Rabu, 26 Desember 2012

Sukarwo, Pentol Cilok & Gembala Yesus di Kamp Pengungsi Syiah Sampang

“Hai Bung, Selamat Natal. Selamat atas kelahiran Yesus Ruh Tuhan!”
INI SEPENGGAL KISAH penduduk kota asal muasal kerapan sapi dan legenda carok bermula. Hanya 3 jam-an durasi perjalanan dengan bus umum dari terminal Bungurasih Surabaya ke Sampang. Hemat saya nyaris memastikan peradaban di sini tertinggal 30 tahun lebih dari Surabaya. Tak perlu melakukan penelitian langsung untuk membuktikannya, karena dijamin pasti meruntuhkan seluruh tehnik analisa data dan model-model survey yang baku. Anda bisa buktikan dengan datang sendiri ke kota yang mencatat warganya buta huruf berjumlah nyaris 11.000 jiwa. Lalu rasakan rasakan sendiri auranya.
Bermula dari 2 kakus tawadhu di dalam Lapangan Tennis Indor, 2 tahun lalu diresmikan Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf dan Bupati Sampang kala itu Noer Tjahya. Telah 4 bulan toilet seadanya ini saksi bungkam antrian 300-an komunitas Syiah yang memfungsikannya. Bu Hamsiyah satu di antaranya, subuh ini berkerudung handuk menenteng timba kecil, berbaris untuk buang air dan wudhu. Tentu jangan bayangkan perempuan renta dan pengantri lainnya itu berbaris setelah semalaman kelelahan bermain Bulu Tangkis, Tennis, Futsal dan olahraga lainnya. Jangan pula dibayangkan mereka sempat bersiul-siul di dalam kakus.
Hening Subuh ini ditampar raungan-konser tangis balita-balita pengidap cacingan. Kegaduhan mereka seinchi lebih keras dari speaker masjid-masjid pengepung Tennis Indoor Sampang. Shalat Subuh berjamaah dimulai setelah iqamah. Mereka shalat seluruhnya tak bersedekap. Pada rakaat kedua sebelum ruku’ membaca qunut. Sama seperti jamaah shalat di masjid-masjid sekitar, setelah shalat mereka membaca zikir. Lalu 9 orang membaca surah Yasiin secara bersama-sama berulang-ulang.
Tennis Indor yang kini berubah fungi sebagai barak pengungsi ini dikelilingi pagar rajutan kawat setinggi 2 meter sebagai pemisah tempat duduk penonton dengan lapangan olahraga. Sekarang kawat-kawat itu menjadi sampiran sarung, baju dan lainnya. Di sepanjang pagar utara tertempel kertas tulisan protes para bocah usia sekolah dasar: “Meskipun rumah saya dibakar dan saya tidak punya rumah lagi, saya ingin sekolah lagi dan ingin bermain lagi dengan teman-teman kampung saya.” Itu satu di antara puluhan tulisan mengantung di pohon sintetis buatan seorang relawan Jaringan Solidaritas Kemanusian Jawa Timur. Maklum telah empat bulan hak mereka belajar di bangku Sekolah Dasar Karang Gayam distop.
Pagi ini 25 Desember 2012, Muhlisin duduk dengan tatapan kosong ke Jalan Raya Wijaya Kusuma Sampang, depan Gor. Umurnya 19 tahun. Penampilannya rapi, rambut lurus, kulit putih, mata sipit. Sekilas dia mirip penyanyi tampan Korea Shinee Jonghyun. Remaja tinggi-kurus ini resmi tak bisa lagi bersekolah di almamaternya SMK Negeri 1 Sampang setelah rumahnya dibakar masa pertama kali pada 29 Desember 2011. Bersama kerabat dan tetangga dia bangun lagi rumah tinggal di Bluuran, desa Karang Gayam, Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang yang pada gilirannya bersama 49 rumah warga Syiah lainnya juga ludes dibakar masa. Bulu kuduk saya berdiri mendengar tuturnya tentang seekor sapi kerabatnya dan 30an ekor ayam yang dulu tiap hari memberinya untuk dijual ke pasar. Dari penghasilan ini dia biayai sekolahnya. “Bahkan ayam saya yang terkepung dituduh Syiah oleh masa penyerbu. Kasihan ayamku itu ditangkap dan dilempar ke bara api kandangnya yang dibakar itu. Sapi saudaraku juga dibakar hidup-hidup,” Muhlisin mengenang masa beringas yang membumihanguskan rumahnya untuk keduakali pada 26 Agustus 2012.
“Hai bung, selamat natal. Selamat atas kelahiran Yesus Ruh Tuhan!”
Cerita Muhlisin terhenti saat saya menyapa Agus Setiawan, pemuda Kristen yang sejak meletus tragedi Sampang mengadvokasi dan menjadi relawan melayani para pengungsi Syiah. Postur tubuh Agus antitesa perawakan Muhlisin. Setelah berbincang seadanya, Agus masuk GOR itu dan mulai mengumpulkan pemuda-pemuda Syiah untuk menginventarisir dokumen-dokumen penting yang ikut terbakar. “Semua ijazah, kartu keluarga dan ktp penduduk Syiah Sampang telah menjadi abu. Maka itu saya harus dorong pemuda-pemuda ini untuk mengurusnya secara kolektif,” ujar Agus sambil menghembus asap rokok kreteknya.
Ratusan Pengungsi Syiah yang tinggal di GOR Sampang ini sempat memancing iba para pegiat kemanusiaan di Nusantara. Bahkan koran-koran serta majalah Nasional menjadi naik drastis oplahnya karena sempat memberitakan mereka. Sumbangan-sumbangan pun sempat deras berdatangan. Minggu pertama sejak meletus tragedi Sampang yang disebabkan tokoh-tokoh masyarakat anti-keragaman hingga 2 bulan setelahnya, tersedia puluhan relawan yang membantu meringankan derita para pengungsi di sini.
“Sekarang hanya tersisa saya dan mas Agus Setiawan yang membantu mengurusi kebutuhan pengungsi di GOR ini. Ya, mengantar orang yang mendadak pingsan ke rumah sakit, ya pernah juga mengantar seorang pengungsi yang melahirkan ke klinik bidan terdekat. Banyak pekerjaan di sini,” ujar Abdur Rauf 40 tahun. Rauf adalah relawan dari Garda Bhineka Tunggal Ika, tinggal di Pandaan, Pasuruan. Lelaki ini telah 3 bulan lebih menjadi penduduk tennis indoor sampang. Jiwanya terpanggil untuk “mbabu” tanpa gaji di sini. Menariknya, profesi Rauf sehari-hari ialah pedagang pentol cilok (pentol tajin) keliling di kampung-kampung Pandaan. Istrinya yang buruh pabrik sepatu di Pasuruan merelakan Rauf tak memberi uang belanja. Ayah dua orang anak ini mengatur seluruh kebutuhan logistik para pengungsi Syiah di sini.
Tiada yang bisa menjawab pasti, kapan para pengungsi Syiah ini bisa  bulang ke kampung halamannya. Jangan tanya aparat keamanan, karena mereka pernah menjawab bahwa tiada yang menjamin keselamatan komunitas Syiah di Sampang jika kembali ke kampong halamannya. Meski tak salah alamat, jangan pula tanyakan Sukarwo, karena Gubernur Jawa Timur ini telah mensahkan Pergub No. 55 Tahun 2012 tentang aliran sesat yang didasarkan pada kriteria dan pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) (lihat Pasal 5 poin 2). Dan kita semua tahu Majelis Ulama Indonesia telah berfatwa Syiah adalah aliran sesat, akibatnya seperti tercandra nyata sekarang di GOR Tennis Indoor Sampang, akibatnya sekelompok masa membunuh atas nama agama dan Bhineka Tunggal Ika yang digenggaman Pancasila terancam lepas dan runtuh. (Adam Muhammad)
sumber : beritaprotes.com

Lagi, Buku Syi’ah untuk Anak SD Negeri di Solok Ajarkan Doktrin Sesat

Dari temuan sejumlah buku rujukan sekolah dasar negeri di Solok, Sumatera Barat, yang merupakan buku Syi’ah, terdapat satu buku yang khusus membahas mengenai dosa-dosa dalam doktrin Syi’ah dengan judul Dosa-dosa Besar: Meruntuhkan Amal Kebajikan yang ditulis oleh Prof. Dasteghib. Dalam buku Qalbun Salim, nama penulis ini adalah Abdullah Husein Dasteghib dan tanpa gelar profesor.
Berdasarkan pengamatan Fimadani, mengutip dari gensyiah.com, buku ini juga merupakan buku yang pengadaaannya dari dana DAK APBD, serta sudah mendapat izin dari Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor: Dj.I/375/2009.
Dari penelusuran kami, Penerbit Cahaya Press yang beralamat di Jl. Siaga Darma VII No. 32E Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, 12510, ini juga  menerbitkan buku-buku karya penulis Syiah bernama Dasteghib ini, misalnya Islam Menjawab, Tafsir Surah Yasin, Sudah Khusukkah Shalat Anda?, Tafsir Surat Al Waqi’ah, Qalbun Salim, dan Kisah-Kisah Ajaib.
Di buku Dosa-dosa Besar: Meruntuhkan Amal Kebajikan yang diajarkan pada anak-anak sekolah dasar negeri Solok ini, terdapat beberapa doktrin Syi’ah yang sangat berbahaya bagi aqidah mereka. Di antaranya adalah sebagai berikut:
  1. Dalam sub-bab Syiah Ahlulbait, disebutkan, “Salah satu hadis menyangkut kedudukan kaum Syi’ah dan para pecinta Ahlulbait menyebutkan bahwa api neraka tidak dapat membakar mereka. Karena itu, hadis-hadis seperti ini memberitahukan kekuatan pada harapan kita. Kecintaan kita pada Ahlulbait tentunya merupakan jaminan bagi kita, namun itu tidak seharusnya membujuk kita untuk berbuat dosa secara terang-terangan.”
  2. Buku tersebut juga menyebutkan hadis-hadis yang berasal dari Imam-imam Syi’ah saja, dan menafikkan selain mereka, sebagaimana disebutkan, “…mendapatkan hadis-hadis yang jelas dari Nabi saw, Imam Ali, Imam Ja’far al-Shadiq, Imam al-Kazhim, Imam al-Ridha, dan Imam al-Jawad.”
  3. Dalam sub-bab “Syiah Sejati, Mereka yang Mengikuti (Menaati) Para Imam”, disebutkan, “Karena itu, Bab Al Hawaij Imam Musa al-Kazhim berkata, “Syi’ah kami hanyalah orang-orang yang mengikuti kami (dalam semua aspek), melangkah dalam jejak kaki kami, dan meniru amal-amal kami.” (Bihar al-Anwar)”
  4. Penulis buku Syi’ah ini menerangkan bahwa mereka yang menjadi Syi’ah sejati adalah yang disebutkan dalam Al Quran Surat Al Bayyinah ayat 7: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka adalah sebaik-baik makhluk (khairul barriyah).” Kemudian penulis Syi’ah ini melanjutkan, “Nabi saw diriwayatkan telah menerangkan bahwa khairul barriyah merujuk kepada Syi’ah (pengikut) Ali: “Wahai Ali, khairul barriyah artinya engkau dan syi’ah-syi’ahmu. Pada hari kiamat, mereka akan ridha dengan apa yang Allah limpahkan kepada mereka, dan mereka pun diridhai oleh Allah.” (Tafsir Thabarsi, Manaqib Khwarazmi, Ibnu Hajar)”
  5. Tentang sub-bab Wilayah, disebutkan, “Tidak diragukan bahwa orang yang memiliki wilayah (menjadikan pemimpin, mencintai) Ahlulbait berhak mendapatkan keselamatan. Sesungguhnya, dia akan bersama para nabi as dan imam maksum.” Kemudian dinukil perkataan Imam al-Ridha, “Adalah wajib bagi Allah untuk menghimpun syi’ah-syi’ah kami dengan para nabi, para syahid, dan orang-orang yang benar, pada hari keputusan.”
  6. Dalam sub-bab “Wilayah Ali adalah Benteng Allah yang Kuat”, disebutkan, “Diriwayatkan oleh Imam al-Ridha dari Imam Ja’far sebagai berikut, “Allah berfirman: Wilayah Ali bin Abi Thalib adalah benteng-Ku. Maka barangsiapa yang memasuki benteng-Ku, dia aman dari murka-Ku (‘Uyun al-Akhbar al-Ridha)”
  7. Dalam sub-bab “Pengakuan Lisan yang Tanpa Perbuatan, Tak Cukup” disebutkan bahwa orang-orang Muslim yang Ahlus Sunnah yang mencintai Ahlul Bait dianggap tidak sah, sebab mereka tidak ikut Syi’ah atau Ahlul Bait.
  8. Di halaman 25 disebutkan bahwa musuh-musuh Syi’ah yang maksudnya adalah kaum Sunni akan kekal di neraka. “Pecinta Ahlulbait tidak akan tinggal di neraka selamanya. Siksa abadi hanyalah diperuntukkan bagi orang-orang kafir dan musuh-musuh Ahlulbait.”
  9. Di halaman 24 disebutkan hadits-hadits palsu yang dinisbatkan pada Rasulullah yang menyebutkan bahwa, “Allah menciptakan 70 (tujuh puluh) ribu malaikat dari cahaya wajah Ali bin Abi Thalib. Para malaikat ini (akan terus) memohonkan ampunan (atas namanya dan atas nama para pengikutnya) hingga Hari Kiamat.” Juga disebutkan hadits palsu dari Nabi Muhammad, “Cinta kepada Ali membakar dosa-dosa, laksana api yang membakar kayu.”
  10. Di halaman 26-27, disebutkan ajaran untuk meminta pertolongan pada Ali bin Abi Thalib jika menghadapi sakaratul maut. Ini merupakan salah satu perbuatan syirik.
  11. Disebutkan dalam buku tersebut bahwa jika tidak mengikuti Syi’ah dan mengakui Imam-imam 12 adalah termasuk dosa besar. “…Imam maksum yang sama (Imam Ja’far) bahwa beliau berkata, “Tidak mengakui hak-hak kami (Ahlulbait) adalah dosa besar.”"
  12. Di halaman 43, disebutkan kewajiban seorang Syi’ah untuk mengambil rujukan mutlak kepada Ahlulbait, bukan Al Quran dan Sunnah. “Dapat disebutkan di sini bahwa topik lain yang juga dibahas secara ringkas dalam al-Quran tetapi dipaparkan oleh Nabi saw dan para imam adalah menyangkut otoritas mutlak Ahlulbait sebagai khalifah-khalifah Allah di muka bumi dalam mengajarkan dan mendemonstrasikan hukum-hukum mengenai hak dan batil kepada manusia.”
 sumber : fimadani.com

Puluhan Ribu Warga Sunni Protes PM Irak

Puluhan ribu warga Sunni memblokade rute perdagangan utama Irak menuju Suriah dan Yordania, Rabu, hari keempat demonstrasi menentang Perdana Menteri Nuri al-Maliki.
Unjuk kekuatan besar-besaran itu menandai peningkatan protes yang meletus pekan lalu setelah pasukan Irak menangkap para pengawal Menteri Keuangan Rafaie Esawi (Sunni).
“Rakyat ingin menjatuhkan rejim,” teriak ribuan pemrotes di wilayah berpenduduk Sunni, Anbar, mengumandangkan slogan yang digunakan dalam pemberontakan rakyat yang menggulingkan para pemimpin Tunisia, Mesir, Libya dan Yaman.
Dengan mengibarkan bendera lama Irak yang diganti setelah pemerintah Saddam Hussein (Sunni) digulingkan oleh invasi pimpinan AS pada 2003, pemrotes duduk di jalan, menutup rute perdagangan utama antara Irak, Yordania dan Suriah.Protes lain yang lebih kecil diadakan di kota Samarra di provinsi berpenduduk Sunni, Salahuddin, yang terletak di dekat Anbar.
Penahanan para pengawal Esawi dilakukan beberapa jam setelah Presiden Jalal Talabani, seorang Kurdi yang menjadi penengah antara kelompok-kelompok Sunni, Syiah dan Kurdi, pergi ke Jerman untuk perawatan karena penyakit stroke yang bisa mengakhiri pengaruhnya atas perpolitikan Irak.
Dalam pernyataan kepada para pemrotes, Esawi mengatakan, penahanan pengawalnya bermotif politis dan Maliki dengan sengaja menyulut perselisihan.

Irak dilanda kemelut politik dan kekerasan yang menewaskan ribuan orang sejak pasukan AS menyelesaikan penarikan dari negara itu pada 18 Desember 2011, meninggalkan tanggung jawab keamanan kepada pasukan Irak.
Selain bermasalah dengan Kurdi, pemerintah Irak juga berselisih dengan kelompok Sunni.
Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki (Syiah) sejak Desember 2011 mengupayakan penangkapan Wakil Presiden Tareq al-Hashemi atas tuduhan terorisme dan berusaha memecat Deputi Perdana Menteri Saleh al-Mutlak. Keduanya adalah pemimpin Sunni.
Para ulama Sunni memperingatkan bahwa Maliki sedang mendorong perpecahan sektarian, dan pemrotes memadati jalan-jalan Irak dengan membawa spanduk yang mendukung Hashemi dan mengecam pemerintah.
Pejabat-pejabat Irak mengeluarkan surat perintah penangkapan bagi Wakil Presiden Tareq al-Hashemi pada 19 Desember 2011 setelah mereka memperoleh pengakuan yang mengaitkannya dengan kegiatan teroris.
Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Irak Mayor Jendral Adel Daham mengatakan pada jumpa pers, pengakuan para tersangka yang diidentifikasi sebagai pengawal Hashemi mengaitkan wakil presiden tersebut dengan pembunuhan-pembunuhan dan serangan.
Surat perintah penangkapan itu ditandatangani oleh lima hakim, kata Daham.
Puluhan pengawal Hashemi, seorang pemimpin Sunni Arab, ditangkap dalam beberapa pekan setelah pengumuman itu, namun tidak jelas berapa orang yang kini ditahan.
Hashemi, yang membantah tuduhan tersebut, bersembunyi di wilayah otonomi Kurdi di Irak utara, dan para pemimpin Kurdi menolak menyerahkannya ke Baghdad. Pemerintah Kurdi bahkan mengizinkan Hashemi melakukan lawatan regional ke Qatar, Arab Saudi dan Turki.
sumber : antaranews

Iran menolak mengembalikan 13 jenazah pemuda Afghan yang dibunuh di Iran

KABUL - Iran telah menolak untuk mengembalikan 13 jenazah pemuda Afghan, yang meninggal karena dibunuh di Iran, kepada keluarganya Menteri Luar Negeri Afghanistan Zalmai Rasul mengumumkan di hadapan para anggota parlemen pada Selasa (25/12/2012), dilansir Sunni-News.
Pada awal bulan ini, ratusan penduduk Afghan menggelar aksi demonstrasi di provinsi Herat untuk memprotes Iran atas pembunuhan anak-anak mereka dan mendesak untuk mengembalikan jenazah 13 pemuda tersebut.
Menurut kesaksian warga, 13 pemuda yang berasal dari daerah Islam Qala itu pergi ke Iran tiga bulan lalu untuk bekerja, tetapi aparat perbatasan Iran menangkap dan menembak mati mereka di daerah Thaiabad, Iran, sekitar 25 kilometer dari Islam Qala.
Menurut laporan lain, para pemuda yang dianggap imigran ilegal itu ditahan terlebih dahulu sebelum akhirnya dieksekusi, Zalmai Rasul mengatakan, "Pada awalnya, Iran tidak mengakui eksekusi ini."
"Namun, mereka mengakui kematian ini setelah kami menunjukkan mereka sebuah video (bukti)."
Pejabat itu menambahkan bahwa meskipun Iran menolak mengirimkan jenazah warga sipil Afghan itu, pemerintah Afghan tetap berusaha untuk mengembalikan mereka untuk diserahkan kepada keluarga mereka.
Zalmai Rasul juga mengatakan bahwa para pengungsi Afghan terus menghadapi berbagai macam masalah di negara yang mayoritas Syi'ah itu.
sumber : arrahmah.com

Diduga militan Syi'ah menyerang konvoi tokoh Sunni di Karachi, Pakistan, 6 orang tewas

KARACHI - Sekelompok pria bersenjata melepaskan tembakan kepada sebuah mobil yang membawa seorang tokoh senior Muslim Sunni di dekat daerah Moti Mehal, di kota Karachi, Pakistan pada Selasa (26/12/2012), menewaskan empat polisi dan dua orang lainnya dalam konvoi itu, berdasarkan laporan polisi dikutip AFP.
Polisi mengatakan target serangan tersebut adalah Maulana Aurangzeb Faruqi, yang terkena peluru di bagian kakinya sehingga perlu dirawat di rumah sakit.
"Setidaknya empat polisi, seorang pengawal dan seorang supir tewas dalam penembakan yang dilakukan oleh pria bersenjata," kata polisi Shahid Hayat kepada AFP.
Organisasi Faruqi, Ahlu Sunnah wal Jamaah (ASWJ) Pakistan, mengatakan bahwa Faruqi ditargetkan oleh orang-orang dari kelompok minoritas Syi'ah, seperti dilansir Sunni-News.
Kepala polisi Karachi, Iqbal Mahmud, mengkonfirmasi serangan ini dan para korbannya dan mengatakan bahwa investigasi awal menunjukkan bahwa para penyerang menggunakan sebuah sepeda motor, dan polisi yang tewas sedang mengawal Faruqi.
Serangan ini telah menciptakan ketegangan di kota itu, para jamaah ASWJ melakukan protes atas aksi penyerangan ini. ASWJ menyeru untuk menelurusi teror yang menargetkan tokoh Muslim ini.
Salah satu pemimpin ASWJ Allama Muhammad Ludhianvi meminta para jamaah untuk tetap tenang dan tidak terprovokasi dan tetap bekerjasama dengan otoritas lokal.
Serangan ini bukan yang pertama kali dialami oleh Faruqi, pada Juni lalu Faruqi juga menjadi target serangan serupa. Tetapi atas kehendak Allah, ia selamat dari serangan.
sumber : arrahmah.com

Rabu, 19 Desember 2012

Inilah Kontribusi Yahudi untuk Iran

REPUBLIKA.CO.ID, Yahudi adalah salah satu akar sejarah masyarakat Iran. Sebab, merekalah salah satu penduduk tertua yang sudah menghuni tanah Persia sejak negeri itu masih membangun peradaban.

Seperti dikutip Iran Online, orang Yahudi masuk ke Iran sejak tahun 727 sebelum masehi. Mereka yang memasuki Iran adalah Yahudi yang terdeportasi oleh kekuasaan Raja Asiria (Babilonia), Saragon II. "Mereka terdeportasi dari Isarel setelah gagal melawan Asiria," tulis Iran Online.

Akibat kekalahan ini, sekitar 27.290 orang Yahudi dipaksa menetap di Persia. Gelombang kedatangan Yahudi ke Persia makin besar ketika moyang bangsa Israel ini terusir oleh Raja Nebukadnezar. "Mereka (Yahudi) pelarian dari Asiria kemudian menetap di Isfahan,"

Para pelarian Yahudi di masa Babilonia inilah yang jadi bagian sejarah Persia. Mereka, terutama  imigran Yahudi di Isfahan, mampu menata peradaban.

Tidak heran, Isfahan kini menjadi kota terbesar ketiga di Iran kini. Isfahan kini dihuni lebih dari 2 juta jiwa. Beberapa di antaranya memiliki garis darah Yahudi.
Periode penting bagi kaum Yahudi di tanah Persia (sekarang Iran), terjadi ketika Koresh Agung mampu menaklukkan Babilonia di tahun 586 sebelum masehi. Inilah menjadi tonggak awal berdirinya kekaisaran persia.

Keberhasilan Koresh menaklukkan Babilonia dengan sedikit perlawanan, membuatnya terpilih sebagai penguasa baru di kawasan Persia hingga tanah Israel. Raja Persia ini pantas berterima kasih kepada masyarakat Yahudi karena sudah mendukung penuh usahanya menaklukkan Babilonia.

Di bawah kepemimpinan  Koresh, Yahudi seperti mendapatkan angin. Mereka yang telah melarikan diri semasa era Babilonioa, kini diizinkan pulang ke Jerusalem. "Sekitar 30 ribu Yahudi (Persia) kembali ke untuk membangun kuil Jerusalem," tulis Iran Online.

Di masa awal perkembangan kerajaan Persia inilah, Yahudi mulai menancapkan gigi dari segi politik. Kebijakan Persia saat itu mendorong otonomi bagi masyarakat Yahudi mampu membangkitkan Israel dari "tidur" panjangnya.

Hal itulah yang menjadi salah satu tonggak awal kembalinya eksistensi politik Yahudi di muka bumi. Jasa Kopresh ini yang membuat orang Yahudi berhutang budi. Karena kalau bukan karena jasa Raja Persia ini, Yahudi bisa jadi lenyap dari muka bumi pada abad kelima sebelum masehi.

Sejak periode 500 an sebelum masehi hingga kini, Yahudi pun tetap bercokol. Bahkan di abad ke 21, Yahudi dengan negaranya Israel mampu tampil sebagai salah satu kekuatan utama dunia.
Redaktur: Abdullah Sammy

MUI Usut Dugaan Adanya Tokoh Syiah Dalam Kepengurusan

KETUA Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH. Kholil Ridwan, menjelaskan bahwa organisasinya kini sedang melakukan evaluasi atas dugaan adanya seorang tokoh Syiah dalam kepengurusan MUI pusat. Hal ini mengemuka setelah tokoh tersebut datang ke Sampang atas nama MUI pusat, mendesak dicabutnya fatwa sesat Syiah dari MUI Jatim.
“Padahal dia datang bukan atas nama MUI pusat dan tidak membawa perintah apapun,” tandasnya dalam kegiatan Forum Indonesia Peduli Suriah di kantor DDII Jakarta Selasa, (11/12/2012) .
KH Kholil menambahkan, pihaknya sudah meminta keterangan terkait sikap oknum MUI tersebut. MUI sendiri memiliki bukti berupa kepengurusan dalam sebuah kelompok Syiah di Indonesia.
“Tapi dia bersumpah bukan Syiah, inilah sulitnya kita bergaul dengan orang Syiah karena mereka punya akidah taqiyyah demi menyelamatkan pribadinya,” tegas KH. Kholil.
Dalam tubuh MUI sendiri, perdebatan mengenai status akidah Syiah sudah selesai. KH. Maruf Amin sebagai ketua harian MUI mengatakan Syiah masuk dalam 10 kategori kelompok sesat. Namun hingga kini, KH. Kholil mengaku masih menunggu keluarnya fatwa sesat terhadap ajaran Syiah dari MUI pusat.
“Karena MUI Pusat sudah mengeluarkan 10 kriteria fatwa sesat dan Syiah di Sampang sudah masuk kriteria sesat,” tegasnya.
Jika anggota tersebut terbukti sebagai pengikut Syiah, maka MUI tidak segan-segan untuk memberikan sanksi tegas berupa pemecatan dari kepengurusan MUI.
“Jika terbukti Syiah, kita akan makzulkan,” pungkasnya. (Pz/Islampos)

Senin, 10 Desember 2012

PELAJARAN BAGI SYIAH INDONESIA


Kepada semua syiah yang memahami bahasa Indonesia.
Kami mohon anda berpikir sejenak, merenungkan jasad yang menghitam ini. JASAD MARJAA’ SYI’I MIRZA JAWAD AL-TIBRIZI (Umur 87 tahun, guru besar di Qom Iran) Berita ini benar, meskipun baru sekarang kami sempat menyuguhkan ke hadapan Anda. Untuk konfirmasi silakan buka link ini:
Kami tahu bahwa menghitamnya wajah dan jenazah Imam Syiah ini adalah isyarat buruk dan tanda suul khatimah.
Kami tidak tahu kalau menurut syiah Rafidhah. Ketika saya melihat jenazah Ayat ….al-Uzhma Jawad al-Tibrizi saya hampir tidak percaya, karena bentuk sangat berubah, wajahnya menghitam seperti arang, seolah matinya karena kebakaran atau ledakan atau sejenisnya
Coba lihat dengan seksama apa yang ditulis di atas kafannya! Tanda tangan dan ucapan-ucapan! Laa haula wala quwwata illa billah! Apa maksudnya ini?!
Akan tetapi setelah saya mencari tahu ternyata matinya karena serangan jantung/strok setelah bergelut lama dengan kematian selama berhari-hari di rumah sakit Iran.
Dibesuk oleh kawan-kawannya; para imam Syiah rafidhah, Ali al-Khamenei dan rombongan
maka saya sangat merinding demi Allah saat melihat pemandangan yang mengenaskan dari jasad yang sudah terbujur kaku seolah terpanggang.
Akan tetapi setelah membaca sedikit sejarah hidup dan amalnya yang hitam itu maka hilanglah keheranan saya.
Sebagaimana dikatakan oleh pepatah “jika diketahui sebabnya maka hilanglah rasa kehe
ranan”
Al-Tibrizi ini ternyata penulis buku “al-Syudzudz al-Jinzi Ladaa Umar bin al-Khaththab (kelainan seks pada diri Umar bin Khaththab t )
Ini termasuk buku yang paling banyak kebenciannya dan permusuhannya pada para sahabat Radhiyallahu anhum.
Al-Tibrizi adalah pemilik ucapan yang kesohor:
لو أدخلني الله إلى الجنة ووجدت عمر بن الخطاب فيها لطلبت من الله أن يخرجني منها“.
Kalau Allah memasukkan saya ke surga dan di sana saya dapati Umar ibn Khaththab maka niscaya saya meminta kepada Allah agar saya dikeluarkan dari surga!!!!

maka saya mengetahui rahasianya!
Mengapa wajahnya seperti arang
Wahai syiah! Bertaubatlah dari caci makian dan kebencian kepada para sahabat Nabi i apalagi Khulafaurrasyidin.
Wahai ahlussunnah! Berjuanglah terus untuk menyadarkan orang-orang syiah dari kekeliruannya.
Foto jenazah yang diarak ribuan manusia, yang menghitam seperti terbakar.
Di hari Ini ribuan atau bahkan jutaan pengikut tidak lagi berguna.
Yang berguna hanyalah iman dan amal shalih. Adapun caciannya kepada Khalifah Umar maka akan menghancurkan akhiratnya.
Allah berfirman tentang Firaun:
آلْآنَ وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ وَكُنْتَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ (91) فَالْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ آيَةً وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ عَنْ آيَاتِنَا لَغَافِلُونَ (92)
Iman dan amal shalih yang akan menyelamatkan seorang mulim adalah mencintai semua sahabat Nabi -Shalallahu alaihi wa salam- dan mendoakan mereka dengan baik.
يَقُولُونَرَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَابِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوارَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ- الحشر10
Ini adalah timbangan iman kepada Allah bagi setiap muslim yang beriman kepada Kitabullah, yaitu mendoakan para sahabat Nabi apalagi Khulafaurrasyidin dengan ampunan dan dengan kecintaan dari hatinya (bukan laknat dan kebencian). Barang siapa tidak ridha dengan al-Quran maka dia adalah Rafidhah (penolak) terhadap Allah dan Rasul-Nya, dikuasai setan dan buta hatinya.
Kebenaran yang terang benderang: iblis adalah rafidhah pertama yang menolak firman Allah, kemudian diikuti oleh iblis-iblis lain dari jin dan manusia.
Semoga kita semua hidup dan wafat di atas Islam dan Sunnah. Aamiin.
SUMBER :gensyiah.com










 

Membaca Kerancuan Jalaludin Rakhmat

Oleh; Fahmi Salim 

DALAM
artikelnya “Menyikapi Fatwa MUI Jatim” di Harian Republika (08/11/2012) Dr. KH. Ma’ruf Amin (Ketua MUI Pusat) menyimpulkan bahwa Fatwa MUI Jatim dan Sampang tentang Syiah sudah pada tempatnya dan sesuai aturan. Tak lama berselang, Jalaludin Rakhmat, tokoh Syaiah yang juga Ketua Dewan Syura IJABI dalam artikelnya “Menyikapi Fatwa tentang Fatwa” di Republika (10/11/2012) menggugat KH. Ma’ruf Amin dan Fatwa MUI Jatim.

Inti gugatannya, Pertama, fatwa yang salah sama seperti obat yang salah diberikan kepada pasien, alih-alih menyembuhkan, ia justru bisa membunuh. Lebih jauh Jalal menyebut Fatwa MUI Sampang ikut serta membunuh muslim di Sampang dan Fatwa MUI Jatim juga menjadi dasar bagi Pengadilan Tinggi Jawa Timur  untuk memberi tambahan hukuman 2 tahun penjara kepada Tajul Muluk.
Kedua, menurut Jalal, Fatwa MUI Jatim dan KH. Ma’ruf Amin mengabaikan dan tidak membaca keputusan Konferensi Islam Internasional di Jordania 4-6 Juli 2005 yang melahirkan Risalah Amman yang poinnya menegaskan bahwa pengikut dua mazhab Syiah (Ja’fari dan Zaidi) adalah Muslim sebagaimana pengikut empat mazhab Sunni (Hanafi, Maliki, Syafii dan Hanbali) dan tidak boleh mengkafirkannya.

Menjawab gugatan pertama, fatwa resmi yang dikeluarkan oleh lembaga ulama seperti MUI, terutama menyangkut akidah dan paham agama, adalah dalam rangka meluruskan pemahaman dan membentengi akidah umat.
MUI sangat peka terhadap penyimpangan agama dan akan segera menghadapinya dengan serius dan sungguh-sungguh, “Penetapan fatwa (MUI, pen) bersifat responsif, proaktif, dan antisipatif.” (Himpunan Fatwa MUI:5) dan “Setiap usaha pendangkalan agama dan penyalahgunaan dalil-dalil adalah merusak kemurnian dan kemantapan hidup beragama. Oleh karena itu, MUI bertekad menanganinya secara serius dan terus menerus.” (Fatwa MUI, 1 Juni 1980, dalam Himpunan Fatwa MUI: 42).

Fatwa MUI berdasarkan dalil-dalil yang jelas untuk mendapatkan kebenaran dan kemurnian agama, “Fatwa MUI berdasarkan pada Al-Qur’an, Sunnah (Hadis), Ijma’ dan Qiyas, serta dalil lain yang dianggap muktabar.” (Himpunan Fatwa MUI:5), dan “MUI berwenang menetapkan fatwa mengenai masalah-masalah keagamaan secara umum, terutama masalah hukum (fikih) dan masalah akidah yang menyangkut kebenaran dan kemurnian keimanan umat Islam Indonesia” (Himpunan Fatwa MUI:7). Jelasnya, Fatwa tidak pernah dirumuskan untuk menciptakan permusuhan dan apalagi pembunuhan. Fakta ini sangat gamblang untuk direnungkan.

Mengabaikan Akar Masalah

Jalaludin Rahmat dalam artikelnya sama sekali tidak menyebutkan akar masalah yang memicu keluarnya Fatwa MUI Jatim, yang didahului sebelumnya oleh MUI Sampang tentang ajaran Syiah yang dibawa oleh Tajul Muluk di Sampang.

Dalam konsideran Fatwa MUI Sampang disebutkan bahwa Tajul Muluk telah menyebarkan ajaran-ajaran yang terindikasi menyimpang dari ajaran Islam sebagai berikut: a. Mengimani imam yang 12 dan menganggap perkataan mereka sebagai wahyu, b. Al-Quran yang ada saat ini dianggap sudah tidak orisinil, c. Melaknat sahabat Nabi Muhammad, Abu Bakar, Umar dan Usman, d. Shalat Jumat tidak wajib, e. Haji tidak wajib ke Makkah cukup ke Karbala, f. Nikah mut’ah dianggap sunnah, g. Hanya taat kepada imam yang 12 dan memusuhi musuh-musuhnya imam yang 12, h. Shalat hanya dilakukan tiga waktu, i. Aurat yang wajib ditutup hanya alat vital saja, j. Shalat Tarawih, Dhuha dan Puasa Asyuro haram. (Fatwa MUI Sampang tanggal 8 shafar 1433, 1 Januari 2012)

Sebelum keluar fatwa MUI Sampang yang dikukuhkan oleh fatwa MUI Jatim, para ulama Sampang dan Madura terlebih dahulu mengumpulkan para saksi warga yang pernah mengikuti pengajian-pengajian Tajul Muluk. Dari pengakuan para saksi warga terkumpul 29 poin ajaran yang ditanyakan warga kepada ulama dan dianggap menyimpang. (temuan 50 Ulama Madura, ada 22 poin ajaran yang menyimpang).
Dalam dokumen “Dakwaan Kesesatan yang Dituduhkan kepada Tajul Muluk Ma’mun” terungkap beberapa ajaran krusial misalnya, a) Mereka menganggap bahwa Kitab Suci Al-Qur’an yang ada pada tangan Muslimin se-alam dunia tidak murni diturunkan Allah, akan tetapi sudah terdapat penambahan, pengurangan dan perubahan dalam susunan Ayat-ayatnya (no.4), b) Mereka menganggap bahwa semua ummat Islam – selain kaum Syi’ah - mulai dari para Shahabat Nabi hingga hari qiamat – termasuk didalamnya tiga Khalifah Nabi (Abu Bakar, Umar, Utsman) dan imam empat Madzhab (Abu Hanifah, Malik, Syafi’ie, Ahmad) termasuk pula Bujuk Batu Ampar – adalah orang-orang pendusta, dan beraqidah dengan aqidah bodoh lagi murtad karena membenarkan tiga Khalifah tersebut di dalam merebut kekhalifahan Ali bin Abi Thalib (no.5). (lihat Dokumen Fatwa MUI Jatim dan Sampang tentang Ajaran Tajul Muluk di Sampang)
Tidak hanya Tajul Muluk, Jalaludin Rahmat sendiri terbukti banyak sekali melecehkan para Sahabat Nabi. Berikut ini adalah sebagian daftar pelecehan Jalaludin Rahmat terhadap para sahabat utama Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi Wassalam yang mejelek-jelekkan, melaknat dan bahkan mengkafirkan mereka.
Di dalam buku-buku yang diedit atau ditulisnya sendiri ditemukan antara lain;
•    Syiah melaknat orang yang dilaknat Fatimah (Emilia Renita AZ dalam “40 Masalah Syiah”. Bandung: IJABI. Cet ke 2. 2009.  hal. 90);
•    Dan yang dilaknat Fatimah adalah Abu Bakar dan Umar (Jalaluddin Rakhmat dalam “Meraih Cinta Ilahi”, Depok: Pustaka IIMaN, 2008. hal. 404-405);
•    Para sahabat suka membantah perintah Nabi Muhammad (Jalaluddin Rakhmat dalam “Sahabat Dalam Timbangan Al-Quran, Sunnah dan Ilmu Pengetahuan”, PPs UIN Alauddin 2009. hal. 7);
•    "Para Sahabat Merobah-robah Agama" (Jalal dalam artikel di Buletin al Tanwir Yayasan Muthahhari Edisi Khusus No. 298. 10 Muharram 1431 H.  hal. 3);
•    Para Sahabat Murtad (Ibid. hal. 4);
•    Utsman tidak menikahi dua putri Nabi Saw, tapi dua wanita lain (Jalaluddin Rakhmat dalam “Al Mushthafa (Manusia Pilihan yang Disucikan)”, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008 hal.164).
•    Dia jelas membenci julukan Dzu-Nuraini (pemilik dua cahaya) karena Utsman bin Affan menikah dengan dua puteri Rasulullah SAW. Julukan itu kata Jalal, harus kita hapus (mansukh)! (Ibid, hal.165-166);
•    Tragedi Karbala merupakan gabungan dari pengkhianatan sahabat dan kelaliman musuh (Bani umayyah) (Jalaluddin Rakhmat dalam “Meraih Cinta Ilahi Depok”, Pustaka IIMaN, 2008 hal.493).
Tentu saja, berbagai tulisan yang bernada melecehkan, menghujat dan mendiskreditkan para sahabat utama Nabi seperti di atas tidak bisa dikatakan tidak sesat! Namun sungguh aneh, para penyokong dan pendakwah Syiah seperti Jalaludin Rahmat dan Haidar Bagir selalu meminta kaum Sunni kedepankan akhlak dan mengangkat persatuan ummat di hadapan ajaran-ajaran yang menyinggung akidah dan perasaan Sunni.

Dalam artikelnya di Republika (02/11/2012) berjudul ‘Wa’tashimu bi Hablillahi Jami’an’, Haidar Bagir menyitir perkataan Imam At-Thahawi dalam ‘Al-‘Aqidah Al-Thahawiyah’ bahwa, “Kita tidak menisbatkan kekafiran, kemusyrikan dan kemunafikan kepada seseorang selama tidak tampak dari mereka sesuatu yang menunjukkan hal-hal demikian itu. Dan sebagai gantinya, kita menyerahkan semua yang tidak tampak itu kepada Allah, kita hanya menghukum berdasar yang tampak saja.”
Tampaknya ia sedang meminta kaum Sunni untuk tidak menghukumi kafir dan seterusnya kepada Syiah. Padahal dalam kitab yang sama, jika mau jujur, Imam At-Thahawi sangat keras menghukumi orang yang berani lancang menghujat para sahabat Nabi berdasarkan kaidah “Kita hanya menghukum berdasar yang tampak saja”.

Beliau menulis, “Kita mencintai para sahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wassalam dan tidak berlebihan dalam mencintai salah seorang mereka, kita juga tidak berlepas diri dari mereka. Kita membenci orang yang membenci mereka (para sahabat) dan yang menyebut mereka tidak baik. Kita tidak menyebut mereka kecuali dengan kebaikan. Mencintai mereka adalah agama, iman dan ihsan. Membenci mereka adalah kekafiran, kemunafikan dan sikap melampaui batas (thughyan).” (Al-‘Aqidah Al-Thahawiyah dan Syarahnya karya Ibnu Abi Al-‘Izz hlm.689)

Kontroversi Risalah Amman
Gugatan Jalaludin kedua adalah masalah Deklarasi Amman. Seperti disebutkan Jalaludin Rahmat, sebenarnya bukanlah Ijma' Ulama dalam pengertian yang fixed dalam ushul fikih. Risalah Amman, juga deklarasi Makkah dan Bogor lebih bersifat politis. Ia dipicu oleh konflik Sunni–Syiah di Iraq pasca tumbangnya Saddam Husain tahun 2003 yang digulingkan oleh AS dan Sekutu yang berkolaborasi dengan kaum Syiah Iraq dengan kompensasi politik yang menguntungkan posisi Syiah di Iraq pasca Saddam.

Tak pelak terjadi eskalasi kekerasan antara Sunni-Syiah, di mana Sunni menuding Syiah menyerahkan kedaulatan Iraq kepada Amerika dengan keuntungan politik tertentu, telah membantai ribuan kaum Sunni Iraq dan merampas tanah-tanah wakaf Ahlus Sunnah di Iraq.
Dalam rangka merespons konflik sektarian yang berdarah itu, maka terjadilah upaya-upaya mediasi dunia Islam seperti pertemuan Amman, Makkah dan Bogor.

Bukti bahwa Risalah Amman 2005 itu sekedar basa-basi politis (bukan fatwa keagamaan) dan tidak mengikat seluruh ulama yang hadir, adalah fakta Prof. Dr. Yusuf Al-Qaradhawi yang ikut tercantum namanya (diundang dan menandatangani Risalah Amman) ternyata merilis tiga fatwa tentang Syiah Imamiyah 12 di dalam kitab “Fatawa Mu’ashirah” jilid 4 yang terbit pada tahun 2009.

Dalam fatwanya, beliau membongkar kesesatan Syiah Imamiyah 12 dengan membentangkan pokok-pokok perbedaan akidah antara Ahlus Sunnah dan Syiah, hukum mencaci para sahabat Nabi dan sikapnya tentang pendekatan (Taqrib) sunni-syiah pasca Muktamar Doha-Qatar tanggal 20-22 Januari 2007.

Tampak dari fatwa Syeikh Al-Qaradhawi (2009) bahwa kaum Syiah masih dikategorikan Muslim (seperti yang dinyatakan oleh Risalah Amman), tapi itu tidak berarti golongan Muslim tersebut bersih dan terbebas dari kesesatan terutama dalah hal-hal pokok akidah sebagaimana dijelaskan panjang lebar oleh Qaradhawi.
Tentu saja Syeikh Al-Qaradhawi lebih alim dan mumpuni dari pada Jalaludin Rahmat, sehingga mampu bedakan mana kekufuran dan kesesatan. Sehingga wajar para ulama MUI Jatim dan KH. Ma’ruf Amin juga merasa tak perlu menengok Risalah Amman yang terbukti bukan Ijma Ulama itu.
Ada baiknya kita mengaca kepada sikap institusi Al-Azhar Mesir dalam menyikapi dakwah Syiah. Grand Syeikh Al-Azhar, Prof. Dr. Ahmad At-Thayyib, menyatakan seperti di lansir Koran Ahram (09/11/2012) bahwa Al-Azhar menolak keras penyebaran ajaran syiah di negeri-negeri Ahlus Sunnah, karena akan merongrong persatuan dunia Islam, mengancam stabilitas, memecah belah umat dan membuka peluang kepada zionisme untuk menimbulkan isu-isu perselisihan mazhab di Negara-negara Islam. Wallahua’lam.*

Penulis adalah Komisi Pengkajian dan Penelitian MUI
sumber: hidayatullah.com

Senin, 03 Desember 2012

BEGINI SAAT LEMAH, BGMN DI SAAT KUAT: Dipites Bagaimanapun, Orang Syiah Tetap Cinta Indonesia

Mereka mengancam orang-orang Syiah dengan blokade, pemenjaraan, kelaparan dan kehausan justru di bulan Muharram; bulan duka saat para pengungsi dan jutaan orang Syiah di seluruh dunia mengenang perjuangan heroik Husein cucu Nabi Suci Muhammad saw.

Dikurung di sebuah gedung olah raga yang dingin, tak diberi makan, tak diberi air, tapi mereka tetap mencitai negerinya: orang Syiah di Sampang.

Selamat datang di Gedung Olah Raga Sampang, penjara besar untuk hampir 200 orang pengungsi Syiah tepat di jantung kota Sampang, Madura. Kondisi para pengungsi — sepertiganya bayi dan balita — dalam belasan hari terakhir kian miris. Berdalih tak punya uang, pemerintah Sampang menghentikan suplai makanan. Tapi ini hanya akal-akalan, muslihat pemerintah memaksa pengungsi menerima tawaran pengusiran berjaket “relokasi”.

Tapi itu belum seberapa. Mereka juga menarik peralatan dapur umum, lalu menteror relawan yang sudah dua bulan ini berupaya membantu meringankan derita para pengungsi. Kabar terakhir, pemerintah mulai membatasi ruang gerak para pengungsi. Kini, bahkan untuk keluar pintu gedung pun, mereka harus meminta izin.

GOR Sampang penjara besar, kamp konsentrasi, warga Syiah.

Tapi pemerintah Sampang nampaknya lupa. Mereka mengancam orang-orang Syiah dengan blokade, pemenjaraan, kelaparan dan kehausan justru di bulan Muharram; bulan duka saat para pengungsi dan jutaan orang Syiah di seluruh dunia mengenang perjuangan heroik Husein cucu Nabi Suci Muhammad saw.

Dua hari lalu, di tengah lapar dan ketakpastian hidup, orang-orang Syiah di Sampang menorehkan protes dan, ini yang penting, ikrar kecintaan mereka pada negara yang semestinya mengembalikan hak-hak mereka. Nadanya mirip lirik lagu Pupus yang ditenarkan group band Dewa:

aku mencintaimu lebih dari yang kau tau/
meski kau takkan pernah tahu
”. 

sumber :Islam Times.org

Minggu, 02 Desember 2012

BERITA SYIAH: Sampang, Lupakan Saja

DUA HARI LALU, di sebuah pesantren di Jawa Timur saya bertemu seorang guru agama (ustadz). Dia bertanya,”kenapa berita tentang pengungsi Sampang sekarang sepi?”

Memang begitulah nasib pengungsi di negeri ini. Kaum pengikut Ahmadiyah bertahun-tahun hidup dalam pengungsian di Transito Transmigrasi di Nusa Tenggara Barat, tak ada jalan keluar dan solusinya. Kini terjadi di Sampang, setelah heboh dengan kekerasan 26 Agustus 2012, Presiden SBY menyatakan prihatin dan agar diambil tindakan. Lalu sehari kemudian berduyun-duyun sejumlah petinggi seperti Kapolri, Menteri Agama, Panglima TNI, dan Kepala Badan Intelejen (BIN). Tapi apa hasilnya?

Pengungsi dibiarkan hidup berlarut-larut, bahkan belakangan tak lagi diberi makan dan diperhatikan. Bahkan keperluan utama seperti air distop. Disana hidup anak-anak, perempuan, orang tua dan juga orang lain. Anak-anak terlantar tidak bersekolah, lalu bagaimana masa depan mereka? Siapa yang bertanggung jawab? Menteri Pendidikan tak ada suaranya, padahal dia cendikiawan yang berasal dari Jawa Timur. Sudah jelas, Gubernur dan jajarannya lebih sibuk ngurusi politik, apalagi Bupati Sampang dan jajarannya, takut kehilangan konstituen, lalu mengabaikan kemanusiaan.

Siapa pengungsi di GOR Sampang itu? Apa mereka orang asing, atau alien dari planet lain? Apa Bupati Sampang dan jajarannya, Gubernur Jawa Timur dan jajarann bahkan Presiden dan jajarannya menganggap para pengungsi itu bukan warga negaranya, atau malah menganggap mereka itu (pengungsi) bukan manusia? Anjing, kucing dan binatang-binatang baik yang berkeliaran maupun yang tinggal di Kebun Binatang saja diberikan makan. Saya tak habis pikir dengan mereka para penguasa itu.

Para pengungsi bukan peminta-minta, bahkan tak minta-minta diurusi. Mereka punya tanah di kampung halaman mereka di Dusun Nangkernang, Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben dan warga Desa Bluuran, Kecamatan Karang Penang, Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur. Bahkan mereka bisa hidup disana, di tempat asalnya. Masalahnya kini, aparat keamanan dan pemerintah daerah, takut dengan sekelompok orang yang mengaku ulama atau kiai di kampung Madura, yang mengancam akan membakar dan berbuat kekerasan jika para pengungsi itu kembali. Para pengungsi sebenarnya tidak takut apa yang terjadi terhadap mereka, jika kembali ke tanah kelahirannya dan tempat mereka berkehidupan.

Namun, mereka menghormati orang-orang yang mengurus negara. Mereka pergi ke lembaga-lembaga negara yang dianggap bisa ikut serta menyumbangkan pikiran dan tenaganya agar mereka bisa kembali ke tanahnya. Bersama-sama organisasi dan lembaga swadaya masyarakat yang selama ini konsern terhadap pengungsi mereka datangi lembaga-lembaga itu, mulai dari Komnas HAM dan terakhir Iklil Al- Milal salah satu korban dan juga adik Ustad Tajul Muluk pada 22 November lalu mendatangi Komisi III DPR di Senayan, Jakarta. Itu terakhir berita yang dimuat Harian Kompas, entah saya tak memperhatikan apakah TEMPO juga memuat berita-berita terbaru tentang Sampang. Sesekali saya melihat running teks di Metro TV tentang nasib pengungsi.

Dulu saat mengungsi, masih ada 274 jiwa tinggal di GOR, kini memang hanya 170 morang yang masih tinggal disana. Ada anak-anak yang kembali ke sekolahnya di berbagai daerah, ada tinggal di tempat keluarganya, bahkan ada yang diam-diam tinggal di sekitaran kampung halaman mereka.

Iklil saat di Jakarta mengatakan selama ada di pengungsian, dibantu dan sumbangan masyarakat dan lembaga swadaya masyarakat. Bahkan, menurut Iklil, sumbangan itu juga berasal dari warga Sunni yang dulu bertetangga dengan warga Syiah.”Mereka (Sunni) kan dulu tetangga kami, mereka masih suka datang ke GOR pengungsian untuk memberikan bantuan atau dukungan moral bagi kami. Kami sendiri sebenarnya tidak masalah dengan mereka, kami baik-baik saja,”katanya.

Harapan mereka kini cuma kembali ke kampung halaman mereka dan hidup dalam damai. Tak peduli jika bupati, gubernur, menteri, presiden, aktivis kemanusiaan dan media massa melupakan mereka. Toh, bagi banyak pihak mereka para pengungsi cuma angka-angka dari cacah jiwa. Apakah kita yang punya hati nurani, juga akan membiarkan mereka para pengungsi, dan merasa mereka “bukan” dari bagian kita? Saya tidak bisa seperti itu, entah anda. Saya tak bisa menjawab pertanyaan ustad di atas, hanya tertawa getir, dengan hati teriris.

SUMBER : IslamTimes.org