Syiah," katanya.


Dukungan atas terbitnya buku itu juga disampaikan Ketua PWNU Jatim, KH Hasan Mutawakil `Alallah. Menurut dia, apa yang disampaikan penulis dalam buku itu memang benar adanya.


"Yang menjadi ancaman bukan hanya akidah Islam, melainkan juga konstitusi dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)," kata pengasuh Pondok Pesantren Zainul Hasan, Genggong, Probolinggo itu.


Menurut dia, KH Hasyim Asy`ari telah membentengi umat muslim Indonesia dari ajaran Syiah dengan mendirikan organisasi NU pada 1926.


"Hingga saat ini warga nahdiyin masih berpegang teguh salah satu dari empat mazhab yang Ahlussunah Wal Jamaah, yakni Syafi`i, Maliki, Hanafi, dan Hambali," katanya.


PWNU meminta pemerintah juga turun tangan dalam menangani masalah bahaya Syiah tersebut untuk menghindari terjadinya pergolakan antarpenganut mazhab di Irak atau Iran merembet ke Indonesia.
(ant


Lewat Buku, Albayyinat Ingatkan Negara Bahaya Syiah

beritajatim.com :
Surabaya (beritajatim.com) - Yayasan Albayyinat melalui Ketua Bidang Organisasinya Habib Achmad Zein Alkaf meluncurkan karya buku fenomenal ke-14 berjudul "Export Revolusi Syiah ke Indonesia".

Buku ini pada edisi pertama peluncurannya dicetak sebanyak 5 ribu eksemplar. Saat peluncurannya kemarin juga dihadiri ulama besar dari Yaman bernama Habib Umar Bin Hafidz.


Buku setebal 312 halaman ini mengingatkan bahayanya aliran Syiah Imamiyyah Itsna'asyariyyah (Madzhab Ahlul Bait) bagi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Menteri Agama, TNI/Polri, Badan Intelijen Negara (BIN), para ulama NU dan Muhammadiyah dan seluruh umat Islam Indonesia. "Buku ini penting bagi para pejabat dan ulama, agar tidak terpengaruh aliran Syiah," ujarnya kepada beritajatim.com di kediamannya, Minggu (10/1/2010).


Yayasan Albayyinat adalah organisasi sosial keagamaan bergerak dalam bidang Dakwah Islammiyah berdasarkan Aqidah Ahlussunah Wal Jamaah. Yayasan Albayyinat membantu pemerintah dalam mewaspadai gerakan dan ajaran Syiah (saat ini menggunakan nama samaran Madzhab Ahlul Bait).


Penulis Habib Achmad Zein Alkaf yang kelahiran Kudus, 1 November 1942 juga merupakan anggota Komisi Fatwa MUI Jatim dan anggota Syuriah PWNU Jatim.

"Buku ini membentengi pemerintah, ulama dan umat Islam dari aliran sesat Syiah. Saat ini, banyak tokoh-tokoh NU dan Muhammadiyah yang mulai membela Syiah.
Mereka tidak sadar telah dipengaruhi para pimpinan Syiah dari Iran," kata ulama yang kenal dekat Alm KH Ahmad Asrori Al-Ishaqi (Mursyid Tarekat Qodiriyah wan Naqsabandiyah Jatim dan pengasuh Ponpes Assalafi Al-Fitrah) ini.

Selain aliran Syiah dari Iran, menurut Habib Achmad, aliran sesat lainnya yang wajib diwaspadai adalah Jaringan Islam Liberal (JIL) dari Amerika, Ahmadiyah dari India dan Salafi/Wahabi dari Timur Tengah.


"Jelang Muktamar NU ke-32 di Makasar, kami minta warga NU jangan memilih pemimpin yang berafiliasi dengan Syiah. NU dengan Syiah tidak bisa bekerjasama, karena bagaikan air dengan minyak," imbuhnya.


Apakah siap digugat jika ada pihak yang merasa tidak diterima dengan tulisan di buku ini? "Albayyinat siap digugat dan diajak berdialog. Jika tidak sependapat, silakan menulis saran atau bantahan," tegasnya.
[tok/ted]


ANTARA News : 
Surabaya (ANTARA News) - Yayasan Albayyinaat mengeluarkan buku berjudul "Export Revolusi Syiah ke Indonesia" yang berisi tentang bahaya aliran Syiah bagi masyarakat, khususnya umat muslim di Indonesia.

Buku yang ditulis Alhabib Achmad Zein Alkaaf yang menjabat Ketua Bidang Organisasi Yayasan Albayyinaat itu diluncurkan di Surabaya, Minggu, dengan dihadiri ulama asal Hadramaut, Yaman, Alhabib Umar bin Hafid.


Dalam buku setebal 312 halaman itu, Zein mengingatkan bahaya aliran Syiah Imamiyyah Itsna `Asyariyyah (Madzhab Ahlul Bait) bagi seluruh umat Islam di Indonesia.


"Buku ini penting bagi para pejabat dan ulama, agar tidak terpengaruh aliran Syiah," kata Zein mengenai buku yang dalam edisi perdananya itu dicetak sebanyak 5.000 eksemplar.


Yayasan Albayyinat merupakan organisasi sosial keagamaan di bidang dakwah Islammiyah berdasarkan akidah Ahlussunah wal Jamaah. Selama ini Yayasan Albayyinat membantu pemerintah dalam mewaspadai gerakan dan ajaran Syiah.


Sementara Zein hingga saat ini tercatat sebagai anggota Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jatim dan tercatat dalam jajaran Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim.


"Saat ini, banyak tokoh NU dan Muhammadiyah yang mulai membela Syiah. Buku ini dapat membentengi pengaruh Syiah," katanya.


Sementara itu Ketua MUI Jatim, KH Abdusshomad Buchori menyambut baik terbitnya buku berjudul "Export Revolusi Syiah ke Indonesia" karya Achmad Zein Alkaaf itu.


Menurut dia, sejak 1984 MUI telah menyatakan, Syiah memiliki perbedaan pokok dengan mazhab Ahlussunah Wal Jamaah yang dianut mayoritas umat Islam di Indonesia.


"Mengingat perbedaan pokok menyangkut pemerintahan, MUI mengimbau kepada umat Islam meningkatkan kewaspadaan terhadap masuknya faham yang didasarkan atas ajaran Syiah," katanya.


Dukungan atas terbitnya buku itu juga disampaikan Ketua PWNU Jatim, KH Hasan Mutawakil `Alallah. Menurut dia, apa yang disampaikan penulis dalam buku itu memang benar adanya.


"Yang menjadi ancaman bukan hanya akidah Islam, melainkan juga konstitusi dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)," kata pengasuh Pondok Pesantren Zainul Hasan, Genggong, Probolinggo itu.


Menurut dia, KH Hasyim Asy`ari telah membentengi umat muslim Indonesia dari ajaran Syiah dengan mendirikan organisasi NU pada 1926.


"Hingga saat ini warga nahdiyin masih berpegang teguh salah satu dari empat mazhab yang Ahlussunah Wal Jamaah, yakni Syafi`i, Maliki, Hanafi, dan Hambali," katanya.


PWNU meminta pemerintah juga turun tangan dalam menangani masalah bahaya Syiah tersebut untuk menghindari terjadinya pergolakan antarpenganut mazhab di Irak atau Iran merembet ke Indonesia.(*)

Senin, 29 Oktober 2012

KAMPANYE SYIAH : Pasundan dan Ijabi sebuah Kearifan Lokal yang merahasia dan unik....

Bandung dengan Pasundannya, atau dengan Pahariangannya memiliki akar sejarah yang kuat. dengan Selat Sundanya, disana ada Selat Sunda Kecil dan Selat Sunda Besar meliputi asia timur, tengah dan selatan...
Disini pula menjadi saksi sejarah untuk catatan dunia dimana Ahlul Bayt dibingkai menjadi Ormas pertama di dunia, oleh allamah ustadz Jalaluddin Rahmat, dengan modal kedekatan beliau bersama alm. Gus Dur... kalaupun ada kemudian yang lainnya.... mungkin atau bisa jadi itu hanya antitesa saja....
Yang jelas IJABI, ibarat bachtera Nuh yang akan membawa siapapun pencinta Ahlul bayt dari madzhab apapun entah itu Sunni ataupun Syiah...
saat org lain, malu malu, dan tiarap Ijabi sudah memberikan statement I'm the First bud not the Best.... krn kadang the best itu relatif menurut standarnya masing masing...
Seraya meminjam nasehat Imam Jakfar Shadiq : "Jadilah engkau penghias kami bukan menjadi pemburuk citra kami,...."
Kearifan Lokal yang dibangun Ijabi adalah, tdk selalu copy paste, tetapi membingkai potensi kearifan lokal dalam koridor Ahlul Bayt.
Lagi lagi para Aimmah berpesan kepada kita : "Jangan ada kebaikan didepan mata kita sebelum kita mengawalinya untuk melakukannya"
dari hikmah yang dituangkan ustadz Jalal, ntah berapa ratus atau ribu atau mungkin juta manusia menemukan hakekat hidupnya, makna hidupnya, kebenaran agamanya dst dst....
dalam pribadinya, menyimpan potensi pemikiran Gus Dur, Cak Nur, Amin Rais, Emha, Taufiq Ismail, bahkan memadukan pemikiran Murtadha Mutahhari dan ali Syariati secara bersamaan.... dan lagi hal yang terlalu jarang adalah beliau juga memadukan pemikiran Imam Khomeini QS, Sayyid Hasan Fadhlullah QS, Sayyid Sistani
yang tidak dilakukan oleh sebahagian dan kebanyakan ulama di negeri ini beliau lakukan....
semoga dg Pasundan dan Hikmah yang selalu bergulir serta mengalir dari ustadz Jalal, dapat membentuk Civilization dan Peradaban yang tercerahkan, seraya do'a kami ALLAHUMMA KATSTSARALLAHU AMTSALAKUM YA USTADZ.....
maqta alallahu fi thuuli hayatikum wa bi barakati ulumikum

Rabu, 24 Oktober 2012

Bukti Bahwa Hizbullah Syiah : Perbandingan Ideologi Hizbullah dan Al-Qaedah

Syaikh Naim Qassem, Wakil Sekretaris Jenderal Hizbullah, suatu kali pernah menegaskan bahwa Hizbullah memiliki model gerakan yang berbeda dengan model-model gerakan Islam lain. Baginya, memasukkan seluruh gerakan Islam dalam satu keranjang tidaklah tepat. Generalisasi sembarangan ini merupakan kesalahan yang perlu segera dihentikan. Bahkan, mencapuradukkan beragam model dan perilaku gerakan Islam dalam satu label generik, menurut Qassem, jelaslah tendensius. Alasannya, tiap gerakan Islam memiliki berbagai kekhususannya sendiri-sendiri. Lebih jauh, beragam gerakan Islam ini dapat dipilah dalam kelompok-kelompok yang memiliki pikiran, pola kerja dan skala prioritas yang saling bertentangan. Pertentangan ini sedemikian jelas bagi semua pemerhati yang serius mendalami ideologi dan strategi masing-masing gerakan Islam ini. Dengan demikian, kinerja tiap model gerakan Islam harus dikaji dan dievaluasi secara terpisah kemudian dibandingkan satu dengan lainnya. Dengan cara ini, publik dan umat dapat menilai dengan kritis manakah di antara beragam gerakan Islam tersebut konsisten dengan prinsip-prinsip dasar Islam yang bersumber pada rahmatan lil ‘alamin.
Usaha sebagian media massa Barat untuk menggeneralisasi seluruh model gerakan Islam, menurut Qassem, sebenarnya bertujuan untuk menimpakan tanggungjawab yang dilakukan oleh salah satu gerakan yang menggunakan nama Islam kepada semua gerakan Islam lainnya. Tujuan politik busuk itu kini tidak lagi efektif, karena tiap gerakan Islam dengan jelas menampakkan perbedaan dan pertentangan di antara seabrek gerakan Islam yang berbeda-beda itu melalui beragam media yang tersedia.
Salah satu dasar perbedaan itu ialah perbedaan dalam memaknai konsep jihad di antara gerakan-gerakan Islam  itu sendiri. Hizbullah, misalnya, memiliki konsep jihad yang defensif dan bersandarkan pada legitimasi moral keagamaan yang kuat, yang secara konsisten diistilahkan dengan muqâwamah (perlawanan, resistence) sebagai ganti dari istilah generik jihad. Penggunaan istilah khas ini bertujuan untuk memisahkan Hizbullah dari ideologi-ideologi gerakan Islam lain yang mengagungkan jihad ofensif (ibtidâi) tanpa dasar-dasar legitimasi moral keagamaan yang kokoh. Hal ini terungkap semakin jelas dengan digunakannya nama al-Muqâwamah al-Islâmiyyah (Perlawanan Islam) pada sayap militer Hizbullah.
Watak defensif dari ideologi jihad Hizbullah semakin tampak jelas melalui tema dan figur utama yang diangkatnya, yakni jihad Imam Husein di hari Asyura yang datang dengan segelintir keluarga dan sahabatnya yang berjumlah tidak lebih dari 72 orang untuk menghadapi ribuan pasukan Yazid di Karbala. Imam Husein menjadi model pengorbanan dan darah yang mengalahkan pedang. Imam Husein mengajarkan prioritas masyarakat di atas individu, betapa pun agung dan suci individu tersebut. Jika perbaikan suatu masyarakat dan penegakan keadilan membutuhkan pada pengorbanan individu atau sekelompok orang, maka individu atau kelompok itu wajib berkorban di jalan tersebut. Meskipun Imam Husein seolah-olah mengalami kekalahan militer di hari Asyura, namun kemenangan abadi justru telah diraihnya dengan gugur sebagai syahid di jalan kebenaran dan keadilan. Tanpa revolusi Imam Husein, maka Islam akan berubah menjadi pemberi stempel pemerintahan imperialis sebagaimana yang terjadi sebelum Islam.
Dalam hampir semua diskursus Hizbullah tentang jihad, semangat perlawanan Asyura itulah yang paling ditonjolkan; semangat melawan tanpa kenal menyerah dan menjadikan kesyahidan sebagai sarana menggapai kemenangan abadi di hadapan keganasan dan kebrutalan yang tidak mengenal batas. Asyura merupakan ideologi dan strategi jihad yang menempatkan pengorbanan diri di jalan maslahat kebenaran, kebaikan dan keadilan terbesar.
Sebaliknya, sebagai sebuah perbandingan, kita dapat melihat tema dan figur jihad Al-Qaidah yang biasanya merujuk kepada Thariq bin Ziyad yang datang menyerang Spanyol dengan membawa 12.000 pasukan dan menaklukkan negeri Eropa itu atas perintah Khalifah Dinasti Bani Umayah Al-Walid I. Thariq bin Ziyad memang membawa kemenangan militer yang besar, namun dari segi inspirasi moral dan spiritual tidak bisa dibandingkan dengan kesucian jihad yang dilaksanakan oleh Imam Husein di Karbala. Imam Husein berhasil memberikan arah jihad pada umat sepanjang masa, memberinya fokus yang mempersatukan semua, yakni perlawanan terhadap kezaliman.
Di samping itu, ideologi jihad Hizbullah terikat secara keagamaan dengan lembaga wilâyah al-faqîh yang berfungsi sebagai pengendali strategis dalam segenap aktivitas jihad. Dengan demikian, Hizbullah meletakkan ideologi dan strategi jihadnya dalam kerangka legitimasi keagamaan dan tidak membiarkan ideologi berjalan secara terpisah dari strateginya. Interaksi ideologi dan strategi ini melahirkan konsep jihad yang utuh, koheren dan berpijak pada Islam yang autentik.
Oleh karena itu, menurut catatan Amal Saad-Ghorayeb, dalam hampir semua aksi “teror” yang terjadi pada sasaran-sasaran sipil, Hizbullah selalu memberikan pernyataan kutukan. Nawaf al-Musawi, Ketua Departemen Luar Negeri Hizbullah, secara tegas menolak serangan terhadap warga sipil di World Trade Center. Dia mengecam tindakan itu sebagai aksi terorisme. Hasan Nashrullah dalam berbagai kesempatan juga mengutuk aksi-aksi kekerasan terhadap sasaran-sasaran sipil yang mengatasnamakan jihad. Dia juga mengungkapkan bahwa ada perbedaan mendasar antara sasaran-sasaran sipil dan militer di dalam dan di luar Israel. “Di tanah pendudukan Palestina, kita tidak bisa membedakan antara sipil dan tentara, karena mereka semua adalah penjajah, perampok dan perampas tanah.”
Di luar tanah pendudukan, Hizbullah mengutuk keras seluruh aksi kekerasan, terutama bom bunuh diri, yang dilakukan kelompok-kelompok perlawanan bersenjata yang berafiliasi dengan Al-Qaedah di tempat-tempat ibadah dan ruang-ruang publik lainnya, terutama di Gaza, Irak, Pakistan, dan Afghanistan terhadap kelompok-kelompok Muslim yang berbeda mazhab.
Uniknya, Hizbullah menyatakan menentang kelompok-kelompok Islam Mesir yang mengangkat senjata untuk melawan rezim Hosni Mubarak yang dikecamnya sebagai pengkhianat dan mengajak mereka untuk mengangkat senjata melawan musuh utama Mesir, yakni Israel. Tujuannya agar energi jihad umat tidak terpecah dan kehilangan fokus perlawanan terhadap rezim zionis Israel. Namun demikian, di sisi lain, Hizbullah dengan tegas mendukung gerakan demonstrasi dan protes damai yang berlangsung di Mesir sejak awal 2011 untuk menggulingkan rezim Mubarok.
Perbedaan ideologi jihad ini menjadi kian rumit ketika dikaitkan dengan konsep takfîr (pengkafiran) yang secara luas diadopsi oleh gerakan-gerakan Islam Wahabi Salafi ini. Yang paling legendaris di antaranya adalah Jamaah Al-Takfir wa Al-Hijrah. Namun gerakan yang paling terkenal akhir-akhir ini adalah Al-Qaedah. Salah satu gerakan jihad yang dibentuk pada tahun 1990-an oleh Abu Mus’ab al-Zarqawi dengan nama al-Tawhîd wa al-Jihâd dan kemudian bergabung di bawah komando Al-Qaidah dengan jelas melancarkan aksi-aksi kekerasan terhadap mayoritas Muslim Syiah di Irak setelah terlebih dahulu dikafirkannya.
Dalam pandangan kelompok-kelompok ini, takfir adalah cara efektif untuk mengidentifikasi sasaran jihad yang absah. Dalam pandangan kelompok ini, dasar legalitas membunuh dan memerangi musuh adalah kekafiran dan bukan agresivitasnya. Konsep takfir menggiring gerakan-gerakan Islam di bawah metonimi Al-Qaidah untuk memiliki kultur jihad yang sangat agresif, tidak mengenal kompromi, aliansi, koalisi atau kerjasama dengan kelompok yang tidak sejalan dengan ideologinya. Lebih jauh, dengan mudah kelompok ini dapat berpecah dan bertikai satu sama lain hanya karena salah satunya berkoalisi dengan kelompok-kelompok di luar lingkaran eksklusif ideologinya.
Di sisi lain, Hizbullah menolak takfir dan dengan demikian tidak menyatakan permusuhan dengan kelompok-kelompok Muslim lain. Bahkan, dalam banyak kesempatan, Hizbullah menekankan pada pentingnya persatuan dan kesatuan umat Islam. Menurut penelitian Ali Ridho, gerakan Hizbullah berperan aktif dan proaktif terhadap terwujudnya persatuan umat dan kebangkitan Islam di Lebanon. Demi mendukung kegiatan ini, unsur-unsur Hizbullah terlibat aktif dalam pembentukan dan pengembangan Asosiasi Ulama Muslim (Tajammu’ ‘Ulamâ Al-Muslimîn) yang secara khusus mengusung agenda persatuan umat Islam.

Rabu, 17 Oktober 2012

".. Dokter Syiah Sengaja Bunuh Pasien Sunni Suriah .."

16 Oct 2012 -islampos.com 
TUGAS seorang dokter adalah berupaya untuk menyembuhkan pasiennya di Rumah Sakit. Namun apa yang terjadi di lokasi pengungsian wilayah Antokya, Turki justru sebaliknya. Di sana dokter-dokter asal Suriah siap memperburuk penderitaan para pasien korban luka rakyat Suriah.

“Kalau di Suriah, pasien ahlussunnah yang masuk rumah sakit biasanya langsung dibunuh, namun di wilayah pengungsian yang ada di Turki, dokter-dokter Syiah Nushairiyah dengan sengaja melakukan tindakan malpraktek,” tegas Ketua Hilal Ahmar Society Indonesia, Angga Dimas saat melaporkan kunjungannya ke Suriah di Kantor DDII, Senin (15/10/2012).

Ia menemukan tidak sedikit para Dokter melakukan amputasi meski luka korban tergolong ringan.

“Jarinya yang sakit, tapi tangannya yang diamputasi,” sambungnya membuat para tokoh Islam yang hadir dalam diskusi menggelengkan kepala.

Jadi kejadian di Suriah adalah fakta nyata pertarungan antara kebenaran melawan kebathilan.

“Ini adalah konflik akidah, bukan semata-mata konflik politik,”tegasnya.

HASI menghabiskan waktu selama 20 hari di Suriah dan berencana untuk kembali ke membantu rakyat Suriah yang mengalami luka-luka akibat konflik. (Pizaro/Islampos)

MUSTAHIL SYI'AH MAMPU MENJAWAB..!

Faktanya memang begitu. Setiap tantagan dari umat Islam utk debat dgn syi'ah cm dibalas para PETANI dgn berbagai dagelan, berkelit sana sini kaya BABON.




Surat Majelis Mujahidin Ke Dubes Iran di Indonesia

Posted by Ukasyah (Admin) 

Nomor : 200/LT MM/II/1433
Lamp. : 1 berkas
Hal : Ajakan Debat Publik

Kepada :
Duta Besar Iran di Indonesia
Mr. Mohammed Farazandeh
Di- Jakarta

Assalamu ‘ala man ittaba’al Huda

Memperhatikan kiprah Kedutaan Besar Iran di Indonesia, semenjak revolusi Iran dipimpin oleh Khomaeni hingga sekarang, terasa bahwa Kedutaan Besar Iran di Indonesia menjadi pusat pengembangan Syi’ah. Cara yang ditempuh antara lain pertama, menyebarkan propaganda revolusi Iran dan Syi’ah melalui berbagai media. 

Kedua, mengundang sejumlah tokoh non Syi’ah untuk berkunjung ke Iran, kemudian menjadikan mereka sebagai terompet Syi’ah di Indonesia, seperti yang dilakukan pada Said Agil Siraj, Amien Rais, Quraisy Shihab, Din Syamsuddin dan Habib Riziq. Ketiga, membentuk yayasan dan organisasi Syi’ah di kalangan mahasiswa, intelektual dan masyarakat umum bekedok Ahlul Bait, Ulama Habaib dsbnya. Keempat, mendanai beberapa organisasi Islam non Syi’ah di Indonesia agar tidak menentang penyebaran Syi’ah, sebagaimana yang dilakuan oleh tokoh Syi’ah seperti Ahmad Barakbah.

Patut diketahui dan dipahami bahwa mayoritas rakyat Indonesia adalah kaum muslim yang mewarisi ajaran Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw, yang prinsip-prinsipnya bertentangan dengan doktrin Syi’ah. Sedangkan doktrin Syi’ah, sebagaimana ditegaskan oleh para imam Salafus Shalih bahwa ajaran Syi’ah adalah ajaran kafir.

Majelis Mujahidin sangat menentang kiprah Kedutaan Besar Iran mengembangkan Syi’ah dengan cara tipu muslihat terhadap kaum muslim Indonesia. Apabila pihak kedutaan Iran berkeberatan atas vonis para imam Salafus Shalih itu, maka kami mengajukan diadakan DEBAT PUBLIK secara ilmiah. Semoga surat ini mendapat perhatian dan respon secepatnya dari pihak Kedutaan Besar Iran di Indonesia.

Sekian, surat ini kami sampaikan sebagai respon atas semakin kuatnya provokasi dan propaganda Syi’ah, sehingga mengakibatkan berbagai keresahan dan permusuhan di kalangan kaum muslimin Indonesia.

Jogjakarta, 14 Rabi’ul Awal 1433 H/ 7 Februari 2011 M
Majelis Mujahidin Indonesia

Tembusan :

1. Kedubes Negara Islam di Indonesia
2. Kemendagri
3. Kemenlu RI
4. Kemenag RI
5. Ormas/Orpol Islam
6. Media massa

Mau Dizinai atau Dinikah Mut’ah Sama Saja

Lelaki hidung belang alias bajingan tidak usah bertanya menyelidiki status si wanita.

Laki-laki yang akan nikah mut’ah tidak perlu menyelidiki status si wanita apakah dia sudah bersuami atau tidak. Begitu juga orang tidak perlu bertanya pada si pelacur apakah dia bersuami atau tidak ketika ingin berzina dengannya.


Katanya, Ini Bedanya Nikah Mut’ah & Pelacuran

ADA banyak persamaan antara pernikahan dan perzinaan. Dan perbedaannya hanya pada akad nikah yang mensyaratkan adanya wali, saksi dan akad dan syarat lainnya, sementara perzinaan tidak perlu ada saksi dan wali, tinggal tawar dan bayar. Bahkan seringkali tanpa ada pembayaran, asal kedua belah pihak suka sama suka, maka mereka berdua bisa langsung berzina tanpa syarat apa pun.

Lantas, bagaimana dengan nikah mut’ah yang dianut oleh kaum Syi’ah? Seorang Syi’i akan terus bersikukuh kalau nikah mut’ah adalah halal dan dibenarkan dalam Islam, adanya. Namun, para ulama yang berdiri dari Barat sampai Timur sudah sepakat bahwa Syi’ah itu bukan salah satu madzhab dalam Islam, melainkan sesuatu yang berdiri sendiri. Jadi ibaratnya, orang tidak akan sah melakukan shalat, sedangkan dia belum mengucapkan syahadat.

Berikut ini adalah (katanya) perbedaan antara nikah mut’ah dan pelacuran yang dikutip dari sumber Syi’ah sendiri.

1. Nikah mut’ah adalah praktek penyewaan tubuh wanita, begitu juga pelacuran.

Kita simak lagi sabda Abu Abdillah : menikahlah dengan seribu wanita, karena wanita yang dimut’ah adalah wanita sewaan. Al Kafi Jilid. 5 Hal. 452.

Dari sini kita bisa menyimpulkan bahwa nikah mut’ah adalah bentuk lain dari pelacuran, karena Imam Abu Abdillah terang-terangan menegaskan status wanita yang dinikah mut’ah: mereka adalah wanita sewaan.

2. Yang penting dalam nikah mut’ah adalah waktu dan mahar

Sekali lagi inilah yang ditegaskan oleh imam syi’ah yang maksum : Nikah mut’ah tidaklah sah kecuali dengan menyertakan 2 perkara, waktu tertentu dan bayaran tertentu. Al Kafi Jilid. 5 Hal. 455.

Begitu juga orang yang akan berzina dengan pelacur harus sepakat atas bayaran dan waktu, karena waktu yang leibh panjang menuntut bayaran lebih pula. Pelacur tidak akan mau melayani ketika tidak ada kesepakatan atas bayaran dan waktu. Sekali lagi kita menemukan persamaan antara nikah mut’ah dan pelacuran.

3. Batas minimal “mahar” nikah mut’ah.

Dalam nikah mut’ah ada batasan minimal mahar, yaitu segenggam makanan berupa tepung, gandum atau korma. Al Kafi Jilid. 5 Hal. 457. Sedangkan dalam pelacuran tidak ada batas minimal bayaran, besarnya bayaran tergantung dari beberapa hal. Kita lihat disini perbedaan antara mut’ah dan pelacuran hanya pada minimal bayaran saja, tapi baik mut’ah maupun pelacuran tetap mensyaratkan adanya bayaran. Banyak cerita yang kurang enak mengisahkan mereka yang berzina dengan pelacur tapi mangkir membayar.

4. Batas waktu mut’ah

Tidak ada batasan bagi waktu nikah mut’ah, semua tergantung kesepakatan. Bahkan boleh mensepakati waktu mut’ah walau untuk sekali hubungan badan.

Dari Khalaf bin Hammad dia berkata aku mengutus seseorang untuk bertanya pada Abu Hasan tentang batas minimal jangka waktu mut’ah? Apakah diperbolehkan mut’ah dengan kesepakatan jangka waktu satu kali hubungan badan? Jawabnya : ya. Al Kafi . Jilid. 5 Hal. 460 itu.

Begitu juga tidak ada batasan waktu bagi pelacuran, dibolehkan menyewa pelacur untuk jangka waktu sekali zina, atau untuk jangka waktu seminggu, asal kuat membayar saja. Demikian juga nikah mut’ah.

5. Boleh nikah mut’ah dengan wanita yang sama berkali-kali.

Suami istri diberi kesempatan untuk tiga kali talak, setelah itu si istri harus menikah dengan lelaki lain. Tidak demikian dengan nikah mut’ah, orang boleh nikah mut’ah dengan wanita yang sama berkali-kali, asal tidak bosan saja. Karena wanita yang dinikah secara mut’ah pada hakekatnya sedang disewa tubuhnya oleh si laki-laki. Sama persis dengan pelacuran.

Dari Zurarah, bahwa dia bertanya pada Abu Ja’far, seorang laki-laki nikah mut’ah dengan seorang wanita dan habis masa mut’ahnya lalu dia dinikahi oleh orang lain hingga selesai masa mut’ahnya, lalu nikah mut’ah lagi dengan laki-laki yang pertama hingga selesai masa mut’ahnya tiga kali dan nikah mut’ah lagi dengan 3 lakii-laki apakah masih boleh menikah dengan laki-laki pertama? Jawab Abu Ja’far : ya dibolehkan menikah mut’ah berapa kali sekehendaknya, karena wanita ini bukan seperti wanita merdeka, wanita mut’ah adalah wanita sewaan, seperti budak sahaya. Al Kafi jilid 5 hal 460

Begitu juga orang boleh berzina dengan seorang pelacur semaunya, tidak ada batasan.

6. Tidak usah bertanya menyelidiki status si wanita

Laki-laki yang akan nikah mut’ah tidak perlu menyelidiki status si wanita apakah dia sudah bersuami atau tidak. Begitu juga orang tidak perlu bertanya pada si pelacur apakah dia bersuami atau tidak ketika ingin berzina dengannya.

Dari Aban bin Taghlab berkata: aku bertanya pada Abu Abdullah, aku sedang berada di jalan lalu aku melihat seorang wanita cantik dan aku takut jangan-jangan dia telah bersuami atau barangkali dia adalah pelacur. Jawabnya: ini bukan urusanmu, percayalah pada pengakuannya. Al Kafi . Jilid. 5 Hal. 462.

7. Hubungan warisan

Nikah mut’ah tidak menyebabkan terbentuknya hubungan warisan, artinya ketika si “suami” meninggal dunia pada masa mut’ah maka si “istri” tidak berhak mendapat warisan dari hartanya.

Ayatullah Udhma Ali Al Sistani dalam bukunya menuliskan : Masalah 255 : Nikah mut’ah tidak mengakibatkan hubungan warisan antara suami dan istri. Dan jika mereka berdua sepakat, berlakunya kesepakatan itu masih dipermasalahkan. Tapi jangan sampai mengabaikan asas hati-hati dalam hal ini. Minhajushalihin. Jilid 3 Hal. 80

Begitu juga pelacur tidak akan mendapat bagian dari harta “pasangan zina”nya yang meninggal dunia.

8. Nafkah

Istri mut’ah yang sedang disewa oleh suaminya tidak berhak mendapat nafkah, si istri mut’ah hanya berhak mendapat mahar yang sudah disepakati sebelumnya. Bayaran dari mut’ah sudah all in dengan nafkah, hendaknya istri mut’ah sudah mengkalkulasi biaya hidupnya baik-baik sehingga bisa menetapkan harga yang tepat untuk mahar mut’ah.

Ayatollah Ali Al Sistani mengatakan: Masalah 256 : Laki-laki yang nikah mut’ah dengan seorang wanita tidak wajib untuk menafkahi istri mut’ahnya walaupun sedang hamil dari bibitnya. Suami tidak wajib menginap di tempat istrinya kecuali telah disepakati pada akad mut’ah atau akad lain yang mengikat. Minhajus shalihin. Jilid 3 hal 80.

Begitu juga laki-laki yang berzina dengan pelacur tidak wajib memberi nafkah harian pada si pelacur. [sumber: hakikat] 14 Oct 2012 | Tahukah Anda | admin islampos

Ilustrasi: notedanpena

***

Nikah mut’ah, katanya nikah tapi pada hakekatnya zina. Sedangkan zina itu ancaman adzabnya cukup dahsyat. Maka semestinya manusia benar-benar menjaga diri dari perbuatan keji dan kotor serta berbahaya itu. Bila pernah tercebur, maka hendaknya bertobat dengan taubatan nashuha, taubat yang semurni-murninya, sebenar-benarnya. Bila tidak, maka ancaman Allah Ta’ala lewat Nabi-Nya shallallahu alaihi wa sallam sudah jelas mengerikan.

Dahsyatnya siksa di akherat bagi orang yang berzina

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « ثَلاَثَةٌ لاَ يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلاَ يُزَكِّيهِمْ – قَالَ أَبُو مُعَاوِيَةَ وَلاَ يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ – وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ شَيْخٌ زَانٍ وَمَلِكٌ كَذَّابٌ وَعَائِلٌ مُسْتَكْبِرٌ ». صحيح مسلم

Diriwayatkan dari Abu Hurairah rahimahullah berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tiga jenis orang yang Allah tidak mengajak berbicara pada hari kiamat, tidak mensucikan mereka, tidak melihat kepada mereka, dan bagi mereka adzab yang pedih: Orang berumur tua yang berzina, penguasa yang pendusta, dan orang miskin yang sombong,” (HR Muslim).

Pezina Termasuk orang-orang berdosa yang dahsyat siksanya di neraka

Dalam hadits yang panjang mengenai orang-orang yang dahsyat siksanya di neraka, pezina dijelaskan siksanya dalam hadits ini (dikutip sebagiannya, tentang siksaan bagi pezina):

قَالَ فَانْطَلَقْنَا فَأَتَيْنَا عَلَى رَجُلٍ كَرِيهِ الْمَرْآةِ كَأَكْرَهِ مَا أَنْتَ رَاءٍ رَجُلًا مَرْآةً وَإِذَا عِنْدَهُ نَارٌ يَحُشُّهَا وَيَسْعَى حَوْلَهَا قَالَ قُلْتُ لَهُمَا مَا هَذَا قَالَ قَالَا لِي انْطَلِقْ انْطَلِقْ….

وَأَمَّا الرِّجَالُ وَالنِّسَاءُ الْعُرَاةُ الَّذِينَ فِي مِثْلِ بِنَاءِ التَّنُّورِ فَإِنَّهُمْ الزُّنَاةُ وَالزَّوَانِي…

‘ Maka kami berangkat, hingga kami mendatangi suatu tempat seperti tungku.” Kata Abu Raja, seingatku Samurah mengatakan; “Tungku tersebut mengeluarkan suara gemuruh.- Lantas kami melihat isinya, tak tahunya di sana ada laki-laki dan wanita telanjang, mereka didatangi oleh sulut api dari bawah mereka, jika sulutan api mengenai mereka, mereka mengerang-ngerang. Maka saya bertanya kepada dua orang yang membawaku; ‘apa sebenarnya dengan orang-orang ini? Namun kedua orang yang membawaku hanya berujar; ‘Ayo kita berpindah ke tempat lain! ‘…

Adapun laki-laki dan wanita yang telanjang dalam bangunan seperti tungku, mereka adalah laki-laki dan wanita pezina. (HR Al-Bukhari – 6525)