Kamis, 30 Mei 2013

Biadab, Kertas Al Quran Digunakan Untuk Membungkus Apel Iran!

Seorang warga Arab Saudi melihat bukti penghinaan Syi’ah Iran terhadap Al Quran, yang mana sobekan-sobekan mushaf Al Quran digunakan untuk membungkus sekardus apel.
Majid Al Haritsi yang berdomisili di Jeddah menuturkan, pada Senin (21/1) sore dia membeli sekardus apel Iran di sebuah toko buah-buahan. Sesampainya di rumah, dia terkejut melihat isi kardus itu.
“Kertas Al Quran yang telah disobek-sobek bercampur dengan kertas-kertas lain dan sebuah koran terbitan Iran digunakan untuk membungkus apel.”
Al Haritsi pun bertanya-tanya, “Di mana peran aparat keamanan dalam mendeteksi pelecehan terhadap Al Quran di negara ini?”
Al Haritsi telah mendokumentasikan kejadian tersebut dan mengirimnya ke surat kabar Sabq seperti foto di bawah ini atau untuk melihat foto lainnya bisa dilihat di tautan ini:




Rabu, 29 Mei 2013

Potret Nyata Negeri Syi’ah Iran

Tahanan Wanita di Iran Diperkosa Dahulu Sebelum di Eksekusi
Para anggota milisi Basij Iran yang ditakuti, melakukan perkosaan terhadap para tahanan wanita yang masih perawan sebelum para tahanan wanita itu dihukum mati. Mereka yang diperkosa adalah para tahanan wanita yang divonis hukuman mati dan masih perawan. Perkosaan ini adalah “ritual” wajib , kata salah satu anggota milisi Basij tersebut.
salah seorang anggota milisi yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan bahwa ini adalah bagian perintah dari pemimpin tinggi Iran Ali Khameini. Kepada The Jerusalem Post anggota milisi ini mengatakan bahwa pada saat berumur 18 tahun ia pernah diberi “kehormatan” oleh Khameini untuk sementara waktu “menikahi” tahanan wanita muda sebelum mereka dieksekusi.
Di negara penganut aliran Syiah yang sesat ini, adalah ilegal mengeksekusi mati wanita jika ia masih perawan, kata salah satu mantan anggota milisi.
Jadi, pemerintah mengatur pesta “pernikahan” semalam sebelum si tahanan wanita dieksekusi, dan si wanita dipaksa untuk melayani nafsu seksual si laki-laki , lapor situs Fox News.
Setelah digauli suami “barunya”, maka si tahanan wanita sudah “halal” untuk dieksekusi.
“Aku sangat menyesal, walaupun pernikahan itu sah dan legal disini”, kata mantan milisi tersebut kepada Jerusalem Post.
Beberapa tahanan wanita diberi obat tidur untuk membuat mereka tidak sadar, karena biasanya mereka melawan saat akan diperkosa, mereka lebih takut pada malam pertama mereka daripada saat menghadapi hari eksekusi mereka.
“Aku dengar mereka manangis keras dan berteriak-teriak setelah proses perkosaan itu selesai”, kata mantan milisi tersebut.
“Aku tidak akan bisa lupa bagaimana salah satu gadis tersebut mencakari wajah dan lehernya sendiri dengan kuku-kukunya setelah ia digauli. Ia mengalami luka parah akibat cakaran kukunya sendiri”, tutup mantan milisi tersebut.
Demikianlah praktek sesat aliran Syiah yang keluar dari Islam.

SANDAL KEJI ALA SYIAH, BAGAIMANA KOMENTAR ANDA?


Berbuka Puasa Bersama Komunitas Syiah di ICC BUNCIT (PUSAT SYIAH INDONESIA)

Biasanya pada umumnya kita saat berbuka puasa akan segera makan/minum begitu mendengar adzan magrib sudah berkumamndang. Sehingga tidak ada acara yang paling menarik yang ditunggu-tunggu selain Adzan maghrib di bulan puasa. Karena itu Adzan Maghrib sama artinya dengan buka puasa. Apalagi dianjurkan untuk menyegerakan berbuka puasa dan melarang untuk mengundurkan. Maka segera kita akan melihat di kereta-kereta orang segera ribut membuka minuman dan makanan bekal untuk berbuka. 

Tetapi hal itu tidak akan terjadi pada saat buka puasa dengan komunitas kaum Syiah. Di komunitas Syiah, buka puasa tidak sama artinya dengan adzan Maghrib, sebagaimana sebagaimana orang Suni. Seperti acara buka puasa bersama yang diadakan di Komplek Yayasan Islamic Cultural Centre ( ICC ) Al-Huda di Warung Buncit tidak jauh dari Republika, persis di samping Halte Busway Pejaten Phillips.
Ketika suara Adzan Maghrib terdengar berkumandang dari Masjid yang tidak jauh dari Yayasan, para jamaah masih terduduk mendengarkan ceramah. Bahkan Ustad yang memberikan ceramah belum menunjukkan tanda-tanda ceramah akan selesai. Baru setelah suara adzan tidak terdengar lagi penceramah selesai memberikan ceramah. Segera berbuka ? tidak ! pak Ustad memberikan waktu bagi para jamaah untuk mengajukan pertanyaan.
Pada saat adzan Maghrib dan ceramah itu biasanya diketahui orang syiah atau bukan. Orang Sunni biasanya kalau sudah adzan Maghrib duduknya mulai gelisah tidak tenang menunggu kapan ceramah selesai, tetapi tidak begitu dengan orang Syiah. Orang Syiah beranggapan menyegerakan berbuka tidak sama artinya dengan adzan maghrib langsung makan/minum. Tetapi menyegerakan berbuka itu adalah makan/minum sebelum adanya kewajiban berpuasa lagi, berarti hari berikutnya.

Nah setelah ceramah selesai, dan diperkirakan sisa-sisa sinar matahari tidak lagi kelihatan, baru para jamaah dipersilahkan untuk berbuka. Biasanya bagi jamaah biasa, kesempatan itu dipergunakan untuk sesegera mungkin mengambil makan/minum, biasalah seperti pada umumnya orang Sunni, berupa kolak atau apa saja yang juga kita jumpai dimana-mana. Tetapi bagi orang yang (katakanlah orang saleh)  biasanya segera merapat dan bersiap untuk sholat Maghrib terlebih dahulu. Karena di Syiah dianjurkan untuk sholat Maghrib terlebih dahulu dari pada berbuka puasa.
Adzan maghrib berkumndang ( Adzan-nya sedikit berbeda dengan adzan-nya orang Sunni ) dan sholat Maghrib pun tiba. Para jamaah yang biasa, segera kembali menuju barisan, setelah berwudhu tentunya. Setelah Imam mengumandangkan iqamah, sholat magrib di laksanakan. Iqamah yang membacakan imam, karena Imamlah yang mengajak untuk sholat berjamaah.
Setelah sholat Maghrib selesai dilanjutkan dengan sholat Isya’ berjamaah. Jangan salah duga, ini bukan sholat kaum musafir. Pada fikih Syiah waktu sholat itu ada 3 waktu. Waktu sholat Fajar (Shubuh), Waktu siang ( Dhuhur & Asar ) dan Waktu sholat Malam ( Maghrib & Isya’). Waktu sholat Dhuhur & Asar beriringan yang jarak keduanya tidak lebih dari 10-15 menit kira-kira dari awal waktu dhuhur. Hal yang sama dengan jarak antara Maghrib dan Isya. Tetapi Afdolnya wakatu sholat, sama seperti waktu sholat penganut Sunni, yang pada umumnya orang Indonesia.
Jadi kira-kira, kalau Adzan Magrib di Jakarta pkl 17.50 maka buka puasa orang Syiah antara pkl 18.15 – 18.30.
Acara makan besar selesai, para jamaah segera bersiap pulang ke rumah masing-masing. Di Madzab Syiah tidak ada Sholat Taraweh, yang ada sholat lail yang dikerjakan sendiri-sendiri di rumah, seperti sholat biasa. Tetapi untuk qiyamul lail ini, di madzab Syiah doanya panjang-panjang, bisa sampai tengah malam.
Di tahun yang lalu ada kejadian lucu. Ketika pemberi ceramah adalah seorang Ayatollah yang datang dari Iran, Ayatollah Syaikh Jakfar Hadi, jumlah jamaah yang datang melebihi kapasitas dan juga konsumsi yang disediakan.
Tidak jelas apakah makanan itu model Iran atau bukan, tetapi ada 3 bagian makan untuk makan besar yakni Nasi, Lauk dan Lalap. Lalapannya itu mirip rumput dan tidak terbiasa aku jumpai di orang penjual pecel lele/ayam di pinggir jalan. Karena yang hadir diluar perkiraan maka panitia kewalahan juga. Mulanya rapi dibagikan nasi, daging & lalapan. Bagi jamaah yang duduk di dekat dengan jalur Sutra makan dapat satu set lengkap. Tetapi karena terlalu lama menunggu orang yang agak jauh tidak sabar juga. Kalau ini sih kelakukan lintas madzab, karena kekawatiran akan hajat hidup terganggu hehehehe…, maka yang belakang segera maju dan meminta. Al-hasil panitia semakin bingung dan asal-asalan. Akhirnya ada sekelompok jamaah yang mendapat nasi saja, ada sekelompok yang mendapat lauk saja dan ada yang mendapat Lalapan saja.
Aku termasuk orang yang mendapat lalapan saja. Itu yang terhidang di depan kita. Karena hanya lalapan saja tentu saja tidak dimakan. Dan iseng akupun mengumpulkan beberapa piring lalapan itu menjadi satu dan terlihat seperti rumput di atas piring. Banyak orang yang tersenyum memandang karena mirip dengan seonggok rumput untuk makanan kambing.
 
Tetapi kemudian panitia berbaik hati dengan mempersilahkan jamaah yang belum dapat jatah makan, untuk berbuka di beberapa rumah makan di samping yayasan.
"artikel di ambil dari pengakuan pengikut syi'ah awam
 

SUMBER : http://inilah-bukti-kesesatan-syiah.blogspot.com

Presiden Mursi Perintahkan Tangkap Semua Antek Penyebar Ajaran Syiah Karena Menganggu Keutuhan Negara Mesir

Syeikh Wahid Abdus Salam Baali, anggota Majlis Syura Ulama Salafi menegaskan bahwa presiden Mesir, Muh. Mursi telah mengeluarkan perintah untuk menangkap semua antek penyebar ajaran Syiah demi keamanan dan keutuhan negara Mesir.

"Syiah ingin menyebarkan mazhab dan akidahnya di Mesir dan kita berkewajiban mengingatkan semua warga Mesir agar mewaspadai Syiah yang telah menuduh Aisyah telah berzina" ujar Syeikh Baali. "Jika Syiah ingin ke Mesir, kita akan periksa semua bandara dan tidak akan memasukkan mereka ke Mesir!" Syeikh Baali menambahkan.

"Kami telah mendapatkan sumber terpercaya yang menegaskan bahwa presiden Mursi telah mengeluarkan perintahnya demi kepentingan keamanan negara untuk menelusuri semua yang menyebarkan ajaran Syiah agar ditangkap. Dan semua yang mengetahui adanya pihak yang konsen menyebarkan ajaran Syiah agar diberitahukan perintah presiden di atas!" Syeikh Baali kembali menegaskan.


Sumber:

 
(Muh. Istiqamah/lppimakassar.com)

Fatwa Muqtada Ash-Shadr Soal Mut'ah Jamaah Milisi Syiah Jaisy Al-Mahdi

Sex Party (Mut'ah Berjamaah) di Masjid Syiah
Oleh Muh. Istiqamah
Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam (LPPI) Makassar

Membaca judul di atas membuat anda tersentak? ya. Betul. Begitu juga yang kami rasakan ketika menemukan teks fatwa di bawah ini.

Jika ingin bersenang-senang dan kehilangan akal sehat mungkin Syiah-lah tempatnya. Telah banyak hal dalam ajaran Syiah yang mengguncang akidah dan akal sehat kita. Kok ada ya ajaran separah itu sesatnya dan sejauh itu menyimpangnya, termasuk zina berjamaah yang dilakukan di dalam Masjid Syiah (Husainiyah). Mari kita baca fatwa tersebut secara seksama

Pertanyaan

Bismillahirrahmanirrahim

Yang mulia Hujjatul Islam wal Muslimin, As-Sayyid Al-Mujahid, Muqtada Ash-Shadr, semoga Allah menjaga Anda,

Kami adalah sekumpulan kaum Mukminat Zainabiyat para penolong Jaisy al-Imam al-Mahdi. Kami ingin bertanya kepada Anda wahai yang mulia Hujjatul Islam wal Muslimin, Muqtada Ash-Shadr, bahwa sekumpulan lelaki dari pasukan Jaisyul Imam mengundang kami untuk menghadiri acara mut'ah berjamaah di salah satu husainiyah (tempat beribadah kaum Syiah).

Mereka mengatakan bahwa pahala mut'ah secara berjamaah lebih banyak 70 kali dari mut'ah sendiri-sendiri. Namun kami telah bertanya kepada salah satu perwakilan Syeikh Muhammad al-Ya'qubi tentang mut'ah berjamaah, beliau menolak segala hal yang berkaitan dengan mut'ah jenis ini dan beliau mengatakan bahwa hal itu termasuk bid'ah. Maka apakah boleh kami mut'ah secara berjamaah?

Sebagai untuk diketahui bahwa mut'ah ini hanya berlangsung beberapa jam saja (kurang dari semalam). Tujuan dari acara ini adalah meredam gejolak syahwat pasukan Jaisyul Imam dimana mereka tidak sanggup menikah karena sibuknya mereka berperang dengan para nawashib (ahlus sunnah -penerj). Dan uang sewa mut'ahnya dipergunakan kembali untuk membeli perlengkapan berupa senjata untuk pasukan Jaisyul Imam. Mohon berikan jawaban Anda kepada kami. Jazakumullahu Khaira Jaza' al-Muhsinin.



Zainabiyah

Azhar Hasan al-Farthusi

Wakil Zainabiyyat

17 Syawal 1426 H



Jawaban

Bismihi Ta'ala

Sebagaimana yang telah diketahui bahwa nikah mut'ah adalah halal lagi berberkah dalam ajaran kita. Para Nawashib (ahlussunnah) berusaha menanamkan keraguan dan mencegah kita untuk melakukan itu karena takutnya mereka akan bertambah banyaknya jumlah anak-anak sekte kita, yang dengannya jumlah kita bertambah dan kita menjadi kekuatan yang besar.

Karena itu, kami mengajak seluruh pengikut sekte kita agar tidak sedikitpun ragu dari segala hal yang berkaitan dengan mut'ah. Pelaksanaan acara-acara seperti ini juga termasuk perkara yang dibolehkan oleh marja' kita yang agung dengan tetap mewaspadai masuknya seorang yang bukan kaum Muslimin atau orang-orang umum ke dalam acara-acara tersebut supaya tidak melihat aurat kaum Mukminat. Mungkin inilah juga sebabnya yang membuat Sayyid al-Ya'qubi membenci mut'ah model ini.

Inilah, dan yang juga telah maklum bahwa mut'ah dengan salah seorang tentara Jaisyul Imam lebih banyak pahalanya dari selainnya karena dia telah mengorbankan darahnya demi sang Imam. Oleh karena itu, kami mengajak para Zainabiyyat agar tidak pelit (menyewakan kemaluannya) kepada mereka dimana Allah telah memberi karunia kepada Anda wahai para Mukminat berupa pemberian tubuh dan harta Anda (karena uang melacurnya dikembalikan kepada para tentara -penerj) untuk dinikmati dan dipergunakan oleh mereka.

Selain itu, kami mengharapkan saudari zainabiyyah untuk meminta izin pelaksanaan acara itu kepada salah satu perwakilan kami yang kapabel agar diawasi dan diperhatikan oleh para tentara tersebut. Wa Jazakumullahu Khaira Jaza' al-Muhsinin.



(Cap Fatwa Muqtada Ash-Shadr)

Ttd Muqtada Ash-Shadr

23 Syawal 1426 H

Fatwa diatas mengingatkan saya kepada berita yang menyebutkan perkataan Vladimir Putin yang menyuruh warganya (para penganut kristen) untuk memperbanyak anak agar menandingi jumlah kaum Muslimin dengan cara berzina dengan siapa saja! Supaya banyak menghasilkan anak-anak zina dan dengan itu jumlah kaum Kristen bertambah.

Cara yang dipakai orang kafir ini ternyata dipakai juga oleh orang Syiah untuk menandingi jumlah kaum Muslimin yang jauh lebih banyak ketimbang jumlah pengikut sekte sesat Syiah. Melakukan Mut'ah (baca: zina) dimana-mana, bahkan dilakukan dengan berjamaah di tempat ibadahnya mereka, atau bahasa lainnya adalah sex party.

Jika kelak anak-anak hasil mut'ah tersebut lahir, besar kemungkinannya mereka hanya akan menjadi tentara-tentara yang akan membunuh dan menumpahkan darah kaum Muslimin, seperti yang saat ini terjadi di Suriah, dimana para tentara Syiah tersebut masing-masing berasal dari pasukan Alawiyin pemerintahan Bashar Assad, tentara Hizbullah Lebanon dan pasukan Iran.
sumber : LPPI Makassar

Senin, 27 Mei 2013

Catatan seorang penganut syiah : Peluncuran dan Diskusi Buku The Road To Persia: Saat Iran Habis Dirambah Afifah Ahmad

Adalah Afifah Ahmad, wanita kelahiran Semarang 10 Desember 1978 yang menjadi istri dari Purkon Hidayat, pada tahun 2008, bersama buah hatinya Mehdi Muhammad Hakim, hijrah ke Teheran, Persia, hingga kini. Berangkat dari pengalamannya tersebut, Afifah kemudian menggerakkan jari-jarinya untuk menulis catatan perjalanan. Hal ini terkuak saat digelarnya acara Bedah Buku “The Road To Persia: Menelusuri Keindahan Iran yang Belum Terungkap” karangan Afifah yang diterbitkan Bunyan (2013) pada Jumat (22/3). 

Membicarakan Persia adalah membicarakan kekaguman. Pasalnya, bukan rahasia umum lagi, khazanah Kota Persia sejak dulu hingga hari ini sangatlah menggoda hasrat para pecinta perjalanan di tataran internasional. Ada banyak hal yang bisa dinikmati dari kota ini. Sebagaimana kita tahu Persepolis masih menyimpan misteri nan megah, suguhan aroma romantisme taman-taman penyair kelas dunia banyak ditemui, kubah-kubah nan keemasan yang nampak agung dan memesona, tak lupa eksotisme bundaran Imam, hingga rumah-rumah gua di pedalaman yang sangatlah unik. Itulah aneka warna-warni daya pikat negeri Persia yang saat ini kita kenal dengan Iran. Melakukan perjalanan ke sana sangatlah didamba banyak orang.
Napas Indonesia
Adalah Afifah Ahmad, wanita kelahiran Semarang 10 Desember 1978 yang menjadi istri dari Purkon Hidayat, pada tahun 2008, bersama buah hatinya Mehdi Muhammad Hakim, hijrah ke Teheran, Persia, hingga kini. Berangkat dari pengalamannya tersebut, Afifah kemudian menggerakkan jari-jarinya untuk menulis catatan perjalanan. Hal ini terkuak saat digelarnya acara Bedah Buku “The Road To Persia: Menelusuri Keindahan Iran yang Belum Terungkap” karangan Afifah yang diterbitkan Bunyan (2013) pada Jumat (22/3). Pada kesempatan tersebut, hadir sebagai pembedah yakni  Ahmad Fadhil, dosen IAIN, yang sempat mengenyam pendidikan di Iran.
Fadhil dalam paparannya mengatakan bahwa dalam buku karangan Afifah selalu ada napas Indonesia di setiap tempat yang dikunjungi Afifah. “Di Isfahan, saat Afifah mulai menjauhi gerbang Meydan Emam, ingatannya melompat pada kota-kota tua di Indonesia yang mirip satu sama lain, dalam hal adanya masjid agung, pemerintahan daerah dan alun-alun yang sering menjadi pasar kaget pada hari-hari libur,” katanya. Fadhil menambahkan, ada lagi misalnya ketika Afifah mengunjungi Mausoleum Khayyam, Afifah teringat pada Umar Kayyam, akan tetapi Afifah lalu bersedih karena para penyair di Indonesia akan sulit mendapatkan penghargaan apalagi berupa tugu yang memukau, taman seluas 20.000 meter persegi dengan pepohonan rindang, dilengkapi juga dengan museum dan galeri untuk totalitas kiprah para penyair tersebut.
Penulis yang berasal dari Indonesia ini telah lima tahun tinggal di Iran dan sudah mendatangi tempat-tempat bernilai historis di sana. Isi buku ini sendiri terbagi ke dalam empat bab yang terdiri dari: bab pertama, yang merupakan catatan kunjungannya ke Bundaran Isfahan, Rudkhan Castle, dan reruntuhan Persepolis yang sangat memiliki nilai sejarah yang melekat; bab kedua, Afifah menziarahi makam para penyair sekelas Hafiz, Khayyam, Fariduddin Attar, Sadra, serta juga mendatangi makam Ibnu Sina; bab ketiga, Afifah lalu memilih untuk mereguknya indahnya alam pedesaan Persia seperti Kandovan, Masouleh, Tepian Zayandeh, bahkan juga gugusan Alborz; dan bab keempat, yaitu kisah-kisah aktivitas Afifah sehari-hari, semisal suasana di kereta yang ia naiki, gagap gempita Ramadhan, dan lain sebagainya.
Sendiri dan Nyaris Membeku
Pada sesi diskusi, Afifah membagi perihal proses kreatifnya dalam menulis. “Untuk penulisan naskah, saya mencicilnya. Satu-dua tulisan sudah ada di blog saya. Selama empat tahun perjalanan itu, saya menuliskannya di buku The Road To Persia ini,” ujar Afifah. Banyak cerita suka-duka yang dialami Afifah selama petualangannya menyusuri khazanah Persia. Salah satunya ketika dia menapaki gunung di Hamedan. Saat turun, tak ada mobil yang lewat. Sepi. Dan pada saat itu musim dingin. Afifah menunggu berjam-jam sampai kedinginan. “Tapi, Alhamdulillah ada pemuda baik yang menawarkan tumpangan,” kenang Afifah.
Ternyata kebiasaan menulis pada diri Afifah sebagai salah satu talenta yang sangat mengedepankan jiwa kreativitas dan perenungan, sudah ada sejak ia masih duduk di bangku SMP, saat di mana ia sudah memutuskan keliling Jawa. Biasanya ia menuliskan segala pengalamannya di blog pribadi. “Saya sudah ke Iran, namun baru kali ini ke Banten,” ujarnya sambil terkekeh.
Bedah Buku di UIN Sunan Kalijaga
Tiga hari setelahnya, acara diskudi buku serupa juga diadakan di ruang teatrikal Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga yang terselenggara atas kerjasama Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga, Kedutaan Besar Iran, dan penerbit Bunyan, Senin (25/3).  Acara Peluncuran dan Diskusi Buku The Road To Persia karya Afifah Ahmad tersebut dihadiri oleh Mr.Mohammad Ali Rabbani (Atase Kebudayaan Kedubes Iran),  Afifah Ahmad, Iqbal Dawami (editor), dan Salman Faridi (CEO Bentang Pustaka)
Acara yang dihadiri seratusan dosen dan mahasiswa tersebut  dibuka oleh Kepala Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga M. Solihin Arianto, S.Ag., SIP, M. LIS. Sedangkan diskusi dipimpin oleh Furqon Hidayat sebagai moderator. Untuk memeriahkan acara tersebut dihadirkan grup vokal yang terdiri dari para mahasiswa kelas Bahasa Persia yang membawakan lagu kebangsaan kedua negara. Selain itu, untuk menyemangati peserta penyelenggara membagikan souvenir khas Iran kepada sepuluh peserta yang mengajukan pertanyaan.
Di akhir acara, 160 peserta yang hadir mendapatkan buku The Road to Persia secara gratis dari penyelenggara. Secara umum para peserta sangat antusias mengikuti acara ini dan berharap kegiatan semacam ini dapat diselenggarakan lagi di kemudian hari.

Sumber : http://www.abna.ir/data.asp?lang=12&id=408546

SYIAH MEMBOLEHKAN MENGUCAPKAN NATAL : Hukum Mengucapkan Selamat Natal kepada Umat Kristiani

Ucapan selamat kepada kaum Kristiani sah-sah saja dilakukan apabila didasari oleh ingin menunjukkan diri sebagai tetangga yang baik dan sebagai bentuk penghormatan kepada tetangga dan teman-teman yang beragama Kristen. Namun tidak dibenarkan apabila ucapan selamat tersebut disampaikan dengan dasar takzim kepada mereka dan kita ingin mengekspresikan persahabatan yang bertentangan dengan kemaslahatan umum kaum Muslimin.

Apa hukumnya mengucapkan selamat natal atas milad Nabi Isa As kepada tetangga dan teman yang beragama Kristen?

Pertanyaan

Salam. Bagaimana hukumnya memberikan ucapan selamat natal kepada umat Kristiani yang merupakan tetangga atau teman kita, menurut pandangan mazhab Ahlulbait ? Terima kasih

Jawaban Global



Nabi Isa As merupakan salah satu nabi besar Ilahi yang harus kita, sebagai Muslim, imani dan hormati. Sesuai dengan hukum al-Quran, kaum Muslim tidak meyakini adanya perbedaan di antara para nabi, “Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhan-nya, begitu juga orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan para rasul-Nya. (Mereka berkata), “Kami tidak membeda-bedakan antara rasul-rasul-Nya”, dan mereka berkata, “Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami, ya Tuhan kami, dan hanya kepada-Mu-lah tempat kembali.” (Qs. Al-Baqarah [2]:285)

Karena itu, pada milad dan hari kelahiran para nabi di samping Anda mengucapkan selamat kepada kaum Kristiani, Anda juga dapat memberikan ucapan selamat yang sama kepada kaum Muslimin.

Hanya saja, ucapan selamat kepada kaum Kristiani sah-sah saja dilakukan apabila didasari oleh ingin menunjukkan diri sebagai tetangga yang baik dan sebagai bentuk penghormatan kepada tetangga dan teman-teman yang beragama Kristen. Namun tidak dibenarkan apabila ucapan selamat tersebut disampaikan dengan dasar takzim kepada mereka dan kita ingin mengekspresikan persahabatan yang bertentangan dengan kemaslahatan umum kaum Muslimin.

Al-Quran dalam hal ini menyatakan, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (Qs. Al-Maidah [5]:51)

Di tempat lain, al-Quran menyebutkan, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu dan orang-orang yang kafir (musyrik) menjadi pemimpinmu. Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman.” (Qs. Al-Maidah [5]:57)

Untuk diperhatikan:

Akhir kata kami merasa perlu mengingatkan bahwa meski kaum Muslimin tidak membeda-bedakan para rasul Ilahi dan memandang kesemuanya berasal dari Allah Swt serta meyakini semuanya harus dihormati, namun jelas bahwa masalah ini tidak ada kaitannya dengan nasakh agama-agama sebelumnya oleh agama-agama setelahnya; karena sebagaimana yang telah dijelaskan secara detil pada tempatnya,[1] ajaran-ajaran para nabi laksana ajaran-ajaran pelbagai tingkatan pendidikan dan pengajaran semenjak tingkat SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi, meski prinsip mereka satu, namun pelajaran-pelajaran yang diajarkan harus dipraktikan dan dijalankan pada pelbagai tingkat dan jenjang pendidikannya masing-masing. Tatkala seorang murid naik jenjang pendidikan yang lebih tinggi maka secara otomatis jenjang pendidikan yang lebih rendah akan dikesampingkan namun pada saat yang sama seluruh jenjang pendidikan ini tetap mendapatkan penghormatan dan perhatian.[2] [iQuest]




[1]. Silahkan lihat Tujuan Pengutusan Agama-agama dan Penyempurnaan Agama, 3540; Tipologi Keunggulan Islam atas Agama-agama Lainnya, 12304.

[2]. Nasir Makarim Syirazi, Tafsir Nemune, jil. 2, hal. 398, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Teheran, 1374 S.
sumber : abna.ir (situs berita syiah ternama)

DUNIA DALAM ANCAMAN SYIAH : Terdapat Lebih Dari 30 Ribu Mahasiswa Asing yang Studi di Iran

Menurut Kantor Berita ABNA, Rektor Universitas Internasional al Mustafa Qom Republik Islam Iran Hujjatul Islam wa Muslimin DR. A'rafi mengatakan, "Di universitas kami terdapat 30 ribu mahasiswa asing yang sementara menimba ilmu, yang terdiri dari 120 negara. Universitas al Mustafa membuka 120 jurusan dari tingkat S1, S2 dan program doktoral dengan fokus studi ilmu-ilmu agama dan humaniora."

Dalam lanjutan penyampaiannya, Rektor Universitas al Mustafa tersebut menyatakan, "Kami juga membuka cabang di beberapa kota lainnya di Iran selain di kota Qom, yaitu di Masyhad, Esfahan, Ghurghan dan juga termasuk beberapa cabang di 300 negara yang berbeda."

Menurutnya, tujuan terpenting dari proses pendidikan dan pengajaran di Universitas al Mustafa adalah mencetak para peneliti, ilmuan dan muballigh-muballigh Islam yang berwawasan luas, memiliki kecakapan dan pemikiran yang mendalam mengenai Al-Qur'an dan ilmu-ilmu agama serta memiliki komitmen yang kuat untuk mengembangkan ide-ide Islam dan menyebarkannya dimasyarakat.

"Diantara keberhasilan yang telah dicapai Universitas al Mustafa Iran adalah keterlibatan aktif mahasiswa-mahasiswa maupun alumni-alumni universitas dalam kegiatan-kegiatan internasional, dalam dialog-dialog terbuka dan seminar-seminar ilmiah untuk menyampaikan pemikiran-pemikiran mereka, termasuk banyaknya karya-karya ilmiah yang telah mereka tulis dan hasilkan." Lanjutnya.

DR. A'rafi menambahkan, "Sejauh ini telah tercatat kurang lebih 16 ribu alumni yang dicetak universitas ini. Para alumni yang berasal dari berbagai negara tersebut selain mengabdi kembali di cabang-cabang Universitas al Mustafa juga terlibat aktif dalam sejumlah pusat-pusat studi dan penelitan Islam dan kebudayaan di negara mereka masing-masing."
SUMBER : ABNA.IR

Tuduhan Syiah Imam Ali Bertaqiyah : Apakah Imam Ali as Turut Shalat Berjama'ah Dibelakang Para Khalifah?

Menurut Kantor Berita ABNA, Ayatullah al Uzhma Nashir Makarim Shirazi salah seorang ulama marja taklid Syiah ketika ditanyakan kepada beliau, apakah Imam Ali as dimasa pemerintahan tiga khalifah sebelum beliau turut ikut shalat berjama'ah dan menjadi makmum shalat dari ketiga khalifah tersebut?. Dengan catatan, jika jawabannya iya, Ahlus Sunnah menyebutkan turut shalat berjama'ahnya Imam Ali as dan kesediaan beliau menjadi makmum bagi ketiga khalifah sebelumnya dalam shalat merupakan hujjah dan dalil Imam Ali as ridha dan merestui kekhalifaan dan kepemimpinan ketiga sahabat Nabi Saw tersebut. Tidak sebagaimana dakwaan Syiah yang menyebut ketiga sahabat tersebut telah merampas hak Imam Ali as. Namun jika jawabannya tidak. Itu bertentangan dengan fakta sejarah yang terjadi, sebab banyak riwayat yang menyebutkan bahwa Imam Ali as menjadi makmum dalam shalat bagi ketiga khalifah tersebut. Dan riwayat-riwayat tersebut tidak dapat dibantah kemutawatirannya.

Ayatullah al Uzhma Nashir Makarim Shirazi memberikan jawaban dengan menyebutkan:

Pertama. Mengenai hal tersebut, beragam riwayat yang kita temui menyebutkan Imam Ali as turut shalat berjama'ah namun dalam shalat berjama'ah tersebut beliau melakukannya dengan niat shalat furada (sendirian). Sebagaimana riwayat yang terdapat dalam tafsir al Qomi, " حضر المسجد ووقف خلف أبى بكر وصلّى لنفسه" Imam Ali as turut hadir dalam masjid dan shalat dibelakang Abu Bakar namun shalat yang dilakukannya adalah shalat furada.(1)

Kedua. Turut shalat berjama'ahnya Imam Ali as dengan menjadi makmum dari para khalifah kalaupun itu benar beliau menjadi makmum, tidak serta merta menjadi dalil sahnya kekhalifaan tersebut. Akan tetapi beliau melakukannya atas dasar maslahat kaum muslimin dengan menghindari hal-hal yang dapat memicu perselisihan dan perpecahan dari kaum muslimin generasi awal. Dan Imam Ali as lebih mendahulukan maslahat Islam diatas segalanya, meskipun dalam pandangan beliau masalah Imamah lebih penting dari shalat namun karena pertimbangan kemaslahatan Islam dan kaum muslimin maka beliau memilih untuk mendiamkannya.

Tidak mungkin akan ada yang berpendapat misalnya bahwa dalam kurun waktu 25 tahun Imam Ali yang hidup ditengah-tengah masyarakat muslim meskipun tidak turut bergabung dalam shalat berjama'ah maka itu tidak akan menimbulkan efek apa-apa dan tidak akan menjadi masalah bagi beliau. Sebab dimasa itu, masih terbatasnya kota-kota yang berpenduduk muslim dan pentingnya shalat berjama'ah dimasjid dengan imam khalifah kaum muslimin sementara Imam Ali as bertempat tinggal tepat disisi masjid, maka ketidak hadiran beliau dalam shalat berjama'ah akan menjadi sebuah tanda tanya besar dan akan memicu perselisihan. Hal tersebut tentu saja tidak akan didiamkan oleh kaum muslimin jika memang benar terjadi.

Oleh karena itu dengan dua jawaban diatas, hadirnya imam Ali as di masjid tidaklah lantas menjadi hujjah akan kebenaran kekhalifaan ketiga sahabat tersebut. Patut disampaikan para ulama marja taklid Syiah menekankan kepada para peziarah yang akan ke Madinah dan Makah dan tidak memiliki uzur untuk turut shalat berjama'ah dengan kaum muslimin pada umumnya. Meskipun firqah-firqah dalam Islam memiliki pendapat yang berbeda-beda namun demi maslahat Islam dan demi menghadapi musuh bersama maka kaum muslimin harus bersatu. Mendahulukan maslahat Islam dan persatuan kaum muslimin adalah diantara ajaran penting dan sunnah para imam Maksum as khususnya oleh Imam Ali as.

(1). Tafsir al Qomi, jilid 2 halaman 158 dan 159 dan Tafsir Nur al Tsaqalain, jilid 4 halaman 188.
sumber : Abna.ir

Jumat, 17 Mei 2013

DAI SUNNI BERIDEOLOGI SYIAH KELILING KE MASYARAKAT SUNNI, KAMPANYE 'PERSATUAN', Gaya Lama Syiah Mendekati Sunni

Dalam waktu dekat ini, seorang dai yang mengaku sunni tapi dalam isi dakwahnya selalu menyampaikan ideologi syiah akan masuk kampung. Kali ini mereka akan masuk ke Masjid Al Ittihad. Salah satu masjid yang ada di salah satu perumahan daerah Cibubur Jakarta Timur. Berbekal ketidak tahuan masyarakat tentang hakikat dari Habib Husain Al Atas yang sudah terbukti ke'Syiah'annya, walau dia mengelak untuk disebut syiah, dia bisa mengkampanyekan apa yang selama ini digemborkan oleh syiah yaitu persatuan Islam, apapun mazhabnya.
Padahal para Ulama suni sepakat bahwa Syiah dalam mazhabnya sangat berrtentangan dengan sunni, yang paling gamblang adalah suni memuji para sahabat ra, sedangkan syiah mengutuk dan mencela para sahabat ra.
Oleh karena itu, kami himbau kepada masyarakat sunni di Jakarta pada khususnya dan seluruh Indonesia pada umumnya untuk berhati-hati terhadap dakwah syiah. Sebelum terjadi sebagaimana di Iran.

Kamis, 16 Mei 2013

SUARA SYIAH: Pernyataan danTuntutan Masyarakat Pengikut (Syiah) Ahlul Bait Di Indonesia

Kami adalah para alim-ulama, dai, mubalig dan habaib yang mewakili aspirasi masyarakat Muslim Pengikut (Syiah) Ahlul Bait Indonesia yang setia pada Negara Kesatuan Republik Indonesia dan menjunjung tinggi Undang-Undang Dasar Republik Indonesia sebagai dasar kehidupan berbangsa dan bernegara yang berlandaskan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dengan ini menyatakan bahwa:
  1. Berbagai bentuk kekerasan dan penyerangan terhadap Muslim Syiah di Sampang (I&II), Bangil dan Puger merupakan kasus yang saling berhubungan dengan pola dan bentuk kekerasan dan ujaran kebencian yang sama. Karena itu, kami merasa bahwa kasus-kasus tersebut merupakan masalah kami dan penderitaan kami semua sebagai warga Negara Indonesia.
  2. Menagih janji Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk menjamin hak-hak konstitusional korban kekerasan atas nama agama, mencabut akar-akar kekerasan, melakukan rekonsiliasi dan reintegrasi sosial dengan mengembalikan seluruh korban kekerasan Sampang ke kampung halaman mereka sekaligus melakukan rehabilitasi sosial bagi segenap korban, membangun kembali rumah-rumah korban, menjamin keamanan dan menegakkan hukum yang berlaku.
  3. Menuntut pemerintah pusat dan daerah (Pemprov Jatim dan Pemkab Sampang) untuk melakukan sinergi dan tidak saling melempar tanggungjawab atas nama otonomi daerah dan pada akhirnya lebih menyetujui isu relokasi dan memilih tidak menegakkan hukum sesuai konstitusi melainkan lebih atas dasar tekanan politik partisan dan massa.
  4. Menolak tegas persetujuan  Forum Pimpinan Daerah Sampang 7 Mei 2013 yang menyetujui relokasi terhadap 166 warga pengungsi Muslim Syiah yang ada di GOR Sampang. Selain melanggar HAM dan konstitusi, tindakan persetujuan tersebut dapat menjadi preseden buruk dan ancaman bagi eksistensi kebhinnekaan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
  5. Mendesak DPR RI sesuai dengan tugas dan fungsi konstitusionalnya untuk terlibat aktif menyelesaikan nasib warga Muslim Syiah di GOR Sampang yang telah mengungsi di negeri sendiri selama 9 bulan dengan memanggil jajaran pemerintah terkait sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
  6. Menuntut Pemerintah menegakkan UU NOMOR  7  TAHUN  2012 tentang Penanganan Konflik Sosial yang tidak mengenal istilah relokasi terhadap korban konflik, karena sesuai dengan amanat UU tersebut pemerintah wajib melakukan rehabilitasi dan rekonsiliasi (kerukunan, toleransi, pemberdayaan).
  7. Menuntut pimpinan DPR RI mendesak pemerintah pusat dan pemerintah provinsi serta kabupaten untuk melaksanakan amanat UU Penanganan Konflik Sosial yang selama ini belum melaksanakan amanat UU tersebut bahkan cenderung tunduk kepada kelompok penyebar kebencian dan kekerasan. Padahal, Negara tidak boleh abai dan kalah sebagaimana yang ditegaskan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
  8. Menuntut seluruh elemen bangsa, terutama DPR RI dan Pemerintah,  untuk melindungi persatuan, kebhinnekaan, dan kemanusiaan. Karena, jika tidak, kami khawatir terjadinya internasionalisasi yang lebih luas sehingga dapat mencederai kedaulatan dan mencoreng nama baik bangsa dan negara.
Jakarta, 14 Mei 2013
DEWAN PENGURUS PUSAT
AHLULBAIT INDONESIA

HASSAN ALAYDRUS AHMAD HIDAYAT
KETUA UMUM                                         SEKRETARIS JENDERA

sumber : situs resmi ABI