Dalam buku Fiqih Imam Jafar Shadiq
karya Muhammad Jawad Mughniyah (terbitan Lentera, 2004, halaman
250-252) disebutkan Imam Jafar Shadiq as berkata: “Shalat dua hari raya
adalah wajib, begitu juga shalat kusuf.” Beliau as juga berkata: “Tidak
ada shalat pada dua hari raya kecuali bersama imam. Jika kamu shalat
sendiri tidak apa-apa.”
Imam Jafar Shadiq menerangkan bahwa dalam
shalat Idul Fitri dan Idul Adha tidak ada azan dan iqamah, hanya
panggilan berupa: Ash-sholaah (sebanyak tiga kali). Shalat dilakukan
sebelum khutbah Idul Fitri.
Imam Abu Jafar Shadiq (Imam Muhammad Al-Baqir
as) berkata: “Dalam shalat dua hari raya, seseorang mengucapkan takbir
sekali untuk membuka shalat. Kemudian membaca ummul kitab (fathihah) dan
surah. Lalu takbir lima kali sambil membaca doa qunut di antara takbir
tersebut. Setelah itu takbir sekali untuk rukuk. Pada rakaat kedua
membaca ummul kitab dan surah. Rakaat pertama membaca surah Al-A’la dan
rakaat kedua membaca surah Asy-Syams. (Selesai membaca surah Asy-Syams)
bertakbir empat kali dengan membaca qunut di antara setiap takbirnya.
Lalu takbir sekali untuk rukuk.”
Rangkaian shalat Idul Fitri dan Idul Adha
adalah: Takbir, baca fathihah kemudian membaca surah al-A’la, takbir
lima kali dengan membaca doa qunut di antara takbir, takbir lagi
kemudian rukuk, I’tidal, sujud, iftirasy (duduk di antara dua sujud),
sujud, dan kembali berdiri untuk rakaat kedua. Selesai baca fathihah
kemudian membaca surah Asy-Syams. Takbir empat kali dengan membaca doa
qunut di antara takbir, takbir lagi kemudian rukuk, I’tidal, sujud,
iftirasy (duduk di antara dua sujud), sujud, dan tasyahud hingga salam.
Para fuqaha dari Syiah Imamiyah atau mazhab
Ahlulbait sepakat bahwa wajibnya shalat idul fitri dan idul adha ketika
Imam Maksum hadir. Namun, di antara fuqaha juga ada yang menyatakan
mustahab dilakukan masa gaibnya Imam Mahdi as.
Sebagaimana disampaikan oleh Ayatulllah Sayid Ali Khamenei (Istiftaat Imam Ali Khamenei, al-shia.org yang diterjemahkan dan dimuat dalam situs Hauzah Maya) bahwa:
“Pada saat ini, para wakil (mumatstsil) wali
faqih yang diberi izin untuk menyelenggarakan shalat id. Demikian pula
para imam jumat yang ditunjuk olehnya boleh mendirikan shalat id
berjamaah. Ada pun selain mereka, sesuai ahwath, hendaknya melaksanakan
shalat id secara furada (perorangan), dan boleh melakukannya secara
berjamaah dengan niat raja’, tidak dengan niat wurud (dengan hanya
berharap dan tanpa memastikan bahwa hal itu benar-benar diajarkan dalam
syari’at, pent.). Namun bila maslahat menuntut hanya satu shalat id
diselenggarakan di satu kota, maka sepatutnya selain imam Jumat yang
ditunjuk oleh wali faqih tidak mendirikannya.”
Demikian tata cara shalat Idul Fitri dan Idul Adha menurut mazhab Ahlulbait (Syiah Imamiyah/Dua Belas Imam).
SUMBER : situs syiah aliran IJABI