KHM. Hasan Abd. Muiz: 34 Pesantren Dan Ormas Tolak Syiah
4 April 2016
Ribuan warga NU dari berbagai pesantren beserta ormas Islam
sekabupaten Bondowoso turun ke jalan dalam rangka menolak dan menentang acara
syiah berkedok ‘Milad Fatimah’ yang rencananya digelar Ikatan Jamaah Ahlul Bait
(IJABI) di kampung Arab Bondowoso pada 5-6 April 2016 besok.
Koordinator aksi yang juga pengasuh pondok pesantren Sayyid
Muhammad Bin Alawi Al Maliki Bondowoso, KH. Muhammad Hasan Abdul Muiz
menyampaikan bahwa aksi turun ke jalan hari Ahad (3/4) kemarin diikuti oleh
ribuan peserta dari 34 pesantren dan ormas Islam.
“Lebih dari 3500 peserta dari 34 pesantren dan ormas Islam, “kata
Kiai Hasan saat dihubungi redaksi NUGarisLurus.com, Senin (4/4).
Saat ditanya soal tuntutan utama aksi, Kiai Hasan menegaskan bahwa
ribuan massa ini menolak ajaran yang mencaci sahabat, menghalalkan nikah
mut’ah, tidak mempercayai keautentikan al Quran, dan sebagainya dari
ajaran-ajaran sesat.
“Memakai nama apapun ajaran tersebut Sekaligus menolak acara-acara
yang dilakukan oleh mereka, “ungkapnya.
Dalam orasi yang disampaikannya, Kiai Hasan menjelaskan bahwa kaum
Ahlus Sunnah Wal Jama’ah yang mayoritas di Bondowoso mempunyai hak agar para
shahabat Nabi yang mereka cintai tidak dicaci maki.
“Jika orang tua kita saja dicaci maki kita tidak akan terima,
padahal para Shahabat Nabi dan keluarga Nabi lebih kita cintai dari pada Ibu
Bapak kita sendiri, “Kata Kiai Hasan.
Kiai Hasan memberikan pesan bahwa, Hari ini masyarakat masih mau
mengikuti ulamanya dalam aksi damai. Namun jika acara tetap digelar, Maka
jangan salahkan jika ada yang marah karena ingin membela Shahabat Nabi dan
Keluarga Nabi dari cacian para penganut sekte syiah.
Beberapa pesantren dan ormas yang tergabung dalam aksi ini
diantaranya; as Shofwah niqobah Bondowoso- Situbondo (himpunan alumni Sayyid
Muhammad Alawi al Maliki, Makkah), IKSAS (Ikatan Santri dan Alumni Sukorejo)
Cab. Bondowoso, IASS (Ikatan Alumni dan Santri Sidogiri) Cab. Bondowoso, IAS
(Ikatan Alumni Sarang) Cab. Bondowoso, Tanaszaha (Ikatan Alumni dan Santri
Zainul Hasan Genggong) Cab. Bondowoso, Ar Ruhama (Ikatan Alumni Pesantren
Sayyid Muhammad al Maliki, Bondowoso), beberapa MWC NU, puluhan pesantren dan
ORMAS Islam di Bondowoso. Wallahu Alam
Puisi Kami
Rais Aam PBNU harus bersih-bersih...
Membersihkan PBNU dan jama'ah NU dari para pendukung Syi'ah yang
te;ah dinyatakan sesat oleh pendiri NU, KH Hasyim Asy'ari.
“Jika melihat fatwa Hadratusy Syaikh Hasyim Asyari, beliau sangat
mewaspadai Syiah, padahal pada masa itu di Indonesia Syiah belum berkembang.
Syiah sendiri baru berkembang di Indonesia sejak terjadinya revolusi Iran tahun
1979″.
KH. Hasyim Asyari telah dengan tegas memfatwakan mazhab Syiah ini
sesat dan tidak boleh diikuti, tidak boleh diambil fatwanya serta tidak boleh
diambil hujjahnya.
“Ini fatwa yang dikatakan Hadratus Syaikh Hasyim Asyari dalam
tulisan-tulisannya dan dalam Qanun Asasi Jam’iyah Nahdlatul Ulama”.
Meskipun belum mengkafirkan, namun NU telah memandang Syi’ah
sebagai aliran sesat yang tidal boleh diikuti oleh Nahdliyin.
Ribuan warga NU dari berbagai pesantren beserta ormas Islam
sekabupaten Bondowoso turun ke jalan dalam rangka menolak dan menentang acara
syiah berkedok ‘Milad Fatimah’ yang rencananya digelar Ikatan Jamaah Ahlul Bait
(IJABI) di kampung Arab Bondowoso pada 5-6 April 2016 besok.
Koordinator aksi yang juga pengasuh pondok pesantren Sayyid
Muhammad Bin Alawi Al Maliki Bondowoso, KH. Muhammad Hasan Abdul Muiz menyampaikan
bahwa aksi turun ke jalan hari Ahad (3/4) kemarin diikuti oleh ribuan peserta
dari 34 pesantren dan ormas Islam.
“Lebih dari 3500 peserta dari 34 pesantren dan ormas Islam, “kata
Kiai Hasan saat dihubungi redaksi NUGarisLurus.com, Senin (4/4).
Saat ditanya soal tuntutan utama aksi, Kiai Hasan menegaskan bahwa
ribuan massa ini menolak ajaran yang mencaci sahabat, menghalalkan nikah
mut’ah, tidak mempercayai keautentikan al Quran, dan sebagainya dari
ajaran-ajaran sesat.
Ahad pagi, 03 April 2016
“Subhanallah…
Walhamdulillah…Walaa ilaaha illallaah… Wallahu Akbar….. ”
Wajah langit di kota
Bondowoso pagi itu sedang dikunjungi awan yang datang berarakan. Bersamaan
dengan beraraknya ribuan santri dan umat Islam yang datang dari seluruh penjuru
kota. Dari Tlogosari. Tamanan. Grujugan. Curahdami. Maesan. Tegalampel.
Sukosari. Wonosari. Pujer. Dan dari seluruh penjuru dengan berbaju putih,
kopyah putih, dan sebagian bersurban.
Lantunan Tasbih, Tahmid,
Tahlil, dan Takbir kian bergemuruh seiring kian membludaknya umat Islam di
pelataran Masjid Al Muhibbin Tamansari, tempat pelepasan aksi damai kali ini.
Arakan awan pun kian mendekat, seakan hendak memayungi para kiai yang datang
dengan ketulusan hati. Awan kian menggumpal, tetapi tak setetes pun menurunkan
gerimis.
“Ini luar biasa… Di luar
dugaan…!!!” ujar seorang aparat berpakaian preman yang juga ikut berbaur dengan
lautan umat pagi itu. Dan memang betul. Konon, di sini nyaris tak pernah
terjadi pengerahan massa untuk sebuah aksi sebanyak ini. Terkecuali jika massa
diundang pengajian.
Allahu Akbar….!!! Pekik
takbir sesekali terdengar lantang dari pimpinan aksi. Ribuan umat pun merespon
lebih lantang dan lebih bergemuruh. Ini adalah buncahan keresahan umat yang
sudah lama terpendam. Tak tahu kepada siapa keresahan ini dimuntahkan? Kepada
penganut agama Syiah kah, yang kian berulah dalam keminoritasannya? Atau kepada
para pimpinan daerah yang seakan kian memberi panggung kepada agama Syiah di
Bondowoso? Atau kepada para politisi yang semuanya Sunni, tapi konon telah
menjadikan agama Syiah sebagai komoditi politik kepentingan sesaat?
Ah, saya tak tahu menahu
tentang semua itu. Namun setidaknya hari ini menjadi bukti bahwa umat Islam Ahlussunnah
Waljamaah resah. Warga Nahdliyyin merasakan kegundahan bersama. Hari ini mereka
kompak datang berduyun dari berbagai elemen umat Islam Bondowoso. Mereka
terdiri dari:
– IKSASS, ikatan santri
dan alumni Salafiyah Syafiiyah Situbondo. Santri senior dari Kiai Asad Syamsul
Arifin Situbondo.
– IAS, alumni PP Sidogiri
Pasuruan, yang diasuh KH Nawawi.
– TANAZZAHA, ikatan
alumni PP Zainul Hasan Genggong Probolinggo, yang diasuh KH Mutawakkil Alallah.
– Himpunan Alumni PP Al
Anwar Sarang Jawa Tengah yang diasuh KH Maimun Zubeir.
– Himpunan Alumni AL
AZHAR Mesir di Bondowoso.
– IKAPETE, ikatan alumni
Pesantren Tebuireng Jombang di Bondowoso.
– AR RUHAMA, ikatan
santri dan alumni PP Al Maliki Koncer Bondowoso.
– Hai’ah ASH SHOFWAH dan
HAWARIY Bondowoso,
dan beberapa perhimpunan
alumni pesantren lainnya se Bondowoso.
Komposisi inti dari aksi
damai penolakan agama Syiah ini adalah puluhan pondok pesantren NU se Bondowoso
yang mengerahkan ratusan santri dan dikawal langsung oleh para Kiai, Habaib,
Asatidz, dan pengasuh. Juga tampak beberapa pengurus NU struktural, baik
tingkat ranting, MWC, PC yang ikut aksi damai ini sejak awal. Semua begitu
antusias, sehingga rela berjalan kaki sepanjang 4 km menuju Monumen Gerbong
Maut Alun-Alun Bondowoso.
Dalam gemuruh takbir dan
tahmid itu, Kiai Taufiq sebagai Panglima Aksi lalu memulai orasi pembuka. Kiai
muda alumni Pondok Al Anwar Sarang Jawa Tengah ini lalu membacakan etika aksi
yang harus ditaati selama long march.
“Saudara-saudara…. Tasbih
yang baru saja kalian terima itu harus dikalungkan di leher kalian selama mengikuti
long march. Sebagaimana Kiai Asad yang dikalungkan Tasbih oleh Syaikhona Kholil
Bangkalan ketika diperintah menghadap Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy’ari saat
merestui pendirian NU. Hari ini, siang ini, kita datang kesini, untuk
meneruskan perjuangan para ulama pendiri NU. Kita datang untuk membela dan
mempertahankan Aswaja sebagai pilar utama keutuhan NKRI. Allahu Akbar….!!!
Tolong jaga ketertiban
dan sebar kedamaian. Teruslah bertasbih, bertahmid, bertahlil, dan bertakbir
sepanjang long march. Agar mulut kita terhindar dari mencaci orang lain.
Tunjukkan, bahwa Aswaja cinta damai… Dan jika gugur dalam aksi ini, maka kita
gugur dalam keadaan bibir kita sedang bertasbih dan berdzikir….. Allahu Akbar…!!!” Demikianlah
diantara instruksi Kiai Taufiq kepada para peserta aksi.
Sekitar jam 8.30, peserta
long march pun berangkat dari Masjid Al Muhibbin Tamansari. Dilepas dengan
Tawassul dan Doa oleh Habib Ahmad bin Hasan Barakwan. Ratusan aparat dari tiga
satuan Polres (Bondowoso, Situbondo, Jember) turut mengawal, menjaga, dan
mengamankan aksi damai ini.
Sesekali berhenti di
beberapa titik untuk menyampaikan orasi Ke-ASWAJA-an dan ke-NKRI-an oleh
beberapa Kiai. Mulai dari KH Makshum Tirmidzi dari PP Darul Ihsan Pejaten, KH
Zaini Bajuri Pengasuh PP Nurul Islam dari IKSASS, KH Ali Mudassir Pengasuh PP
Al Ghofur Lombok Wonosari dari Alumni Sidogiri.
Setelah orasi, dilanjut
dengan gemuruh Tasbih, Tahmid, Tahlil, dan Takbir. Orasi inti disampaikan di
Pelataran Monumen Gerbong Maut Alun-Alun Ki Ronggo Bondowoso oleh beberapa
Kiai. Diantaranya yang ada di panggung orasi, KH Moh. Hasan sebagai juru
bicara, Kiai Fauzi dari PP Al Maliki, Kiai Imam Haromain dari PP Miftahul Ulum
Jebung, KH Saiful Islam QZ dari PP Al Qurtubiy Pujer, Kiai Mudassir dari PP Al
Ghafur Wonosari, KH Sinqithiy dari PP Pecalongan Sukosari, Kiai Ruslani dari PP
Nurul Burhan Badean, KH Hasan Saifur Rijal dari Bangsal, dan berderet kiai
pemangku pesantren se Bondowoso.
Formasi aksi damai ini
terlihat tertib dan damai. Yang tak lazim, dibarisan paling akhir terdapat tim
penyisir yang bertugas membersihkan sampah-sampah yang berserakan pasca long
march.
Pihak kepolisian dan TNI
tak henti memuji jalannya aksi. Hal ini tampak ketika Bapak Kapolres Dan Bapak
Dandim juga berkenan tampil di atas mimbar bersama puluhan kiai. Bahkan
menyampaikan apresiasinya di penghujung rangkaian orasi para kiai.
“Saya sangat berterima
kasih kepada para Kiai dan umat Islam yang ikut aksi, karena telah sukses
menciptakan aksi yang damai, santun, dan tertib sebagaimana yang kita harapkan
bersama.
Saya berharap pada momen
setelah ini, juga bisa berjalan damai seperti ini. Saya siap mendukung. Bahkan
jika kendaraan kurang, saya siap membantu untuk mengantar para jamaah kembali
ke tempat masing-masing….” ujar Bapak Djajuli, Kapolres Bondowoso yang disambut
pekikan Takbir oleh ribuan umat peserta long march.
Kiai Taufiq, sebagai
pimpinan aksi mengakhiri orasinya dengan himbauan kepada seluruh peserta agar
langsung kembali ke kendaraan masing-masing dan langsung pulang. Jangan sampai
ada yang tersisa dan bertebaran di tempat lain, untuk menghindari hal-hal yang
tak diinginkan.
Seusai aksi, pandangan
sekilas menyapu pada Monumen Gerbong Maut, tempat dihelat orasi ini. Simbol
kegigihan rakyat Bondowoso di dalam berjuang melawan penjajah. Hari ini, di
tempat ini. Ribuan umat Islam dari seluruh penjuru Bondowoso berkumpul,
berdzikir, bertakbir, bertasbih, sebagai sebentuk komitmen di dalam menjaga
kota tercinta ini dari ancaman aliran sesat, yaitu agama Syiah. Sekte baru yang
tidak hanya menjajah akidah umat, tetapi mengancam keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Allahu Akbar…!!!
Subhanallah….
Walhamdulillah….
Wa laa ilaaha illallah…
Wallahu Akbar….
Sumber: http://www.nugarislurus.com
Berikut foto dokumentasi aksi ribuan santri Ahad (3/4) kemarin.