Minggu, 22 April 2012

Ratusan Ulama Rumuskan Sikap Terhadap Syi’ah


Hidayatullah.com--Ratusan ulama dari berbagai daerah berkumpul di masjid Al Fajr-Kota Bandung,Ahad (22/4/2012),mereka datang atas undangan Forum Ulama Umat Indonesia (FUUI) dalam acara Musyawarah ‘Ulama dan Ummat Islam Indonesia ke-2 dengan agenda “Merumuskan Langkah Strategis Untuk Menyikapi Penyesatan dan Penghinaan Para Penganut Syi’ah”.

Dalam acara itu,  tak kurang 200 ulama dari berbagai wilayah di Indonesia hadir. Ulama-ulama tersebut dari berbagai pesantren dan ormas Islam yang ada di Indonesia seperti Persis, Muhamadiyah, NU, Hidayatullah, Al Irsyad, DDII, PUI, termasuk MUI Pusat.

Musyawarah ini dihadiri Wali Kota Bandung, Dada Rosada dan Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawawan Lc.

Dalam sambutannya Ahmad Heryawan menyambut baik acara tersebut. Lebih lanjut dia menegaskan bahwa salah satu tugas ulama adalah menjaga aqidah umat.

“Fatwa ulama sudah jelas tentang posisi Syi’ah ini dalam keyakinan Ahlu Sunnah wal Jamaah,maka sikap kita juga harus jelas juga,”katanya.

Untuk itu dirinya berharap rekomendasi dari ulama yang akan mengadakan musyawarah hingga malam hari nanti diharapkan menghasilkan hal yang mampu menyelesaikan masalah umat ada, sehingga bisa direkomendasikan kepada pemerintah Kota Bandung maupun langsung kepada Pemerintah Jawa Barat.
Menurutnya, rekomendasi tersebut bisa menjadi acuan gubernur dalam mengeluarkan peraturan jika dianggap perlu.

Hingga menjelang shalat dhuhur peserta mendengarkan pandangan umum dari elemen ormas Islam yang hadir tentang posisi Syi’ah dalam pandangan Sunni. Hasilnya semua ormas Islam memberi pandangan bahwa Syi’ah sesat dan menyesatkan.

Musyawarah akan dilanjutkan usai shalat dhuhur, mereka akan dibagi menjadi 3 komisi yakni taktis, strategis dan sosialisasi. Masing-masing komisi akan mempresentasi hasil dari musyawarahnya tentang rekomendasi penanganan Syi’ah di indonesia.*
Rep: Ngadiman Djojonegoro
Red: Cholis Akbar

FUUI: Tutup Pintu Dialog dengan Syi’ah


Hidayatullah.com--Sudah tidak ada waktu dan tempat lagi untuk berdialog dengan penganut Syi’ah. Sebab mayoritas ulama Ahlu Sunnah sudah sepakat bahwa faham Syi’ah itu sesat dan menyesatkan serta di luar Islam. Hal tersebut tidak saja di fatwa ulama di Indonesia tetapi juga ulama Timur Tengah termasuk para ulama Rabithah Alam Islami.
“Sekarang bukan saatnya lagi dialog atau debat tentang sesatnya faham Syi’ah.Tetapi sikap dan tindakan nyata yang harus kita lakukan,” demikian ungkap Ketua Forum Ulama Umat Indonesia (FUUI), KH Athian Ali Da’i, Lc, MA usai menutup acara “Musyawarah  Ulama dan Ummat Islam Indonesia ke-2” yang berlangsung di Masjid Al Fajr Kota Bandung, Ahad (22/4/2012).
Athian menambahkan jalan panjang telah  dilalui dan sejak  kelahirannya sejarah tidak pernah mencatat bahwa ada kesepahaman dan kesepakatan Sunni-Syi’ah, karena sudah menyangkut perbedaan aqidah. Karenanya,  perbedaan mendasarnya persoalan tersebut seharusnya tidak lagi menjadi perdebatan yang berkepanjangan.
Hal tersebut juga di amini Habib Thohir Alkaf dari Yayasan Al Bayyinat Bangil. Menurut Habib Thohir Alkaf, persoalan Syi’ah jangan dipandang sebagai berbedaan fiqh atau yang bersifat furu’ (cabang) namun persoalan aqidah.
“Kalau terpaksa debat dengan mereka langsung saja pada isi 4 buku rujukan utama Syi’ah (Al Kahfi, Al Istibshar, At Tahdzib dan Man Laa Yahduruhul Faqih), mereka pasti akan terdiam. Tetapi mereka masih bisa mengelak dengan taqiyah,” ungkapnya.
Thohir Alkaf menambahkan, biasanya, taqiyah (berbohong) adalah senjata utama kaum Syi’ah untuk “lari” dari kaum Sunni. Karena, taqiyah adalah bagian dari aqidah mereka sehingga akan sulit mendapatkan titik temu.
Untuk itu, dirinya juga sepakat bahwa dialog dan komunikasi intensif bukanlah cara tepat menyelesaikan konflik Sunni-Syi’ah di Indonesia.Dirinya mencontohkan puluhan tahun berdialog dengan kaum Syi’ah termasuk dengan mantan gurunya sendiri tidak membuahkan hasil apa-apa.
Namun demikian, Thohir Alkaf tidak menganjurkan melawan kaum Syi’ah dengan konfrontatif terbuka. Karena cara tersebut hanya akan menguntungkan mereka mendapat simpati dan dukungan internasional.
Selain itu, ia menyarankan umat Islam tidak harus menunggu sikap pemerintah pusat tentang Syiah. JIka bisa, sebaiknya setiap pemerintah daerah bisa melarang aktivitas Syi’ah.
“Kalau tiap kota bisa melakukan pelarang segala aktivitas Syi’ah, tentu bisa mempersempit gerak mereka,” harapnya.

Untuk mendukung gerakan tersebut dirinya juga berharap tiap kepala daerah mendapat pencerahan dan pemahaman yang utuh tentang kebenaran ajaran Sunni dan sesatnya Syi’ah. Sehingga umat, ulama dan penguasa (umara) memiliki satu langkah.*
Rep: Ngadiman Djojonegoro
Red: Cholis Akbar

Ulama Usulkan Bahaya Aliran Syiah Masukan Kurikulum Pendidikan


Hidayatullah.com--Hasil akhir dari Musyawarah ‘Ulama dan Ummat Islam Indonesia ke-2 yang diprakarsai Forum Ulama Ummat Indonesia (FUUI) yang berlangsung di Masjid Al Fajr Kota Bandung, Ahad (22/4/2012) yang berakhir hingga Ahad malam yang terbentuk dalam tiga komisi meliputi strategis,taktis dan sosialisasi.
Komisi Strategis yang di pimpin Drs.KH.M.Nuruddin A.Rahman ,SH menghasil keputusan:
1.Merekomendasikan kepada MUI Pusat agar mengeluarkan fatwa tentang kesesatan faham Syi’ah.
2.Meminta kepada Menkumham, Menag, dan Kejagung agar mencabut izin seluruh organisasi, yayasan, atau lembaga yang berada dibawah naungan syi’ah dan atau yang berfaham Syi’ah.
3.Merekomendasikan kepada pemerintah melalui Mendikbud agar menutup segala kegiatan Iranian Corner di seluruh perguruan tinggi di Indonesia.
4.Mengusulkan kepada UIN Sultan Alauddin Makasar agar meninjau kembali rencana pemberian gelar doktor by riset kepada Jalaluddin Rakhmat,yang ditengarai sebagai tokoh penggiat faham Syi’ah di Indonesia.
Sementara Komisi Taktis yang di pimpin KH.Luthfi Bashori,Lc menghasilkan keputusan:
1.Memasukan kedalam kurikulum/ekstrakulikuler tentang bahaya Syi’ah
2.Membuat Posko gerakan anti Syi’ah

3.Membuat gerakan Aksi Damai Indonesia Tanpa Syi’ah

4.Memperringatkan kepada masyarakat terhadap bahaya penerbitan-penertiban yang terindikasi terlibat gerakan syi’ah baik cetak maupun elektronik.

5.Mengadakan penerbitan khusus 4 buku rujukan utama Syi’ah (Al Kahfi,Al Istibshar,At Tahdzib dan Man Laa Yahduruhul Faqih).

Komisis Sosialisasi yang di pimpin Dr.KH.Muhammad Rizal Ismail menghasilkan keputusan:
1.Mendata media-media Ahlu Sunnah yang siap bekerja sama dalam mensosialisasikan bahaya dan kesesatan syi’ah.
2.Menyelenggarakan acara seminar, diskusi panel, dauroh, tabligh akbar yang membahas kesesatan dan bahaya Syi’ah.
3.Membuat website, mailist mengenai bahaya dan kesesatan Syi’ah.
4.Menyisipkan sebanyak mungkin tentang kesesatan Syiah dalam kegiatan khutbah Jum’at, tabligh, media cetak dan elektronik.
Sementara itu, menurut ketua panitia, KH Athian Ali Da’i, Lc, MA, hasil keputusan tersebut akan segera disampaikan kepada Wali Kota Bandung,Gubernur Jawa Barat,MUI Pusat dan Kementrian terkait (Menkumham, Menag, Mendikbud), Kejagung dan Mabes Polri untuk segera ditindak lanjuti.
Karenanya, dirinya berharap dalam waktu dekat hasil keputusan musyawarah tersebut bisa segera berlaku efektif dan dapat menjadi pegangan umat dalam menghadapi aktivitas penganut faham Syi’ah di Indonesia.
Athian juga mengaku tidak mengkhawatirkan bahwa keputusan musyawarah tersebut dapat memicu konflik horizontal.
Musyawarah sendiri di hadiri sekira 200 ulama yang dari perwakilan ormas Islam,pesantren dan MUI Pusat. Mereka sengaja datang dari pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan Lombok.*
Rep: Ngadiman Djojonegoro
Red: Cholis Akbar

Bahaya Syiah Iraq Sudah di Depan Pintu!

Hidayatullah.com—Seorang pria mirip mantan orang dekat Saddam Hussein muncul dalam rekaman video di situs Partai Baath, mengajak rakyat melawan dominasi pemerintah Syiah Iraq.

Dilansir oleh Reuters (08/04/2012), rekaman video yang diunggah ke situs Partai Baath, partai Saddam Hussein yang sekarang dinyatakan ilegal, menunjukkan sosok Izzat Ibrahim Al Douri mengenakan seragamnya era Saddam dan duduk di depan bendera lama Iraq.

“Kita harus memulai lagi dari awal dengan segera … untuk membangun kembali partai revolusioner Baath,” katanya, dalam video yang disiarkan dalam rangka ulang tahun Partai Baath ke-65.

Izzat Ibrahim Al Douri adalah mantan ketua Partai Baath saat Saddam Hussein berkuasa. Ia menjadi satu-satunya pejabat era Saddam dengan pangkat tertinggi yang belum berhasil ditangkap Amerika Serikat dan pemerintah Syiah Iraq bentukan AS. Washington mengiming-imingi hadiah sebesar USD10 juta bagi siapa saja yang berhasil menangkap Al Douri. Pria tua itu termasuk dalam daftar 55 warga Iraq yang paling dicari oleh militer Amerika Serikat. Namanyanya berada di urutan ke-6.

“Setiap orang dapat mendengar suara bahaya bergema setiap hari yang mengancam negeri ini,” katanya dalam video yang berdurasi satu jam itu, lansir Associated Press.
Al Douri juga mengkritik pemerintah negara-negara Arab yang mendukung pemerintah Syiah Iraq, dan mengecam mereka karena ikut memusuhi para pejuang Iraq yang berperang melawan invasi militer Amerika Serikat. Sebagaimana diketahui, pemerintah AS menuding Al Douri menjadi komandan yang mengorganisir para pejuang Iraq yang disebut sebagai pemberontak.

“Sembilan tahun telah berlalu sejak invasi dan pendudukan (AS-red) dan para pengkhianat ini telah memunggungi perlawanan para pejuang Iraq,” kata Al Douri.

Al Douri pada saat yang sama memperingatkan negara-negara Muslim Arab, atas apa yang disebutnya sebagai “invasi Safavid” di kawasan itu, merujuk pada pengaruh Syiah Iran yang semakin kuat dalam pemerintah Iraq sekarang ini.

“Kami tunjukkan di depan mata dan di genggaman tangan Anda, bahwa musuh Safavid dari Persia hari ini telah berdiri depan pintu,” kata Al Douri menegaskan.

Al Douri mengatakan, Partai Dakwah Islam –partai Syiah tempat Perdana Menteri Nuri Al Maliki bernaung– “telah mengumumkan Iraq sebagai ibukota Syiah, dan ia menyeru kepada para pemimpin negara-negara Arab agar mengakui realita itu.”

Al Douri pernah dikabarkan telah mati atau tertangkap lebih dari satu kali. Pada rekaman video yang dirilis tahun 2009, ia mengirimkan pesan serupa, menyeru agar para pejuang Muslim Iraq bangkit melawan Syiah lewat jalur politik.

Peringatan bahaya Syiah di Iraq oleh Al Douri ini kiranya bukan isapan jempol semata. Terbukti, hanya beberapa jam setelah Amerika Serikat menarik hampir seluruh pasukannya pada akhir Desember 2011, Al Maliki mengeluarkan surat perintah penangkapan atas Al Hashimi. Pemimpin pemerintahan Iraq yang dikuasai Syiah, Perdana Menteri Nuri Al Maliki, mengumumkan Wakil Presiden Tariq Al Hashimi sebagai tersangka otak aksi terorisme di Iraq dan mengendalikan pasukan berani mati penentang pemerintah. Al Hashimi adalah satu dari segelintir politisi Muslim yang berada di pemerintahan sebagai perwakilan dari warga Muslim Iraq. Al Hashimi kemudian mengungsi ke wilayah Kurdistan.

Pemimpin Wilayah Otonomi Kurdistan Massoud Barzani, seperti halnya pemerintah Turki, mengecam dominasi politik kelompok Syiah di Iraq. Belum lama ini Barzani sengaja terbang ke Washington menemui para pemimpin Amerika Serikat untuk mengadukan Syiah Iraq yang berusaha menguasai penuh pemerintahan Iraq dan menagih komitmen Gedung Putih yang berjanji akan mempertahankan persatuan Iraq setelah menarik pasukannya dari negeri 1001 malam itu.

Barzani mengatakan bahwa Nuri Al Maliki, yang naik ke kursi perdana menteri dengan dukungan penuh dari Washington, memerintah di Iraq seperti seorang diktator.

KH Hasyim Asy'ari Kecam Syi'ah Karena Mencaci-Maki Sahabat Nabi SAW


Kitab yang dinukil dan diterjemahkan dalam Irsyadussari fi jam’I Mushonnafaat Asyekh Hasyim Asy’ari karya KH. Hasyim Asy’ari, terdapat beberapa untaian perkataan tokoh pendiri Nahdlatul Ulama (NU) ini tentang kesesatan kaum Syi’ah, yang telah mencaci-maki dan mengkafirkan para sahabat Nabi Muhammad Saw.
Berikut perkataan KH. Hasyim Asy’ari terkait Syi’ah:
“Dan diantara mereka ada kaum rofidhoh (syi’ah) yang mencaci-maki Sayyidina Abu Bakar dan Umar ra, dan mereka membenci sahaba-sahabat (nabi) ra dan secara berlebih-lebihan (ghuluw) terhadap Sayyidina Ali dan ahlul bait ra. Sayyid Muhammad berkata dalam syarah al-Qomus (tentang Syi’ah): Dan sebagian mereka (Syi’ah) telah sampai pada kekafiran dan zindiq, semoga Allah melindungi kita dan kaum muslimin darinya”.
Dan Qodhi “Iyadh berkata dalam kitab as-Syafa: dari Abdullah bin Mugaffal ra berkata: “Takutlah kepada Allah akan sahabatku, janganlah kalian menjadikan mereka sebagai sasaran (hujatan). Barang siapa yang mencintai mereka, maka akupun akan mencintainya dengan cintaku, dan barangsiapa yang menyakiti mereka, maka mereka menyakiti aku. Dan barangsiapa menyakiti aku, maka sesungguhnya dia telah menyakiti Allah. Dan barangsiapa menyakiti Allah, maka aku khawatir Dia akan mengazabnya.” (hal 11).
Rasulullah Saw bersabda: “Janganlah kalian mencaci maki sahabatku, karena barangsiapa mencaci mereka, maka baginya laknat Allah, malaikat dan seluruh manusia, Allah tidak akan menerima darinya ibadah wajib maupun sunnah.” (hal 11).
Dan beliau, Nabi Saw bersabda: “Janganlah kalian mencaci maki sehabatku, sesungguhnya akan datang suatu kaum di akhir zaman yang mencaci maki mereka, maka janganlah kalian menshalati (jenazah) mereka, dan jangan shalat bersama mereka, dan jangan kalian menikah dari mereka, dan jangan duduk bersama mereka, jika mereka sakit janganlah kalian menjenguknya.” (hal 11)
Beliau Saw juga bersabda: “Barangsiapa mencaci maki sahabatku, maka pukullah dia.” (hal11).
Rasulullah Saw telah menyatakan bahwa, mencela dan menyakiti mereka berarti menyakiti beliau Saw dan menyakiti beliau adalah hukumnya haram, beliau bersabda: “Janganlah kalian menyakitiku dengan menyakiti sahabatku, karena sesungguhnya menyakiti mereka adalah menyakitiku.” Dan beliau bersabda, “Janganlah kalian menyakitiku dengan menyakiti Aisyah.” Dan beliau bersabda tentang Fatimah ra: “dia (Fatimah) adalah bagian dari diriku, sehingga akupun merasa sakit apabila merasakan sakit.”
Rasulullah Saw bersabda: “Tanda keimanan adalah mencintai kaum anshor, dan tanda kemunafikan adalah membenci mereka.” (hal 17).
Dan dari Jabir ra secara marfu’: “Mencintai Abu Bakar dan Umar adalah bagian dari iman, dan membenci mereka adalah kekafiran, dan barangsiapa yang mencaci maki sahabat-sahabatku, maka baginya laknat Allah, dan barangsiapa yang menjagaku dengan menjaga (kehormatan) sahabatku, niscaya aku akan menjaganya pada hari kiamat.” (hal 17).
“Maka wajiblah bagi setiap mukallaf untuk mencintai keluarga nabi dan seluruh sahabatnya yang arab maupun non-arab, dan janganlah dia menjadi seperti khawarij yang membenci ahlul bait sehingga tidak bermanfaat bagi mereka kecintaan mereka terhadap sahabat. Dan tidak pula seperti Rofidhoh (syi’ah) yang membenci sebagian sahabat, sehingga tidak berguna bagi mereka kecintaan mereka terhadap ahlul bait…” (hal 17).
“Dan sesungguhnya di periode terakhir masa sahabat, telah terjadi penyimpangan dari kaum Qadariyah, yaitu Ma’bad al-Juhani dan pengikutnya, dan para sahabat telah berlepas diri dari mereka seperti Abdullah bin Umar dan Jabir serta Anas dan yang lainnya ra. Kemudian setelah itu menyusul penyimpangan lainnya sedikit demi sedikit sampai sempuna menjadi 72 golongan sesat dan golongan ke-73 mereka adalah Ahlussunnah Wal Jamaah, dan mereka itulah golongan yang selamat.
Maka apabila ada yang bertanya, apakah golongan-golongan sesat bisa diketahui? Maka jawabannya adalah: sesungguhnya kita mengetahui perpecahan dan induk golongan-golongan tersebut, dan sesungguhnya setiap golongan terpecah menjadi golongan-golongan (yang lain) walaupun kita tidak mengetahui nama dari golongan-golongan tersebut serta madzhabnya”. (hal 24).
“Dan induk (semua) golongan adalah Haruriyah, Qadariyah, Jahmiyah, Murji’ah, Rofidhoh (Syi’ah) dan Jabariyah dan sebagian ulama rahimahumullah mengatakan: induk golongan-golongan sesat adalah keenam golongan tersebut, dan masing-masing terpecah menjadi 12 golongan sehingga menjadi 72 golongan”. (hal 24). Desastian
sumber: voa-islam.com

Hari Ini di Bandung, FUUI Keluarkan Fatwa Sesat Syiah


Bandung (Voa-Islam) – Hari ini, Ahad (22/4), di Bandung, Forum Ulama Ummat Indonesia (FUUI) yang diketuai oleh KH. Athian Ali M Dai, mengeluarkan fatwa sesat Syiah. Fatwa ini untuk merespon pertanyaan kaum muslimin, sekaligus menyikapi gerakan Syiah di Bandung, Jawa Barat dan sekitarya. Demikian dilaporkan oleh koresponden Voa-Islam di Bandung.
Pada 28 Februari 2012, ulama di Bandung berkumpul untuk merumuskan langkah strategis dalam menyikapi pergerakan dan penghinaan kepada para sahabatr Nabi saw oleh kaum Syiah. Sehingga disepakati untuk segera mengeluarkan fatwa tentang Syiah.
Selanjutnya, pada 17 Maret 2012, kembali berkumpul para ulama, diantaranya: Ustadz Amin Jamaludin, Ustadz Hartono Ahmad Jaiz, Ustadz Luthfi Basori, Ustadz Daud Rasyid, Ustadz Ihsan Setiadi Latief, sedangkan Ustadz Adian Husaini berhalangan hadir. Semua membicarakan tentang perlunya Fatwa Syiah.
Pada 22 Maret 2012 telah dirumuskan Fatwa tentang Kesesatan Syiah yang ditandatangani oleh Ketua FUUI KH Athian Ali M Dai dan penasihat FUUI, KH Abdul Qodir Sodiq. Fatwa tersebut akan dipublish di Masjid al-Fajar Cicagra, hari ini, Ahad, 22 April 2012.
Berikut, isi Fatwa Forum Ulama Ummat Indonesia (FUUI) nomor 04/Rabiuts Tsani/1433 tentang Syiah :
1)      Pribadi/kelompok yang meyakini, mengajarkan dan menyebarkannya secara keseluruhan maupun sebagian dari faham Syiah di atas, yang meyakini dirinya pengikut syiah maupun tidak, adalah sesat dan menyesatkan serta berada di luar Islam.
2)      Umat Islam wajib membatasi interaksi, baik pribadi maupun kelompok dengan pengikut faham Syiah untuk menghindarkan diri dan keluarga dari pengaruh ajaran sesat mereka.
3)      Pemerintah Indonesia berkewajiban mengambil tindakan terhadap pribadi maupun kelompok Syiah, karena telah menodai kemurnian ajaran Islam sekaligus untuk menghindarkan konflik yang lebih besar sebagaimana terjadi di negara-negara lain.
Bandung, 22 Maret 2012 bertepatan dengan 29 Rabiuts Tsani 1433
Ditanda tangani KH Athian Ali M Dai selaku Ketua FUUI dan KH Abdul Qodir Sodiq (Penasihat FUUI) (Dendy/Desas)
sumber : voa-islam.com 

Subhanallah!! Gubernur Jawa Barat Dukung Ulama Bahas Bahaya Syiah


Bandung (VoA-Islam) - Tak kurang dari 200 ulama dari berbagai wilayah di Indonesia hadir dalam Musyawarah Ulama dan Umat Islam di Masjid al-Fajr (21/4) Kota Bandung. Acara ini digelar oleh Forum Ulama Umat Indonesia (FUUI) untuk “Merumuskan Langkah Strategis Untuk Menyikapi Penyesatan dan Penghinaan Para Penganut Syi’ah”. Kegiatan ini dibuka oleh Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan, dan dihadiri oleh Wali Kota Bandung, Dada Rosada.
Ulama-ulama yang hadir tersebut datang dari berbagai pesantren dan ormas Islam yang ada di Indonesia seperti Persis, Muhamadiyah, NU, Hidayatullah, Al Irsyad, DDII, PUI, termasuk MUI Pusat.Melalui musyawarah ulama, diharapkan dapat mengingatkan umat Islam, khususnya di Jawa Barat dan sekitarnya untuk membentengi aqidah yang menyimpang.
Dalam sambutannya Ahmad Heryawan menyambut baik acara tersebut. Lebih lanjut dia menegaskan bahwa salah satu tugas ulama adalah menjaga aqidah umat.“Fatwa ulama sudah jelas tentang posisi Syi’ah ini dalam keyakinan Ahlu Sunnah wal Jamaah,maka sikap kita juga harus jelas juga,”katanya.

Untuk itu dirinya berharap rekomendasi dari ulama yang akan mengadakan musyawarah hingga malam hari nanti diharapkan menghasilkan hal yang mampu menyelesaikan masalah umat ada, sehingga bisa direkomendasikan kepada pemerintah Kota Bandung maupun langsung kepada Pemerintah Jawa Barat.
Menurutnya, rekomendasi tersebut bisa menjadi acuan gubernur dalam mengeluarkan peraturan jika dianggap perlu.Hingga menjelang shalat dhuhur peserta mendengarkan pandangan umum dari elemen ormas Islam yang hadir tentang posisi Syi’ah dalam pandangan Sunni. Hasilnya semua ormas Islam memberi pandangan bahwa Syi’ah sesat dan menyesatkan.

Musyawarah dilanjutkan usai shalat dhuhur, peserta yang hadir di bagi ke dalam tiga komisi, yakni: Komisi Strategis, Komisi Taktis dan Komisi Sosialisasi.Masing-masing komisi mempresentasi hasil dari musyawarahnya tentang rekomendasi penanganan Syi’ah di Indonesia.
Komisi Strategis merumuskan langkah-langkah antisipasi penyesatan dan penghinaan kelompok Syiah melalui bidang politik dan hukum. Adapun Komisi taktis merumuskan strategi untuk menghadapi kegiatan penyesatan dan penghinaan kaum Syiah. Sedangkan Komisi Sosialisasi, membahas tentang langkah sosialisasi kepada masayarakat, baik  perorangan atau lembaga, menjelaskan akan bahaya Syiah.
Ketua FUUI, KH Athian Ali menegaskan acara ini merupakan bentuk respon dari banyaknya pertanyaan kaum muslimin ihwal kesesatan Syiah. Terlebih ajaran ini seperti bernilai Islam, padahal sesungguhnya sesat menyesatkan. "Kami berupaya untuk membentengi dan menyelamatkan umat Islam dari bahaya Syiah di negeri ini," tegas Athian saat menyampaikan Fatwa FUUI tentang Sesatnya Syiah.
Dari pimpinan ormas Islam yang hadir, sepakat bahwa Syiah adalah paham sesat menyesatkan serta berada di luar Islam. Kaum muslimin diimbau waspada dalam menghadapi kaum Syiah. Mereka juga sepakat untuk bekerjasama dan sinergi dalam membentengi akidah umat. (Dendy/desas)

FUUI Desak MUI Segera Keluarkan Fatwa Sesat Syiah


Sekitar 200 ulama pada Musyawarah Ulama dan Ummat Islam Indonesia ke-2 merekomendasikan kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk mengeluarkan fatwa tentang kesesatan ajaran Syi’ah dan menghentikan seluruh kegiatan Syi’ah dari pusat sampai daerah.
Ratusan ulama itu berkumpul di Sekretariat Forum Ulama Umat Indonesia (FUUI) di Masjid Cijagra, kemarin Ahad (22/4). Dalam rilis yang diterima detikbandung, Senin ini (23/4/2012), sedikitnya 200 ulama dan tokoh muslim dari seluruh Indonesia, di antaranya seluruh Jawa, Madura, Bali, Maluku, Sulawesi, Kalimantan, dan Aceh yang hadir.
"Kami juga minta Menkum HAM, Mentreri Agama, dan Kejaksaan Agung agar mencabut izin seluruh organisasi, yayasan, atau lembaga yang berada di bawah naungan Syi’ah dan atau yang berfaham Syi’ah. Kami juga merekomendasikan pada pemerintah melalui Mendiknas agar menutup kegiatan Iranian Corner di seluruh perguruan tinggi Indonesia," ujar Ketua FUUI Athian Ali.
Poin kesepakatan yang dihasilkan dalam musyawarah tersebut masih banyak, namun intinya seluruh ulama di Indonesia harus terus memberikan pemahaman kebenaran Ahli sunnah wal jamaah dan bahaya kesesatan Syi’ah dengan berbagai cara.
Sebelum digelar musyawarah ulama kemarin, pada Sabtu 17 Maret 2012 lalu di FUUI berkumpul tim ahli yang terdiri dari Ustadz Amin Jamaluddin, Ustadz Luthfi Bashori, Ustadz Hartono Ahmad Jaiz dan Ustadz Daud Rasyid, serta Sekretaris PP Persis Ustadz Ihsan Setiadi Latief. Sementara Ustadz Adian Husaini berhalangan hadir tetapi telah menyampaikan masukan-masukannya secara tertulis.
Pertemuan tersebut dimaksudkan untuk menghimpun usul dan saran berkenaan dengan rencana FUUI mengeluarkan fatwa serta mematangkan perencanaan musyawarah nasional.
Lalu pada Kamis 22 Maret 2012 “Fatwa Tentang Syi’ah” ditandatangani oleh Ketua FUUI dan salah seorang Penasihat FUUI, KH. ‘Abdul Qodir Shodiq. Kendati demikian memperhatikan saran para Penasihat FUUI agar tetap menjaga kebersamaan, maka dikeluarkannya Fatwa FUUI mengambil moment pada tanggal 22 April 2012, dengan sebelumnya diedarkan kepada para ‘Ulama dan para Pimpinan Ormas Islam di seluruh Indonesia.(fq/dtkbdg)
sumber: eramuslim

Direktur ICU: Allah bersetubuh, Muhammad yang merasakan, Ali yang berbuat, Fathimah yang menerimanya (Astaghfirullah !)


Koran Tribun Timur Makassar, Jum'at, 23 Januari 2009, menurunkan artikel Supa Atha'na (Tokoh Syiah di Makassar dan Direktur Iranian Corner Universitas Hasanuddin (ICU) Makassar) dalam tribun opini dengan judul "Assikalaibineng, Refleksi Pemikiran Muslim Persia", di dalam artikel itu Supa Atha'na ingin menegaskan bahwa orang persia punya peran yang sangat besar dalam proses islamisasi di daerah-daerah yang bersuku Bugis-Makassar, dia menyebutkan:
"Sementara disebutkan bahwa sayid Jamaluddin Kubra Al Husein adalah kakek dari walisongo di tanah jawa, yang kelahiran samarkand, Persia datang ke tanah Bugis, Tosara-Wajo, adapun tahun kedatangannya banyak versi, tapi umumnya menyebutkan seputar tahun 1300-an. Bandingkan dengan kedatangan datuk Ribandang, datuk Patimang dan Datuk Ditiro yang disebut-sebut penyebar Islam di tanah Bugis-Makassar kedatangannya sekira tahun 1600. Ada 300 tahun jarak di antara mereka."
Untuk menguatkan pernyataan itu ia mendatangkan bukti dengan menyebutkan kutipan buku bacaan orang tua bugis makassar yang berjudul "Assikalaibineng" yang di dalamnya tertulis "Allah Taala Mabberattemu Muhamma' mappenedding Ali mappugau Patima ttarimai" namun parahnya dia terjemahkan kosa kata bahasa bugis tadi secara terang-terangan dan ia mengatakan:
"Allah Taala yang bersetubuh, Muhammad yang merasakan, Ali yang berbuat, fatimah yang menerimanya.Antara Allah, Rasulullah, Ali dan Fathimah adalah sebuah kemanunggalan atau dalam istilah tasawwuf disebut Wahdatul Wujud. Pengertian sederhana wahdatul wujud adalah bersatunya Tuhan dengan manusia yang telah mencapai hakiki atau dipercaya telah suci.
Ada pun guru besar pertama konsep wahdatul wujud adalah Husain Ibn Mansyur al Hallaj, yang kesohor dengan sebutan al Hallaj, sufi Persia lahir pada 26 maret 866 M. konsep wahdatul wujud itu bersumber dan berkembang dari tradisi pemikiran Islam Persia."

Supa Atha'na (Direktur Iranian Corner Universitas Hasanuddin Makassar)
Di kantor LPPI Makassar ada buku yang berjudul "Assikalaibineng" yang dia maksud, dan betul apa yang dia tulis dengan apa yang ada dalam buku itu. namun yang perlu diketahui bahwa penulis buku itu tidak beraliran Syiah, ia hanya mengutip dan mengumpul-ngumpulkan manuskrip-manuskrip lontara yang menjadi bahan bacaan sebagai panduan berhubungan badan suami-istri orang-orang tua zaman dulu Bugis-Makassar, karena dalam buku itu juga disebutkan tentang Abu Bakar, Umar dan Utsman yang mereka merupakan Khulafa' Rasyidun bersama dengan Ali bin Abi Thalib.
Penulis buku "Assikalaibening" tidaklah beraqidah Syiah yang dimana dalam Aqidah Syiah 3 sahabat nabi (Abu Bakar, Umar dan Utsman) sangat dibenci dan bahkan dikafirkan. Dan mungkin karena kurangnya ilmu agama yang dimiliki sang penulis, banyak dalam buku itu praktek-praktek hubungan badan dengan bentuk dan bacaan-bacaan yang aneh dan sama sekali tidak diajarkan oleh agama Islam, bahkan hal yang sangat sensitif yang berkaitan dengan aqidah-pun dia tidak seleksi dari manuskrip-manuskrip lontara tadi.
Namun  Supa Atha'na memanfaatkan keteledoran penulis buku untuk dia dijadikan rujukan atas pernyataannya dari judul artikel yang dia tulis "Assikalaibineng, Refleksi Pemikiran Muslim Persia",  di akhir tulisan, Supa Atha'na memberikan kesimpulan "Dengan pemaparan di atas maka sebagai kesimpulan bahwa yang mengajarkan konsep Assikalaibineng adalah muslim dari negeri persia"
Penjelasan Terhadap Aqidah Wahdatul Wujud, berikut kami kutipkan dari tulisan Ustadz Muhammad Ashim bin Musthafa dari situs almanhaj.or.id (http://almanhaj.or.id/content/2769/slash/0)
HAKIKAT KEYAKINAN WIHDATUL WUJUD DAN PELOPORNYA
Keyakinan wihdatul wujud, merupakan pemahaman ilhadiyah (kufriyah) yang muncul setelah dipenuhi dengan keyakinan hulul. Yaitu, dalam istilah Jawa disebut manunggaling kawula lan gusti. Artinya, bersatunya makhluk dengan Tuhan, pada sebagian makhluk. Tidak ada keterpisahan antara keduanya. Muaranya, segala yang ada merupakan penjelmaan Allah Azza wa Jalla. Tidak ada wujud selain wujud Allah. Hingga akhirnya berpandangan, tidak ada sesuatu pun di alam semesta ini, kecuali Allah. Pemikiran sesat seperti ini, tidak lain kecuali berasal dari keyakinan Budha dan kaum Majusi.[1]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menjelaskan, bahwa mereka (orang-orang yang berkeyakinan dengan aqidah wihdatul wujud) telah melakukan ilhad (penyimpangan) dalam tiga prinsip keimanan (iman kepada Allah, RasulNya dan hari Akhirat). Menurut Syaikhul Islam, dalam masalah iman kepada Allah, mereka menjadikan wujud makhluk merupakan wujud Pencipta itu sendiri. Sebuah ta'thil (penghapusan sifat-sifat Allah) yang sangat keterlaluan.[2]
Pemahaman seperti ini sungguh sangat nista dan kotor. Karena, konsekwensinya berarti seluruh keburukan, binatang-binatang najis, kejahatan, iblis, setan dan perihal buruk lainnya merupakan jelmaan Allah. Maha Suci Allah dari perkataan orang-orang mujrimin (berbuat kejelekan).
Keyakinan seperti inilah yang menjadi landasan aqidah Muhammad bin ‘Ali bin Muhammad bin ‘Arabi Abu Bakr al Hatimi. Dia lebih dikenal dengan nama Ibnu ‘Arabi [3]. Lahir tahun 560 H di Andalusia dan meninggal tahun 638 H. Menurut adz Dzahabi, ia (Ibnu 'Arabi) sebagai kiblat orang-orang yang menganut paham aqidah wihdatul wujud [4]. Simak dua bait syair yang tak pantas ini :
Tidaklah anjing dan babi kecuali sesembahan kami...Dan bukanlah Allah, kecuali seorang pendeta di gereja! [5]
Lebih jauh Syaikhul Islam menjelaskan bahwa, keyakinan seperti ini diadopsi dari pemikiran para filosof, seperti Ibnu Sina dan lain-lain. Yang kemudian dikemas dengan baju Islam melalui tasawuf. Kebanyakan terdapat dalam kitab al Kutubul Madhnun biha ‘Ala Ghairi Ahliha.[6]
SYUBHAT SEPUTAR UNGKAPAN KUFUR IBNU ‘ARABI
Kitab Fushulul Hikam dan al Futuhat al Makkiyah, dua karya Ibnu 'Arabi yang sangat terkenal ini, sarat dengan perkataan-perkataan tentang wihdatul wujud, penafian perbedaan antara Khaliq (Pencipta) dengan makhlukNya, dan penetapan penyatuan antara keduanya. Sangat jelas, dari dua buku ini, betapa rusak aqidah penulisnya dan orang-orang yang mengikutinya.
Sebagai contoh, misalnya dalam sebuah penggalan syairnya, Ibnu 'Arabi berkata:
الْعَبْدُ رَبٌّ وَالرَّبُّ عَبْدٌ يَا لَيْتَ شِعْرِيْ مَنِ الْمُكَلَّفُ
Hamba adalah Rabb, dan Rabb merupakan hamba. Aku bingung, siapa gerangan yang menjadi mukallaf.
Ia juga mengatakan :
عَقَدَ الْخَلَائِقُ فِيْ الْإلِه عَقَائِدَ وَأَنَا اعْتَقَدْتُ جَمِيْعَ اعْتَقَدُوهُ
Semua makhluk berkeyakinan tentang ilah (sesembahan) dengan berbagai keyakinan. Dan aku berkeyakinan (tentang ilah) dengan seluruh yang mereka yakini itu.[7]
Begitu juga dengan perkataannya :
Dia menyanjungku, aku pun memujiNya. Dia menyembahku, dan aku pun menyembahNya.
Dalil yang ia catut untuk mendukung argumentasinya, yaitu firman Allah dalam an Nur/24 ayat 39 :
وو جد الله عنده
"Dan didapatinya (ketetapan) Allah di sisinya".
Juga dengan mengusung hadits palsu berikut :
مَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّهُ
"(Barangsiapa mengenal dirinya, sungguh ia telah mengenal Rabb-nya)".
Mengenai argumentasi yang dibawakan ini, Dr. Ghalib 'Awaji memberikan komentar : "Ini merupakan istidlal (pengambilan dalil) yang sangat aneh dan mungkar yang diucapkan oleh seseorang. Bagaimana mungkin mengatakan al Qur`an dan Sunnah mengajak ilhad dan kekufuran kepada Allah? Oleh karenanya, Ibnu Taimiyah mengatakan, kekufuran mereka lebih parah daripada kekufuran Yahudi dan Nashara serta kaum musyrikin Arab” [9]. Adapun Ahlu Sunnah menetapkan, sebagaimana dikatakan Ibnul Abil ‘Izz rahimahullah [10] : "Ahlu Sunnah bersepakat, tidak ada sesuatu pun menyerupai Allah, baik pada dzatNya, sifatNya maupun af‘al (perbuatan-perbuatan)Nya".
Mengenai keimanan kepada hari Akhir, Ibnu 'Arabi berpendapat, bahwa penghuni neraka juga merasakan kenikmatan di neraka, sebagaimana yang dinikmati oleh penghuni jannah di jannah. Karena adzab (yang berarti siksaan), disebut demikian, lantaran kenikmatan rasanya ('udzubatu tha'mihi, dari kata adzbun yang berarti lezat).
Sementara itu, tentang keimanan kepada para rasul, penganut wihdatul wujud juga melakukan penodaan yang tidak ringan terhadap gelar terhormat para rasul. Menurut mereka, penutup para wali Allah itu lebih berilmu daripada penutup kenabian. Mereka berpendapat, para nabi -termasuk pula Nabi Muhammad- mengambil ilmu dari celah wali terakhir.
Tentu, pendapat seperti ini, sangat jelas melanggar nash-nash agama dan cara berpikir yang . Seperti sudah dimaklumi, orang yang datang di akhir, ia akan mengambil manfaat dari orang yang berada di depannya. Bukan sebaliknya. Dalam perspektif agama, wali Allah yang paling utama, ialah orang-orang yang mengambil ilmu dari nabi yang mulia. Dan wali Allah yang paling mulia dari umat ini adalah, orang-orang shalih yang menyertai Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Allah berfirman:
"Jika kamu berdua bertaubat kepada Allah, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (untuk menerima kebaikan); dan jika kamu berdua bantu-membantu menyusahkan Nabi, maka sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan orang-orang mu'min yang baik; dan selain dari itu malaikat-malaikat adalah penolongnya pula". [at Tahrim/66 : 4].
Menurut kesepakatan para imam salaf dan khalaf, wali Allah yang paling afdhal adalah Abu Bakar Radhiyallahu 'anhu kemudian ‘Umar Radhiyallahu 'anhu.
Berbeda dengan pandangan orang-orang mulhid tersebut (Ibnu Arabi dkk), mereka lebih mengutamakan ahli filsafat ketimbang seorang nabi. Ibnu ‘Arabi sendiri mengatakan : "Sesungguhnya penutup para wali mengambil langsung dari piringan logam yang diambil oleh malaikat untuk diwahyukan kepada nabi". Pernyataan ini sangat nampak pelanggarannya terhadap al Kitab, as Sunnah dan Ijma'.[11]
MEREKA LEBIH BODOH DARI FIR'AUN [12]
Orang-orang yang mengklaim telah mencapai tingkatan tahqiq, ma'rifah, dan wilayah yang memegangi aqidah wihdatul wujud, asal-muasal perkataan mereka merujuk pernyataan Bathiniyah, dari kalangan kaum filosof, Qaramithah dan semisalnya. Mereka sejenis dengan Fir'aun, namun lebih bodoh darinya. Fir'aun, memang sangat keras pengingkarannya, tetapi ternyata, ia tetap meyakini keberadaan Pembuat alam semesta (Allah) yang berbeda dengan alam semesta. Fir'aun memperlihatkan pengingkaran, tidak lain karena demi meraih kharisma, dan bermaksud menunjukkan jika perkataan Musa sama sekali tidak ada hakikatnya. Lihat al Qur`an surat al Mu'min/40 ayat 36-37.
Sedangkan penganut wihdatul wujud, meski meyakini adanya Pembuat alam semesta ini, tetapi mereka tidak menetapkan wujudNya yang berbeda dengan alam ini. Mereka berpendapat, wujudNya sama dengan wujud alam semesta. Bahkan menjadikan Dia menyatu dengan alam semesta. Sungguh suatu pandangan batil yang sangat menyimpang. Bagaimana mungkin al Khaliq sama dengan makhlukNya dari segala sisi? Allah berfirman:
"… Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat". [asy Syura/42 : 11].
Al Imam ath Thahawi mengatakan: "Persangkaan-persangkaan tidak bisa sampai kepada (hakikat)Nya. Pemahaman-pemahaman pun tidak akan mencapai (hakikat)Nya". Ibnu Abil 'Izzi menambahkan pernyataan al Imam ath Thahawi ini dalam syarahnya dengan mengatakan : "Dan Allah Ta'ala tidak diketahui bagaimana dzatNya, kecuali Dia sendiri Subhanahu wa Ta'ala . Kita mengenalNya hanyalah melalui sifat-sifatNya" [14]. Syaikhul Islam juga mengatakan : “Aqidah yang dibawa para rasul dan yang termuat pada kitab-kitab yang Allah turunkan, serta sudah menjadi kesepakatan Salaful Ummah dan para tokohnya, yaitu penetapan pencipta yang berbeda dengan ciptaannya, dan Dia berada di atasnya (ciptaanNya)”. [15]
Demikian ditinjau dari aspek agama (dalil). Sedangkan dari aspek aqli (logika), sungguh tidak mungkin pencipta menyerupai yang dicipta. Apalagi kalau semua makhluk adalah juga pencipta. Tentu sangat mustahil.
PENGUSUNG AQIDAH WIHDATUL WUJUD LAINNYA
Selain Ibnu 'Arabi, ada beberapa tokoh yang ikut mengusung pemikiran wihdatul wujud. Di antaranya adalah Ibnul Faridh. Dalam kumpulan syairnya yang populer, yaitu Ta`iyyah, ia mengungkapkan hakikat aqidahnya. Dia menyatakan dirinya sebagai mumatstsil kabir lillah (penjelma Allah yang besar) dalam sifat dan perbuatanNya.
Abdul Qadir al Jili, penulis kitab al Insanul Kamil, guru Abdul Qadir al Jailani. Dalam salah satu selorohannya, ia berkata : "Dan sesungguhnya aku adalah Rabb bagi alam. Dan penguasa seluruh manusia itu sebuah nama. Dan akulah orangnya".
Abu Hamid al Ghazali, dalam kitab Ihya` Ulumuddin, saat menjelaskan maratibut tauhid (tingkatan-tingkatan tauhid) yang keempat, ia mengatakan : "Tingkatan tidak melihat dalam alam ini kecuali satu wujud saja".
Untuk menjawab kebingungan orang yang mempermasalahkan bagaimana bisa dikatakan satu, padahal banyak hal yang terlihat dan berbeda-beda? Maka ia menjawab: "Ketahuilah, itulah puncak mukasyafat dan rahasia-rahasia ilmu. Tidak boleh dituangkan dalam sebuah kitab. Orang-orang yang arif berkata,'Membeberkan rububiyah adalah kufur'.”
Jawaban ini mengandung tuduhan kepada Allah dalam menjelaskan aqidah, karena secara implisit dari jawabannya berarti Allah belum menerangkannya dengan sejelas-jelasnya, demikian juga Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam. tidak diketahui kecuali orang-orang yang sudah mencapai tingkatan kasyf dalam wacana sufi. [16]
Jalaluddin ar Rumi, penyair dari Persia (Iran) ini, dalam kumpulan puisinya yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Arab, ia mengatakan: [17]
Bila di dunia ini ada orang mukmin, orang kafir atau pendeta Nashrani, maka aku adalah dia. Aku hanya punya satu tempat ibadah, baik itu masjid, gereja ataupun candi.
WIHDATUL AD-YAN (PENYATUAN AGAMA-AGAMA) SALAH SATU KONSEKWENSI DARI WIHDATUL WUJUD
Dengan pemikiran yang telah dipaparkan di atas, keyakinan Wihdatul Wujud, juga melahirkan wacana, yang kini telah digagas para pengekornya, yaitu usaha untuk mempersatukan agama-agama. Sebuah anggapan bahwa semua agama adalah benar, memiliki tujuan yang sama. Yaitu menyembah tuhan yang sama, hanya berbeda dalam cara. Pandangan sesat seperti ini, tidak diragukan lagi merupakan kekufuran yang sangat nyata.[18]
Tak ayal, pemikiran ini mendapat sambutan yang sangat luar biasa dari kalangan Orientalis dan musuh-musuh Islam lainnya. Karena, pada gilirannya berarti semua keyakinan adalah benar, tidak ada perbedaan antar-manusia. Seluruh agama kembali kepada satu keyakinan, karena semuanya jelmaan dari Tuhan.
Dikatakan oleh Allen Nicholson, diantara konsekwensi pemikiran wihdatul wujud, yaitu pernyataan mereka tentang kebenaran semua aqidah dalam agama-agama, apapun bentuknya.
Lebih jauh ia mengatakan : "Sebenarnya al Ghazali lebih toleran terhadap sebagian sufi Wihdatul Wujud, semisal Ibnu ‘Arabi dan lain-lainnya dari kalangan sekte sufi yang menjadi kawan-kawan kami dalam agama liberal itu, dengan seluruh maknanya”.[19]
Sudah pasti Islam berlepas diri dari pemikiran yang sangat menyimpang ini. Pemikiran ini telah mencampur-adukkan antara yang benar dan batil. Sehingga dapat menyebabkan hilangnya identitas kaum Muslimin, meninggalkan amar ma’ruf nahi mungkar, dan jihad di jalan Allah.
Oleh karena itu, kaum Orientalis memberikan perhatian yang besar terhadap keyakinan rusak ini. Yaitu dengan lebih memperdalam mengkaji tentang tashawwuf. Karena, tashawwuf ini mendukung sebagian tujuan mereka. yakni untuk melupakan kaum Muslimin dengan ajaranya, dan juga unutk memecah-belah kaum Muslimin. Dengan pemikiran Wihdatul Wujud, orang-orang Orientalis merasa memiliki sarana yang tepat untuk menyebarkan berbagai kekufuran.
KISAH ORANG YANG BERTAUBAT DARI AQIDAH IBNU 'ARABI
Ibnu Taimiyah rahimahullah mengisahkan : Ada seseorang yang tsiqah (terpercaya) telah bertaubat dari mereka. Ketika ia mengetahui rahasia-rahasia mereka, maka ada (penganut wihdatul wujud) yang membacakan buku Fushul Hikam karya Ibnu ‘Arabi.
Orang yang tsiqah ini berkata : “Bukankah ini menyelisihi al Qur`an”.
Orang itu menjawab,"Memang al Qur`an semuanya berisi kesyirikan. Tauhid hanya ada pada pernyataan kami saja,”
Maka ia (orang yang tsiqah ini) kembali bertanya : “Kalau semua itu sama saja, mengapa putrimu diharamkan atasku, sementara istriku halal untukku?”.
Orang itu menjawab,"Dalam pandangan kami, tidak ada bedanya antara istri dan anak perempuan. Semua halal (untuk dinikmati).” [20]
Itulah sekilas tentang pemikiran Wihdatul Wujud. Masih banyak fakta-fakta sesat lainnya yang dilakukan oleh tokoh-tokoh pemikir ini. Bisa dijumpai dalam kitab-kitab yang mengkritisi alirah tashawwuf secara umum. Sebagian sudah ada yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Tema ini diketengahkan, supaya seorang muslim sadar dan berhati-hati terhadap aqidah yang sesat ini.
Wallahul hadi ila shirathil mustaqim.
Maraji :
  • - Ar Risalah ash Shafadiyah, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah (728 H), tahqiq Abu Abdillah Sayyid bin 'Abbas al Hulaimi dan Abu Mu'adz Aiman bin 'Arif ad Dimasyqi, Adhwau as salaf, Riyadh, Cetakan I, Th. 1423H.
  • - Bayanu Mauqifi Ibnil Qayyim min Ba’dhil Firaq, Dr. ‘Awwad bin Abdullah al Mu’tiq, Maktabah ar Rusyd, Riyadh, Cetakan, III, Th. 1419H. 
  • - Da’watut-Taqribi Bainal Ad-yan, Dr. Ahmad bin Abdir Rahman bin ‘Utsman al Qadhi, Darul Ibnil Jauzi, Dammam, Cetakan I, Th. 1422H. 
  • - Firaq Mu’ashirah Tantasibu Ilal Islam, Dr. Ghalib ‘Awaji. Al Maktabah al 'Ashriyyah adz Dzahabiyyah Jeddah. Cet. V. Th. 1426 H – 2005 M. 
  • - Hadzihi Hiyash Shufiyah, Abdur Rahman al Wakil, tanpa penerbit dan tahun. 
  • - Syarhul ‘Aqidatith-Thahawiyah, ‘Allamah Ibnu Abil ‘Izz al Hanafi, tahqiq sejumlah ulama, takhrij Syaikh al Albani, al Maktabul Islami, Beirut, Cetakan IX, Th. 1408H. 
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi (07-08)/Tahun X/1427/2006M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
_______
Footnote
[1]. Firaq Mu'ashirah, halaman 994.
[2]. Ar Risalah ash Shafadiyah, halaman 247.
[3]. Agar tidak timbul salah persepsi, perlu dibedakan antara Ibnu ‘Arabi dengan Ibnul 'Arabi. Nama yang kedua diawali dengan alif lam ta'rif (Ibnu al 'Arabi). Beliau adalah seorang ulama Malikiyah yang terkenal, dengan nama lengkap Abu Bakr Muhammad bin 'Abdillah t (468-543 H). Di antara karyanya, Ahkamul Qur`an.
[4]. Dinukil dari Da’watut Taqrib, 1/339.
[5]. Dinukil dari Hadzihi Hiyash Shufiyah, halaman 64.
[6]. Ar Risalah ash Shafadiyah, halaman 265. Kitab tersebut milik al Ghazali.
[7]. Fushushul Hikam, halaman 345. Dinukil dari Da’watut Taqrib, 1/386.
[8]. Al Fushush, halaman 83. Dinukil dari Hadzihi Hiyash Shufiyah hlm. 43.
[9]. Firaq Mu'ashirah 3/994
[10]. Syarhul ‘Aqidatit-Thahawiyah, halaman 98.
[11]. Ar Risalah ash Shafadiyah, 251.
[12]. Ar Risalah ash Shafadiyah, Ibnu Taimiyah, 262.
[13]. Maqamat (tingkatan-tingkatan religi) dalam perspektif kaum Sufi.
[14]. Syarhul ‘Aqitatith-Thahawiyah, halaman 117.
[15]. Ar Risalah ash Shafadiyah, halaman 263.
[16]. Firaq Mu’ashirah Tantasibu Ilal Islam, 3/1002. Penulis kitab ini menukil keterangan Syaikh Abdur Rahman al Wakil perihal taubat al Ghazali yang berbunyi : “As Subki berupaya membebaskan peran al Ghazali (dalam aqidah ini) dengan dalihnya, bahwa ia (al Ghazali) menyibukkan diri dengan al Kitab dan as Sunnah di akhir hayatnya. Namun demikian, kaum Muslimin harus tetap diperingatkan dari warisan-warisan pemikiran al Ghazali yang terdapat pada kitab-kitab karyanya". Hadzihi Hiyash Shufiyah, halaman 52. Pembahasan tentang Imam al Ghazali, pernah kami angkat pada edisi 7/Th. VI/1423H/2002M.
[17]. Dinukil dari Da’watut Taqrib (1/388-389).
[18]. Lihat Mauqifu Ibnil Qayyim, halaman 141; Hadzihi Hiyash Shufiyah, halaman 93; Da’watut Taqrib, 1/381-405.
[19]. Fit Tashawuf al Islami, Dinukil dari Hadzihi Hiyash Shufiyah, 50.
[20]. Ar Risalah ash Shafadiyah, halaman 247.

sumber : arrahmah.com

Menag: Ada Tiga Pandangan Tentang Syiah


Metrotvnews.com, Jakarta: Kementerian Agama (Kemenag) masih belum bisa memberi keputusan terkait ajaran Syiah yang berkembang di Indonesia. Namun, berdasar pada keputusan lama, Kemenag masih menganggap Syiah berada di luar Islam.

Dalam pesan singkat yang dikirim kepada Metrotvnews.com, Rabu (25/1) sore, Menteri Agama Suryadharma Ali menjelaskan, ada tiga pandangan yang menjadi keputusan Kemenag sebelumnya.

"Pertama, Rapat Kerja Nasional Majelis Ulama Indonesia pada 7 Maret 1984 di Jakarta, merekomendasikan umat Islam perlu waspada terhadap menyusupnya paham syiah. Syiah punya jurang dengan ajaran ahli sunna waljamaah," katanya.

Kedua, PBNU pernah mengeluarkan surat resmi No.724/A.II.03/101997, tanggal 14 Oktober 1997, ditandatangani Rais Am Kiai Haji Ilyas Ruchiyat dan Katib KH. M. Dawam Anwar, mengingatkan kepada bangsa Indonesia agar tak terkecoh propaganda Syiah. Umat Islam perlu mengetahui perbedaan prinsip ajaran Syiah dengan Islam.

Ketiga, Kementerian Agama mengeluarkan surat edaran no. D/BA.01/4865/1983 tanggal 5 Desember 1983 tentang ihwal mengenai golongan Syiah, menyatakan Syiah tidak sesuai dan bahkan bertentang dengan ajaran Islam.

Sebelumnya, Menteri Agama Suryadharma Ali mengaku akan melakukan pertemuan dengan sejumlah ulama terkait fatwa terhadap Syiah. Apalagi telah pecah konflik sosial yang melibatkan aliran itu. 

"Ya harus duduk bersama-sama. Karena masing-masing punya alasan. Mungkin saya harus menimba (pengetahuan-Red) dahulu dari ulama, baru saya memutuskan," imbuhnya.

Ketika ditanya mengenai apa keputusan Kemenag saat ini, SDA dengan terang mengatakan "Ya sejauh ini, saya masih berpegang kepada keputusan Menag yang lalu," terang Menag.(TII)
sumber : metrotvnews.com

Kamis, 19 April 2012

Pernahkah Syiah Melawan Zionis?

Oleh, AM Waskito

Salah satu alasan yang membuat kaum Syiah Rafidhah selalu berbunga-bunga ialah sebagai berikut…
[=] Syiah adalah musuh terbesar Amerika dan Israel.
[=] Syiah adalah musuh utama Zionis Yahudi yang sangat ditakuti karena punya intalasi nuklir.
Sejarah Syiah: "Selalu Menusuk Ahlus Sunnah dari Belakang. Dan Tak Pernah Perang Melawan Orang Kafir."
[=] Hizbullah adalah sosok kekuatan Syiah yang selalu gagah-berani menghadang barisan Zionis Israel.
[=] Sementara Saudi, Kuwait, dan Qatar, selalu bermanis-manis kata dengan dedengkot Yahudi, yaitu Amerika.
[=] Revolusi Khomeini adalah revolusi Islam yang menginspirasi perjuangan gerakan-gerakan Islam di dunia.
Ya, kurang lebih begitu klaim para aktivis agama Persia (Syiah Rafidhah) ini. Di berbagai forum, kesempatan, termasuk dalam diskusi di blog ini, alasan-alasan itu selalu mereka munculkan. Seakan-akan, tidak lagi alasan bagi Syiah untuk tetap eksis di muka bumi, selain klaim-klaim seperti itu.
Lalu bagaimana pandangan kita sebagai Ahlus Sunnah tentang klaim kaum Syiah ini?
Mari kita bahas secara ringkas dan praktis, dengan memohon pertolongan Allah Al Hadi…
PERTAMA. Kaum Syiah Rafidhah itu terus bekerja keras dan sangat nafsu, agar mereka tetap diakui sebagai Islam, tetap dipandang sebagai Muslim, tetap menjadi bagian dari kaum Muslimin sedunia. Hal ini adalah hakikat siksaan spiritual yang Allah timpakan atas hati-hati mereka, selamanya. Mereka telah sangat berdosa karena mencaci, melecehkan, mengutuk, dan mendoakan keburukan atas isteri-isteri Nabi, para Khulafaur Rasyidin, dan para Shahabat Radhiyallahu ‘Anhum. Maka Allah pun menjadikan mereka selalu gelisah, takut, dan sangat menginginkan diberi label Islam atau Muslim. Mereka selalu dalam kebingungan seperti ini, layaknya Bani Israil yang kebingungan selama 40 tahun di Padang Tiih, karena telah menghina Musa ‘Alaihissalam dan Allah Ta’ala. Lihatlah manusia-manusia pemeluk agama Persia (Rafidhah) itu…mereka kemana-mana membawa laknat atas doa-doa laknat yang mereka bacakan untuk mengutuki manusia-manusia terbaik dari para Shahabat Radhiyallahu ‘Anhum.
KEDUA. Dalam sejarahnya, sejak zaman Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu sampai hari ini, ketahuilah bahwa Syiah Rafidhah (agama Persia) ini tidak pernah berjihad melawan kaum kufar, baik itu Nashrani, Yahudi, musyrikin, dan orang-orang atheis. Syiah tidak punya sejarah jihad menghadapi kaum kufar. “Jihad” kaum Syiah sebagian besar diarahkan untuk menyerang kaum Sunni, sejak zaman dahulu sampai saat ini.
Mula-mula Syiah di Kufah mengundang Husein Radhiyallahu ‘Anhu datang ke Kufah, katanya mau dibaiat. Karena Husein sudah berangkat ke Kufah, oleh penguasa kala itu (Yazid bin Muawiyah) Husein dianggap bughat, sehingga boleh ditumpas. Waktu tiba di Kufah, tak satu pun kaum Syiah keluar untuk membaiat, menolong dan mendukung Husein. Posisi Husein sangat terjepit, akan kembali ke Madinah, dia sudah dianggap bughat. Meminta bantuan Kufah, tak satu pun Syiah yang akan menolong. Akhirnya, Husein ditumpas di Padang Karbala. Bahkan kala penumpasan itu, tak satu pun hidung Syiah menampakkan diri, walau sekedar untuk menolong korban dari pihak Husein dan keluarganya. Nah, peristiwa pembantaian Husein oleh kaum Syiah itulah yang selalu mereka rayakan dan nikmati dalam momen-momen Asyura. Air mata mereka mengutuk para pembunuh Husein, sedangkan hati mereka berucap: “Alhamdulillah Husein dan keluarganya telah binasa di Karbala.”
“Jihad” kaum Syiah berikutnya ialah membantu Hulagu Khan (penguasa Mongol) untuk menumpas Khilafah Abbassiyah. Kemudian mereka berusaha melenyapkan kaum Sunni di Mesir, tetapi berhasil ditumpas oleh Nuruddin Mahmud Zanki. Mereka terus menikam perjuangan Shalahuddin Al Ayyubi. Mereka juga selalu menjadi musuh Khilafah Turki Utsmani, selalu kerjasama dengan negara-negara Nashrani Eropa untuk melemahkan Khilafah Turki. Di zaman kontemporer, Revolusi Khomeini di Iran telah menumpas Ahlus Sunnah di Iran. Mereka juga menikam perjuangan mujahidin di Afghanistan. Mereka membantai Ahlus Sunnah di Irak, Libanon, Suriah, Yaman, bahkan mereka hampir menguasai Bahrain.
Singkat kata, tidak ada Jihad kaum Syiah dalam sejarah, selain “jihad” yang diarahkan untuk memusnahkan dan menghancur-leburkan kaum Sunni. Sejarah klasik dan modern sudah memaparkan fakta. Bahkan dalam kasus Iran Contra Gate terbongkar skandal besar. Ternyata, di balik gerakan Kontra di Nikaragua, Amerika memasok senjata kepada para gerilyawan itu. Darimana dananya? Dari hasil kerjasama jual-beli minyak dengan Iran. Padahal dalam kampanye dunia, sudah dimaklumkan bahwa Amerika itu sedang konflik dengan Iran. Tetapi di balik itu ada sandiwara “jual-beli minyak” yang menggelikan. Kasus ini sangat terkenal, sehingga seorang kolonel Amerika dikorbankan sebagai tumbalnya.
KETIGA. Apa sih yang dilakukan Hizbullah (Syiah Rafidhah) di Libanon kepada Israel? Apakah dia terlibat perang terbuka dengan Israel? Apakah dia menduduki wilayah Israel dan berusaha mengusir penduduk Yahudi? Ternyata, aksi-aksi Hizbullah itu hanya melepaskan tembakan mortir ke arah pasukan Israel atau wilayah Israel. Atau mereka melakukan tembakan senapan, atau tembakan rudal anti tank. Hanya itu saja. Mereka tidak pernah terlibat perang terbuka vis a vis, seperti para pejuang Ahlus Sunnah di Irak, Afghanistan, Chechnya dan lainnya. Jadi singkat kata, aksi-aksi Hizbullah itu hanya semacam “main-main” untuk membuang amunisi-amunisi ringan. Itu saja kok.
KEEMPAT. Dalam sejarah perang Arab-Israel, sejak merdeka tahun 1948 Israel sudah berkali-kali bertempur dengan pasukan Arab. Yang terkenal adalah perang tahun 48, perang tahun 67, dan perang tahun 70-an. Ia kerap disebut perang Arab-Israel. Setelah itu belum ada lagi perang yang significant. Dalam sejarah ini, lagi-lagi tiada peranan Iran sama sekali. Bahkan ketika Ghaza dihancur-leburkan Israel pada tahun 2008-2009 lalu, Iran lagi-lagi tidak terlibat apa-apa. Jadi, apa yang bisa dibanggakan dari manusia-manusia pemeluk agama Persia (Syiah Rafidhah) itu?
KELIMA. Menurut Ustadz Farid Okbah, di Iran itu sangat banyak orang-orang Yahudi. Menurut informasi, jumlahnya bisa mencapai 50.000 jiwa. Mereka bisa hidup aman dan sentosa di Iran, sedangkan Ahlus Sunnah hidupnya sangat menderita disana. Iran bersikap welcome kepada kaum Yahudi, dan sangat ofensif kepada kaum Muslimin. Ini adalah realitas yang sangat menyedihkan. Makanya tidak salah kalau ada yang mengatakan, Rafidhah lebih sadis dari orang-orang kafir lain.
Contoh yang sangat unik ialah kerjasama antara Hamas dan Iran. Banyak orang menyebutkan, Hamas kerap kerjasama dengan Iran. Hal itu konon berdasarkan sikap Syaikh Al Bana yang dulunya pernah berujar, bahwa Syiah adalah sesama saudara Muslim juga. Mereka sama-sama Ahlul Qiblah. Tetapi realitasnya, Ikhwanul Muslimin di Suriah dibantai puluhan ribu manusia disana oleh regim Hafezh Assad. Ternyata, regim itu dan anaknya, dibantu oleh Iran juga. Nah, ini kan sangat ironis. Hamas kerjasama dengan Iran, sementara Al Ikhwan di Suriah dibantai oleh regim Suriah yang didukung oleh Iran.
KEENAM. Propaganda bahwa Syiah Rafidhah itu musuh Zionis Israel, semua ini hanya propaganda belaka. Sejatinya mereka itu teman-karib, sahabat dekat, saling tolong-menolong, sebagian menjadi wali atas sebagian yang lain. Mereka ini selamanya tak akan pernah terlibat dalam peperangan. Kaum Yahudi membutuhkan Iran, sebagai seteru Ahlus Sunnah. Sedangkan Iran membutuhkan Yahudi, juga sebagai seteru Ahlus Sunnah. Dalam hadits Nabi Saw juga disebutkan bahwa kelak dajjal akan muncul dari Isfahan (salah satu kota di Iran yang saat ini banyak dihuni Yahudi) dengan 70.000 pasukan. Yahudi membutuhkan Iran, karena darinya akan muncul pemimpin mereka. Dan dalam literatur-literatur Syiah, sosok dajjal itu sebenarnya adalah sosok “Al Mahdi Al Muntazhar” yang selalu mereka tunggu-tunggu. Begitulah, banyak kesamaan kepentingan antara Syiah dan Yahudi.
KETUJUH. Fakta berikutnya yang sangat mencengangkan. Ternyata Syiah Iran juga menjalin kerjasama dengan China dan Rusia, dua negara dedengkotnya Komunis. Mereka ini umumnya kerjasama dalam soal industri, perdagangan, dan jual-beli senjata. Ketika Amerika berniat menjatuhkan sanksi akibat instalasi nuklir Iran, segera China dan Rusia memveto niatan itu. Kedua negara terang-terangan membela Iran. Begitu juga China dan Rusia juga membela regim Bashar Assad (semoga Allah Al Aziz segera memecahkan kepala manusia durjana satu ini, amin ya Mujibas sa’ilin) dari ancaman sanksi internasional. Sedangkan kita tahu, regim Suriah sangat dekat koneksinya dengan Iran. Jadi, kita bisa simpulkan sendiri posisi Iran di mata China, Rusia, dan regim Suriah.
Jadi kalau kemudian kita mendengar propaganda Syiah anti Yahudi, Syiah anti Amerika, Syiah anti Zionis, dan sebagainya…ya sudahlah, saya akan ketawa saja. Tidak usah dianggap serius. Anggaplah semua itu hanya “olah-raga kata-kata” saja (meminjam istilah seorang politisi busuk). Syiah selamanya akan berkawan dengan kaum kufar dan sangat apriori dengan kaum Muslimin (Ahlus Sunnah). Mereka itu lahir dari sejarah kita, tetapi wujud dan hatinya milik orang kafir. Na’udzubillah wa na’udzubillah min dzalik.
Semoga artikel sederhana ini bermanfaat. Semoga kita semakin sadar, bahwa Syiah Rafidhah bukanlah kawan. Mereka membutuhkan istilah kawan selagi masih lemah. Nanti kalau sudah kuat, mereka akan menghancur-leburkan Ahlus Sunnah. Tetapi cukuplah Allah Ta’ala sebagai Wali, Pelindung, dan Penolong kita. Dialah sebaik-baik Pelindung dan Penjaga. Walhamdulillahi Rabbil a’alamiin
sumber : eramuslim.com

Syi’ah, Holocaust dan Clash of Civilization

MESKI KEKEJAMAN pemerintahan syi’ah di Iran dan di Suriah sudah sedemikian nyata, para misionaris syi’ah di Indonesia masih saja berusaha meyakinkan umat Islam Indonesia, bahwa syi’ah itu agama damai, syi’ah itu salah satu madzhab dalam Islam yang diakui dunia internasional, bahwa syi’ah itu Islam juga.
Terhadap kekejaman syi’ah di Suriah, kalangan syi’ah cenderung membela diri, bahwa yang dibunuhi itu adalah rakyat yang memberontak kepada pemerintah, bahwa Bashar Assad itu bukan penganut syi’ah, dan sebagainya.
Selain itu, para misionaris syi’ah juga cenderung mencari “pihak ketiga” yang bisa dijadikan musuh bersama yaitu paham wahabi. Menurut para misionaris syi’ah, paham wahabi bahkan memposisikan syi’ah dan sunni (ahlus sunnah) sama-sama sesat. Mereka juga mengatakan, sebagaimana pernah dikatakan Zen Al-Hady narasumber Radio Silaturahim (Rasil), Kerajaan Saudi yang berpaham Wahabi itu bahkan memposisikan ormas NU sebagai berpaham sesat.
Menurut misionaris syi’ah, musuh umat Islam bukanlah syi’ah karena syi’ah bagian dari Islam. Tetapi, selain paham wahabi musuh Islam adalah: mereka yang membuat karikatur yang menghina Nabi Muhammad saw; penulis buku ayat-ayat setan dan yang melindungi penerbitan buku itu; mereka yang menganggap Islam sebagai agama kekerasan dan barbar; mereka yang menguasai Masjidil Aqsha, kiblat pertama kaum muslimin dan menjadikannya sebagai ibu kotanya.
Begitulah propaganda misionaris syi’ah, yang antara lain bisa ditemukan pada sebuah surat terbuka berjudul “Surat terbuka Ayatullah Makarim Syirazi kepada ulama Wahabi” yang bisa ditemui di situs penganut syi’ah Alwi Husein (alwihusein.multiply.com)
Zen Al-Hady salah satu narasumber Radio Silaturahim (Rasil) juga kerap mengutip materi propaganda khas syi’ah tadi dalam berbagai kesempatan. Tapi alhamdulillah umat Islam tidak begitu mudah percaya dengan propaganda tersebut. Musuh-musuh Islam seperti disebutkan oleh Ayatullah Makarim Syirazi melalui surat terbukanya di atas, memang benar. Namun syi’ah pun bagian dari musuh Islam. Memerangi syi’ah bukanlah memerangi sesama muslim, karena syi’ah apapun sektenya, mereka kini sudah memerangi Islam. Bahkan syi’ah lebih dekat diposisikan dengan pihak harby.
Akhir-akhir ini para misionaris syi’ah menyebarluaskan surat terbuka Ayatullah Makarim Syirazi, boleh jadi karena mereka panik dan tidak punya cara lain untuk menutupi kekejaman rezim syi’ah di Suriah. Pada surat terbuka itu antara lain dituliskan, seolah-olah pernah ada pertemuan aneh dan langka di sebagian negara-negara Islam, yang berlangsung pada tanggal 16 Dzul Qa’dah 1427 H.
Konon, sejumlah 38 ulama dan dosen wahabi dari Universitas Ummul Qura dan Universitas Malik Su’ud, serta ulama dan dosen dari sebagian kecil wilayah Arab Saudi lainnya, menandatangani sebuah deklarasi yang berisi fatwa untuk membunuhi orang-orang syi’ah di Irak, bahkan orang-orang syi’ah di seluruh dunia. Alasannya, kata Ayatullah Makarim Syirazi, para ulama dan dosen wahabi itu menuduh bahwa orang-orang syi’ah itu rafidhi safawi yang merupakan sekutu Amerika dan kerap membunuhi orang Islam.
Benarkah adanya deklarasi berisi fatwa membunuhi orang-orang syi’ah itu adalah sesuatu yang bisa dipertangung jawabkan? Yang pasti saat ini justru umat Islam-lah yang jadi korban pembantaian rezim syi’ah di Suriah. Juga, di Iran. Kalau toh deklarasi itu memang ada, tentu saja tidak lantas menganulir bahwa syi’ah itu secara akidah memang bertentangan dengan Islam. Jangan membodohi umat Islam.
Dalam salah satu alineanya, surat terbuka yang konon berasal dari Ayatullah Makarim Syirazi mengatakan: “Apakah Nabi Muhammad saw tidak pernah memberikan aturan dalam berperang bahwa ketika berperang melawan kaum musyrikin, anak-anak dan wanita jangan dibunuh. Bagaimana mungkin kelompok dari kalian melupakan aturan Islam yang sangat manusiawi ini, ketika menghadapi sekelompok dari kaum muslimin? Dengan teror, kalian membantai semuanya.”
Kecaman Ayatullah Makarim Syirazi di atas, sepantasnya ditujukan kepada rezim syi’ah di Suriah, dan sama sekali tidak cocok ditujukan kepada umat Islam Indonesia, apalagi umat Islam di Suriah yang dizalimi dan dianiayaya rezim syi’ah nushairiyah di negerinya sendiri.
Sesuatu yang tidak cocok itu ternyata oleh para misionaris syi’ah dijadikan materi propaganda, setidaknya untuk mengalihkan perhatian umat Islam atas kekejaman rezim syi’ah di Suriah yang berlangsung cukup lama. Mungkin mereka bermaksud memberikan kesan bahwa orang-orang syi’ah itu juga dizalimi oleh paham wahabi sebagaimana ditulis dalam surat terbuka Ayatullah Makarim Syirazi di atas.
Gaya seperti itu persis gaya Yahudi dengan menciptakan public opinion yang terkenal dengan sebutan holocaust (pembasmian). Melalui public opinion itu bangsa Yahudi ingin memposisikan dirinya sebagai bangsa yang teraniaya akibat praktik genosida (pemusnahan suatu bangsa) yang dilakukan Nazi Jerman dengan tokoh utamanya Hitler.
Genosida terhadap bangsa Yahudi yang berlangsung antara tahun 1933-1945 itu, konon menyebabkan sejumlah 6 juta orang Yahudi menjadi korban pembunuhan rezim Hitler. Belakangan, holocaust disangkal oleh sejumlah ilmuwan seperti Roger Garaudy, Professor Robert Maurisson, Ernst Zundel, David Irving, dan sebagainya. Akibatnya, mereka harus mendekam di penjara. Bahkan, korban kekejaman Hitler yang selama ini dipatok pada angka 6 juta, sebenarnya jauh lebih kecil, yaitu di bawah angka satu juta jiwa.
Angka itu (di bawah satu juta jiwa) bagi kita umat Islam yang menjunjung tinggi syari’at Allah dan kemanusiaan, tetap masih sangat banyak. Namun yang jauh lebih banyak lagi adalah kebohongan Yahudi yang membentuk opini bahwa bangsa Yahudi korban kekejaman Hitler berjumlah 6 juta jiwa. Sehingga, dengan alasan itu mereka merasa ‘berhak’ membunuhi bangsa Palestina, dan orang-orang Islam pada umumnya di seluruh permukaan bumi. Padahal, ketika Yahudi dikejar-kejar rezim Hitler, mereka justru berlindung di negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam.
Selain holocaust, gaya berkelit ala Yahudi juga bisa ditemukan pada wacana benturan antarperadaban yang dipopulerkan oleh Samuel Phillips Huntington (kelahiran New York City, 18 April 1927) setidaknya sejak 1998, satu dekade sebelum ia akhirnya meninggal dunia pada 24 Desember 2008. Wacana itu ditulisnya dalam sebuah buku berjudul The Clash of Civilizations and the Remaking of World Order (Benturan Antarperadaban dan Masa Depan Politik Dunia).
Intinya, setelah komunisme yang menjadi musuh utama Amerika Serikat dan negara-negara Barat pada umumnya, tumbang, maka musuh berikutnya adalah peradaban Islam. Menurut Huntington, di antara berbagai peradaban besar yang tetap tegak hingga kini adalah peradaban Islam. Sebagai peradaban yang terus tegak, Islam dinilai menjadi peradaban yang paling berpotensi mengancam peradaban Barat.
Wacana benturan antarperadaban yang diusung Huntington itu bisa merupakan fakta sahih, atau analisa semata, atau justru merupakan sebuah skenario politik Barat (Amerika dan sekutunya), untuk mempunyai landasan bertindak memerangi Islam. Sebagaimana sudah diketahui umum, setiap kebijakan politik Amerika Serikat pastilah dilahirkan oleh kepentingan politik Yahudi ‘perantauan’ yang berada di Amerika Serikat dan di belahan negara Barat lainnya.
Apalagi, kemudian wacana benturan antarperadaban Huntington itu tak berapa lama mendapat pembenaran melalui kasus WTC 911 yang terjadi pada 11 September 2001, yang konon dilakukan oleh organisasi teroris Al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden, yang merupakan salah satu anak keluarga bin Laden yang selama ini menjadi mitra bisnis AS.
Osama dan Al-Qaeda kemudian menjadi icon peradaban Islam yang menggoyang peradaban Barat. Al-Qaeda regional dan lokal pun muncul, termasuk di Indonesia. Sejumlah tokoh atau oknum JI (Jama’ah Islamiyah) yang keberadaannya disangkal oleh Abu Bakar Ba’asyir, pun turut melaksanakan ‘serangan’ terhadap peradaban Barat, antara lain berupa Bom Bali I, Bom Bali II, Bom JW Marriott dan sebagainya.
Maka, sempurnalah alasan yang diperlukan untuk menjalakankan skenario menggempur peradaban Islam melalui perang melawan terorisme. Kemudian dalam rangka memerangi peradaban Islam yang dikesankan keras ala Al-Qaeda dan JI, muncullah JIL (Jaringan Islam Liberal) dan sejumlah tokoh anak wayang seperti Ulil, Musdah, Maarif, dan sebagainya. Belakangan muncul pula program deradikalisasi yang menguntungkan Said Agil Siradj.
Fenomena inilah yang dimanfaatkan oleh kalangan syi’ah untuk dijadikan momentum menjual paham sesat syi’ah laknatullah. Misionaris syi’ah seperti Zen Al-Hadi narasumber Radio Silaturahim (Rasil) dan Jalaluddin Rakhmat dari IJABI, selalu menjadikan tindakan oknum JI sebagai contoh paham wahabi yang sebaiknya dijadikan musuh bersama umat Islam dan syi’ah. Daripada berpaham wahabi yang keras mendingan syi’ah. Daripada atheis mendingan syi’ah. Pernyataan itu seolah-olah benar padahal keliru.
***
Selain menjadikan surat terbuka Ayatullah Makarim Syirazi sebagai materi propaganda membela syi’ah, para misionaris paham sesat syi’ah laknatullah ini juga menjadikan sebuah foto editan untuk mengalihkan perhatian dan emosi umat Islam atas kekejaman rezim syi’ah di Suriah.
Pada foto tersebut terlihat George Bush (Presiden AS sebelum Obama) sedang tempel pipi dengan Raja Arab Saudi. Selama ini George Bush dituding melakukan pembantaian terhadap satu juta muslim di Iraq, dan Raja Abdullah dari Saudi dituding menjadi sekutu George Bush dalam upaya pembunuhan itu.
Peristiwa itu kalau benar terjadi, tidak akan pernah menganulir kesesatan syi’ah yang secara akidah bertentangan dengan umat Islam, tidak akan mengalihkan perhatian umat Islam terhadap kekejaman rezim syi’ah terhadap umat Islam di Suriah dan di Iran.
Cara-cara di atas, yaitu menjadikan surat terbuka Ayatullah Makarim Syirazi dan foto editan sebagai materi kampanye syi’ah mengalihkan perhatian dan emosi umat Islam terhadap kekejaman rezim syi’ah di Suriah, adalah perbuatan dungu bin tolol. Karena kesesatan syi’ah secara akidah, tidak bisa dianulir oleh praktik politik Saudi Arabia, dan sebagainya.
Saudi mau runtang-runtung dengan AS dan sebagainya, itu urusan politik mereka. Dalam urusan akidah, umat Islam tetap konsisten menyatakan bahwa syi’ah tetap sesat dan dengan kejamnya sudah membunuhi jutaan ummat Islam dari dulu hingga sekarang. Padahal masalah membunuhi orang Muslim itu adalah perkara sangat besar, hingga menjadi urutan pertama diputuskannya di hari qiyamat sebelum perkara-perkara lainnya[i].
Sadarilah wahai para manusia yang mengaku Muslim bahkan tokoh namun kini bersuara membela syiah. Tidak takutkah kalian kelak di akherat akan diseret pula sebagai orang yang harus mempertanggung jawabkan sikapnya atas dukungan kepada golongan sesat syiah yang telah membunuhi Ummat Islam?
(haji/tede/nahimunkar.com)

Rabu, 18 April 2012

Empat hasil riset tentang Syiah diserahkan ke Kemenag

JAKARTA (Arrahmah.com) - Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) kembali menindaklanjuti sikap tegasnya terkait manuver dakwah kelompok  Syiah di Indonesia.
Kali ini, Sekretaris Jenderal (Sekjend) MIUMI Bachtiar Nasir didampingi Fahmi Salim Zubair, M.A. (Wasekjend MIUMI), Dr. Muchlis Hanafi (Wakil Ketua), dan M. Zaitun Rasmin, MA (Wakil Ketua) menyerahkan empat hasil riset kepada Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat (Dirjen Bimas) Islam (Senin, 16/04/2012) di Jalan MH. Thamrin Nomor 6 Jakarta Pusat.
Dalam rilisnya, Empat hasil penelitian yang diserahkan MIUMI tersebut berisi,  Pertama, buku tentang penelitian lapangan berjudul “Syiah di Sampang” ditulis oleh Ahmad Rafi’i Damyanti. Kedua, buku “Himpunan Fatwa dan Pernyataan Tokoh dan Ulama Indonesia” tentang Syiah.  Ketiga, kumpulan dokumentasi (kliping) buku-buku Syiah Indonesia yang mencerca Sahabat dan istri Nabi Saw.  Keempat, terbaru “Himpunan Fatwa Dr. Yusuf Al Qaradhawi tentang Syiah”, terbitan tahun 2009.
Fahmi Salim Zubair, M.A. (Wasekjen MIUMI) mengatakan, agar Syi’ah bisa berdampingan dengan komunitas Sunni, Syi’ah harus akui Al-Quran yang ada saat ini dan hentikan cercaan terhadap Sahabat dan istri Rasul Saw.
“Ada empat syarat agar Syi’ah bisa berdamai dengan kalangan Sunni. Pertama, akui secara tegas bahwa Al-Quran itu otentik (tidak mengalami tahrif).  Kedua, hentikan caci-maki terhadap sahabat-sahabat dan istri Rasul Saw. Ketiga, Syiah tidak boleh menyebarkan fahamnya di tengah komunitas Sunni.  Keempat, mesti ada pengakuan terhadap hak-hak kaum minoritas baik itu Sunni maupun Syiah”, paparnya mengutip pernyataan Dr. Yusuf Qaradhawi kepada para Mullah dan Ayatullah (ulama) Syi’ah di Iran. 
Sementara itu, Muhammad Zaitun, Ketua Umum Wahdah Islamiyah (WI) yang juga pendiri MIUMI, mengatakan, untuk menangkal arus dakwah Syiah, MIUMI akan menggelar Muktamar Internasional Ulama Ahlul Sunnah se-Dunia di Jakarta.
“Harapan kami, MIUMI bisa bermitra dengan kementrian dan mendapat dukungan secara pribadi dari Pak Dirjen”, ujarnya berharap.
Menanggapi hal itu, Dirjen Bimas Islam Kemenag RI, Prof. Dr. Abdul Jamil berterimakasih kepada MIUMI atas terobosan, informasi serta solusi intelektual berbasis ilmu dan riset yang disuguhkan MIUMI kepada umat.
“Terimakasih (kepada MIUMI), informasi yang semula meraba dalam gelap kian terbuka. Kesimpulannya, dengan menjembatani umat dan berupaya merangkul berbagai lapisan, MIUMI sedang memasuki satu “wilayah kosong” yang hampir belum disentuh saat ini. MIUMI, dengan pemikiran intelektualnya yang luar biasa ini, merupakan trend baru yang dibutuhkan anak muda dalam rangka konvergensi kekuatan-kekuatan Islam di Indonesia yang tidak tersekat oleh ikatan ormas yang sudah ada”,  ungkap Pak Dirjend.
Menutup pertemuan, Prof. Dr. Abdul Jamil berjanji akan menyampaikan hasil penelitian tentang Syi’ah tersebut kepada Menteri Agama, Surya Darma Ali, sebagai bahan pertimbangan dalam decision making system atau pola pengambilan keputusan.(bilal/arrahmah.com)

Empat Syarat Syiah Bisa Berdampingan dengan Sunni

Jakarta (SI ONLINE) - Ada empat syarat jika bila aliran Syiah dapat diterima di kalangan Sunni. Apa itu?. Wakil Sekjen Majelis Intelektual dan Ulama Indonesia (MIUMI) Fahmi Salim Zubair mengatakan, agar Syi’ah bisa berdampingan dengan komunitas Sunni, Syi’ah harus mengakui Al-Quran yang ada saat ini dan menghentikan cercaan terhadap Sahabat dan istri Rasul Saw.

“Ada empat syarat agar Syi’ah bisa berdamai dengan kalangan Sunni. Pertama, akui secara tegas bahwa Al-Quran itu otentik (tidak mengalami tahrif). Kedua, hentikan caci-maki terhadap sahabat-sahabat dan istri Rasul Saw. Ketiga, Syiah tidak boleh menyebarkan fahamnya di tengah komunitas Sunni.  Keempat, mesti ada pengakuan terhadap hak-hak kaum minoritas baik itu Sunni maupun Syiah”, paparnya dalam pertemuan dengan Dirjen Bimas Islam Kemenag, Senin (16/4/2012), di Jakarta.

Keterangan Fahmi itu dikutip dari pernyataan Yusuf Qaradhawi yang pernah disampaikan pada para Mullah dan Ayatullah (ulama) Syi’ah di Iran. 

Selain itu, MIUMI juga menyerahkan empat hasil riset kepada Dirjen Bimas Islam, Abdul Jamil. Empat hasil penelitian yang diserahkan MIUMI tersebut berisi,  Pertama, buku tentang penelitian lapangan berjudul “Syiah di Sampang” ditulis oleh Ahmad Rafi’i Damyanti. Kedua, buku “Himpunan Fatwa dan Pernyataan Tokoh dan Ulama Indonesia” tentang Syiah.  Ketiga, kumpulan dokumentasi (kliping) buku-buku Syiah Indonesia yang mencerca Sahabat dan istri Nabi Saw.  Keempat, terbaru “Himpunan Fatwa Dr. Yusuf Al Qaradhawi tentang Syiah”, terbitan tahun 2009.

Sementara itu, Ketua Umum Wahdah Islamiyah (WI) Zaitun Rasmin, mengatakan, untuk menangkal arus dakwah Syiah, MIUMI akan menggelar Muktamar Internasional Ulama Ahlul Sunnah se-Dunia di Jakarta.

“Harapan kami, MIUMI bisa bermitra dengan kementrian dan mendapat dukungan secara pribadi dari Pak Dirjen”, ujarnya berharap.

Menanggapi hal itu, Dirjen Bimas Islam Kemenag,  Abdul Jamil berterimakasih kepada MIUMI atas terobosan, informasi serta solusi intelektual berbasis ilmu dan riset yang disuguhkan MIUMI kepada umat.

“Terimakasih, informasi yang semula meraba dalam gelap kian terbuka. Kesimpulannya, dengan menjembatani umat dan berupaya merangkul berbagai lapisan, MIUMI sedang memasuki satu “wilayah kosong” yang hampir belum disentuh saat ini. MIUMI, dengan pemikiran intelektualnya yang luar biasa ini, merupakan trend baru yang dibutuhkan anak muda dalam rangka konvergensi kekuatan-kekuatan Islam di Indonesia yang tidak tersekat oleh ikatan ormas yang sudah ada”,  ungkap Jamil.

Menutup pertemuan,  Abdul Jamil berjanji akan menyampaikan hasil penelitian tentang Syi’ah tersebut kepada Menteri Agama, Suryadharma Ali, sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.