faktasyiah.com. Bertempat di Aula Pertemuan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jember, hari Senin (26/01/2015) digelar “Dialog Terbuka Aswaja NU – Syi’ah”
Hadir sebagai pembicara dari pihak Aswaja NU adalah Muhammad Idrus Ramli (Jember), sedangkan dari pihak Syi’ah Abdullah Uraidhi (Jakarta) dan Abdillah Ba’abud (Malang).
Dialog Terbuka ini diawali pembukaan dari pembawa acara dilanjut dengan beberapa sambutan.
Dalam paparannya panitia menjelaskan kedua pembicara Abdullah Uraidhi (Jakarta) dan Abdillah Ba’abud (Malang) yang mewakili Syiah adalah alumni Iran.
Bahkan, Abdullah Uraidhi adalah termasuk ke dalam tim penulis (Tim Ahlul Bait Indonesia/ABI) yang baru saja menerbitkan “Buku Putih Mazhab Syiah” (Menurut Para Ulamanya Yang Muktabar).
Dialog terbuka dimulai oleh Abdullah Uraidhi yang menjelaskan mengenai Syiah secara singkat sebagaimana terurai di dalam “Buku Putih Mazhab Syiah (Menurut Para Ulamanya Yang Muktabar)”.
“Menurut ulama Syiah yang muktabar, tidak ada bedanya Syi’ah dengan Sunni,” demikian kata Abdullah Uraidhi.
Sesi kedua diberikan kepada pembicara Syiah yang kedua, yakni Abdillah Ba’abud.
Senada dengan Abdullah Uraidhi, Abdillah Baabud menyatakan bahwa Syi’ah itu bagian dari Sunni.
“Syi’ah bukan hanya menganggap sunni sebagai saudara, melainkan sudah menjadi bagian dari jiwa Syiah, jika Sunni sakit maka Syiah juga sakit, begitu pula sebaliknya,” ungkap Abdillah Baabud menukil pernyataan salah satu ulama Syiah.
Sesi ketiga diberikan kepada Muhammad Idrus Ramli dari ASWAJA Centre. Muhammad Idrus Ramli memberikan koreksi terhadap “Buku Putih Mazhab Syiah (Menurut Para Ulamanya Yang Muktabar)”.
Di antaranya, ia memberikan beberapa argumentasi karena kesannya dua pembicara dari Syiah yang hadir dalam dialog terbuka cenderung menyamakan doktrin keagamaan Syiah dengan Sunni.
“Dialog terbuka ini digelar untuk membahas hal yang berbeda dari Sunni dan Syiah, bukan untuk membahas hal yang sama,” demikian kritik Idrus Ramli.
Setelah itu, Muhammad Idrus Ramli menguraikan apa yang dinilainya sebagai kesesatan-kesesatan Syi’ah menurut ulama Syiah di dalam berbagai referensi Syiah sendiri, termasuk meyakini tahrif Al-Qur’an, mencaci istri Nabi, mengkafirkan Sahabat, perbedaan rukun iman dan Islam antara Syiah dengan Sunni, perbedaan ibadah Syiah dengan Sunni, persamaan Syiah dengan mu’tazilah, dll.
Untuk menanggapi argumentasi yang dilancarkan Muhammad Idrus Ramli, moderator Dr. Faisal, memberikan waktu kepada dua pembicara Syi’ah.
Saat itu, yang aktif memberikan tanggapan terhadap argumentasi Idrus Ramli adalah Abdillah Baabud.
“Saya heran kepada Ustad Muhammad Idrus Ramli, sepertinya dia lebih memahami mengenai Syiah dari pada kami, padahal argumentasi Ustad Muhammad Idrus Ramli itu tidak lebih dari klaim-klaim belaka. Syiah yang saya pelajari, tidak ada hal-hal seperti yang dituduhkan Ustad Muhammad Idrus Ramli tersebut. Justru kitab-kitab Sunni memenuhi ruang dinding rumah kami,” kilah Abdillah Baabud.
Sementara itu, Abdullah Uraidihi menambahkan, “Yang menjaga Al-Qur’an itu adalah Allah sendiri sebagaimana didalam firmanNya. Kami juga menentang jika ada yang mengatakan Al-Qur’an tidak autentik. Silahkan tanya kepada 400 juta orang penganut Syiah di seluruh dunia, apakah mereka punya Al-Qur’an yang berbeda dengan Al-Qur’an yang ada saat ini?”
Menjawab pernyataan itu, Muhammad Idrus Ramli kembali memberikan tanggapan.
“Dari tadi pemaparan saya itu selalu saya nukil referensi dari kitab Syiah, namun Anda menyatakan hal itu hanyalah klaim belaka. Sekarang saya bawa kitab-kitabnya, dan Anda bisa membacanya sendiri jika tidak percaya. Di rumah kami juga banyak referensi-referensi Syiah, tapi apa berarti kami ikut pemikiran Syiah? Kan tidak!”
“Begitu juga di Syiah, banyak menyimpan referensi Sunni, namun bukan untuk ikut, melainkan sebagai propaganda dan menjiplak ajaran Sunni. Beberapa tahun yang lalu saat saya jalan-jalan ke Inggris, para orientalis pun banyak memajang literatur Sunni, namun bukan untuk mengikutinya.”
Setelah sesi dialog, masing-masing pihak diberi waktu untuk memberikan kesimpulan.
Pihak Syiah yang diwakili oleh Abdillah Baabud memberikan kesimpulan, “Syi’ah itu sama dengan Sunni, perbedaannnya hanya mengenai imamah,” katanya.
Sementara Muhammad Idrus Ramli memberikan kesimpulan bahwa ada banyak perbedaan mendasar antara Sunni dan Syiah dibanding persamaannya.
“Perbedaan Sunni dengan Syiah terlalu banyak daripada persamaannya, sebab bukan hanya dalam aqidah yang berbeda, dalam bidang ibadah juga sangat berbeda,” ujarnya.”*/ Khofy Kutbhi
sumber : hidayatullah.com
Aswaja NU: Perbedaan Sunni-Syiah Terlalu Banyak
Menurut Muhammad Idrus Ramli dari ASWAJA Centre, hasil dialog menunjukkan banyak perbedaan mendasar dibanding persamaannya
Dialog Sunni Syiah yang dilakukan di Aula Pertemuan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jember akhirnya tidak mencapai titik temu.
Sebagaimana diketahui, “Dialog Terbuka Aswaja NU – Syi’ah” yang diselenggarakan hari Senin (26/01/2015) dihadiri pembicara dari pihak Aswaja NU adalah Muhammad Idrus Ramli (Jember), sedangkan dari pihak Syi’ah Abdullah Uraidhi (Jakarta) dan Abdillah Ba’abud (Malang), keduanya lulusan Iran. [Baca: Aswaja NU Jember Gelar Dialog dengan Syiah]
Menurut Muhammad Idrus Ramli dari ASWAJA Centre, hasil dialog menunjukkan banyak perbedaan mendasar dibanding persamaannya.
“Perbedaan Sunni dengan Syiah terlalu banyak daripada persamaannya, sebab bukan hanya dalam aqidah yang berbeda, dalam bidang ibadah juga sangat berbeda. Orang Syiah yang mengkafirkan sahabat, mencaci istri Rasul, meyakini tahrif Quran, dll,” ujarnya.
sumber : hidayatullah.com
Hadir sebagai pembicara dari pihak Aswaja NU adalah Muhammad Idrus Ramli (Jember), sedangkan dari pihak Syi’ah Abdullah Uraidhi (Jakarta) dan Abdillah Ba’abud (Malang).
Dialog Terbuka ini diawali pembukaan dari pembawa acara dilanjut dengan beberapa sambutan.
Dalam paparannya panitia menjelaskan kedua pembicara Abdullah Uraidhi (Jakarta) dan Abdillah Ba’abud (Malang) yang mewakili Syiah adalah alumni Iran.
Bahkan, Abdullah Uraidhi adalah termasuk ke dalam tim penulis (Tim Ahlul Bait Indonesia/ABI) yang baru saja menerbitkan “Buku Putih Mazhab Syiah” (Menurut Para Ulamanya Yang Muktabar).
Dialog terbuka dimulai oleh Abdullah Uraidhi yang menjelaskan mengenai Syiah secara singkat sebagaimana terurai di dalam “Buku Putih Mazhab Syiah (Menurut Para Ulamanya Yang Muktabar)”.
“Menurut ulama Syiah yang muktabar, tidak ada bedanya Syi’ah dengan Sunni,” demikian kata Abdullah Uraidhi.
Sesi kedua diberikan kepada pembicara Syiah yang kedua, yakni Abdillah Ba’abud.
Senada dengan Abdullah Uraidhi, Abdillah Baabud menyatakan bahwa Syi’ah itu bagian dari Sunni.
“Syi’ah bukan hanya menganggap sunni sebagai saudara, melainkan sudah menjadi bagian dari jiwa Syiah, jika Sunni sakit maka Syiah juga sakit, begitu pula sebaliknya,” ungkap Abdillah Baabud menukil pernyataan salah satu ulama Syiah.
Sesi ketiga diberikan kepada Muhammad Idrus Ramli dari ASWAJA Centre. Muhammad Idrus Ramli memberikan koreksi terhadap “Buku Putih Mazhab Syiah (Menurut Para Ulamanya Yang Muktabar)”.
Di antaranya, ia memberikan beberapa argumentasi karena kesannya dua pembicara dari Syiah yang hadir dalam dialog terbuka cenderung menyamakan doktrin keagamaan Syiah dengan Sunni.
“Dialog terbuka ini digelar untuk membahas hal yang berbeda dari Sunni dan Syiah, bukan untuk membahas hal yang sama,” demikian kritik Idrus Ramli.
Setelah itu, Muhammad Idrus Ramli menguraikan apa yang dinilainya sebagai kesesatan-kesesatan Syi’ah menurut ulama Syiah di dalam berbagai referensi Syiah sendiri, termasuk meyakini tahrif Al-Qur’an, mencaci istri Nabi, mengkafirkan Sahabat, perbedaan rukun iman dan Islam antara Syiah dengan Sunni, perbedaan ibadah Syiah dengan Sunni, persamaan Syiah dengan mu’tazilah, dll.
Untuk menanggapi argumentasi yang dilancarkan Muhammad Idrus Ramli, moderator Dr. Faisal, memberikan waktu kepada dua pembicara Syi’ah.
Saat itu, yang aktif memberikan tanggapan terhadap argumentasi Idrus Ramli adalah Abdillah Baabud.
“Saya heran kepada Ustad Muhammad Idrus Ramli, sepertinya dia lebih memahami mengenai Syiah dari pada kami, padahal argumentasi Ustad Muhammad Idrus Ramli itu tidak lebih dari klaim-klaim belaka. Syiah yang saya pelajari, tidak ada hal-hal seperti yang dituduhkan Ustad Muhammad Idrus Ramli tersebut. Justru kitab-kitab Sunni memenuhi ruang dinding rumah kami,” kilah Abdillah Baabud.
Sementara itu, Abdullah Uraidihi menambahkan, “Yang menjaga Al-Qur’an itu adalah Allah sendiri sebagaimana didalam firmanNya. Kami juga menentang jika ada yang mengatakan Al-Qur’an tidak autentik. Silahkan tanya kepada 400 juta orang penganut Syiah di seluruh dunia, apakah mereka punya Al-Qur’an yang berbeda dengan Al-Qur’an yang ada saat ini?”
Menjawab pernyataan itu, Muhammad Idrus Ramli kembali memberikan tanggapan.
“Dari tadi pemaparan saya itu selalu saya nukil referensi dari kitab Syiah, namun Anda menyatakan hal itu hanyalah klaim belaka. Sekarang saya bawa kitab-kitabnya, dan Anda bisa membacanya sendiri jika tidak percaya. Di rumah kami juga banyak referensi-referensi Syiah, tapi apa berarti kami ikut pemikiran Syiah? Kan tidak!”
“Begitu juga di Syiah, banyak menyimpan referensi Sunni, namun bukan untuk ikut, melainkan sebagai propaganda dan menjiplak ajaran Sunni. Beberapa tahun yang lalu saat saya jalan-jalan ke Inggris, para orientalis pun banyak memajang literatur Sunni, namun bukan untuk mengikutinya.”
Setelah sesi dialog, masing-masing pihak diberi waktu untuk memberikan kesimpulan.
Pihak Syiah yang diwakili oleh Abdillah Baabud memberikan kesimpulan, “Syi’ah itu sama dengan Sunni, perbedaannnya hanya mengenai imamah,” katanya.
Sementara Muhammad Idrus Ramli memberikan kesimpulan bahwa ada banyak perbedaan mendasar antara Sunni dan Syiah dibanding persamaannya.
“Perbedaan Sunni dengan Syiah terlalu banyak daripada persamaannya, sebab bukan hanya dalam aqidah yang berbeda, dalam bidang ibadah juga sangat berbeda,” ujarnya.”*/ Khofy Kutbhi
sumber : hidayatullah.com
Aswaja NU: Perbedaan Sunni-Syiah Terlalu Banyak
Menurut Muhammad Idrus Ramli dari ASWAJA Centre, hasil dialog menunjukkan banyak perbedaan mendasar dibanding persamaannya
Dialog Sunni Syiah yang dilakukan di Aula Pertemuan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jember akhirnya tidak mencapai titik temu.
Sebagaimana diketahui, “Dialog Terbuka Aswaja NU – Syi’ah” yang diselenggarakan hari Senin (26/01/2015) dihadiri pembicara dari pihak Aswaja NU adalah Muhammad Idrus Ramli (Jember), sedangkan dari pihak Syi’ah Abdullah Uraidhi (Jakarta) dan Abdillah Ba’abud (Malang), keduanya lulusan Iran. [Baca: Aswaja NU Jember Gelar Dialog dengan Syiah]
Menurut Muhammad Idrus Ramli dari ASWAJA Centre, hasil dialog menunjukkan banyak perbedaan mendasar dibanding persamaannya.
“Perbedaan Sunni dengan Syiah terlalu banyak daripada persamaannya, sebab bukan hanya dalam aqidah yang berbeda, dalam bidang ibadah juga sangat berbeda. Orang Syiah yang mengkafirkan sahabat, mencaci istri Rasul, meyakini tahrif Quran, dll,” ujarnya.
sumber : hidayatullah.com