Syiah di Jepara mengalami perkembangan relatif pesat dibanding dengan daerah lain di Jawa Tengah. Ini disebabkan karena adanya daerah basis syiah. Ada pusat pengkaderan yang berupa pesantren. Penulis mempunyai saudara jauh yang menjadi pengikut syiah, anaknya di sekolahkan di Jepara, di Pesantren kaderisasi syiah.
Memang secara histori, syiah di Jepara sudah berada semenjak tahun 70 an. Bahkan pernah ketika menjelang pilkada di Jepara, Cabub jepara meminta dukungan dari komunitas syiah agar terpilih. Menurut pengakuan aktifis anti syiah di Jepara, dia merasa kewalahan membendung ajaran syiah, karena syiah berkoalisi dengan NU sebagai ormas terbesar di Jepara.
Syiah di Jepara sangat aktiv mendakwahkan ajarannya di masyarakat. Di antar metode yang mereka pakai adalah melalui pendekatan sosial. Pada bulan ini, mereka melakukan kegiatan bedah rumah yang tujuannya adalah menanam investasi dukungan dari masyarakat sehingga, meskipun masyarakat tidak ikut ke ajaran syiah, mereka tidak akan menolak keberadaannya.
Berikut salah satu liputan media resmi syiah yang kami rekam :
Sejak ditinggal
suami, Tuminah, warga Desa Plajan, Pakisaji, Jepara, berperan sebagai kepala
keluarga bagi tiga anaknya. Mereka tinggal di rumah sederhana terbuat dari
kayu. Menafkahi ketiga anaknya bukan hal mudah bagi Tuminah, apalagi ia hanya
bekerja serabutan dengan penghasilan tak tentu.
Rumah yang
ditinggalinya pun semakin hari semakin tak layak huni. Kayunya yang mulai lapuk
dimakan rayap, genteng yang pecah-pecah, membuat Tuminah mulai resah. Namun apa
daya, keterbatasan ekonomi membuatnya tak bisa melakukan apa-apa.
Beruntung, ada
masyarakat yang peduli. Himpunan Komunitas Peduli Umat (HIKDMAT)(ini merupakan LSM Syiah, lokal Jepara. Jika di bogor ada PERMABI,
di Malang ada JUSYAN, penulis) Jepara bersama LINMAS, BANSER Desa Plajan dan
masyarakat sekitar berinisiatif membantu Tuminah. Program “Bedah Rumah” Tuminah
pun mereka kerjakan secara bertahap.
Singkat cerita,
program Bedah Rumah ini rampung pada hari Minggu, 19 November 2017. Tuminah pun
tak kuasa menahan bahagia melihat rumah yang tadinya hampir roboh kini telah
disulap menjadi tembok yang kokoh. “Alhamdulillah,” ucap syukur Tuminah.
Ustad Miqdad (ini merupakan salah satu tokoh syiah di jepara yang paling
berpengaruh. Dia sering diundang menjadi pembicara di acara2 syiah di berbagai
tempat) selaku pembina HIKDMAT menegaskan,
bakti sosial yang dilakukan sekaligus untuk memotivasi masyarakat di tempat
lain agar peduli dengan tetangga yang membutuhkan.
“Di manapun
kita membangun, tujuannya agar masyarakat bangkit dan bekerja sama membantu
masyarakat sekitar. Bangkit bersama secara mandiri menyelesaikan masalah di
lingkungannya, dan tidak harus bekerja sama dengan kami,” katanya.
“Kita disatukan
dalam satu pemikiran yaitu kesamaan dalam kemanusiaan. Berbuat baiklah demi
kebaikan itu sendiri bukan karena alasan apa pun,” pungkasnya.
Selaku ketua
HIKDMAT, Abdullah mengatakan, aksi-aksi sosial yang dilakukan tidak berafiliasi
dengan kepentingan-kepentingan politik tertentu, agama, maupun madzhab-madzhab
tertentu. “Tapi murni membantu mereka yang kurang beruntung atas nama
kemanusiaan,” ucapnya.
Sementara itu,
perwakilan dari BANSER Desa Plajan mengatakan, Bedah Rumah ini sekaligus untuk
menjalin silaturahmi dan kerja sama yang lebih baik dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat di hari-hari yang akan datang.
Program Bedah
Rumah yang dilakukan HIKDMAT selama ini berjalan karena adanya kepercayaan para
donatur dan swadaya masyarakat yang memiliki semangat untuk membantu sesama.
Begitulah
dakwah syiah di lapangan. Mereka tidak akan berhenti mendakwahkan ajaran
sesatnya. Segala cara di tempuh. Rumah mereka bangunkan, tapi jangan salah,
aqidah anda hendak mereka robohkan. Bangkitlah para dai dan aktifis islam!! (
Ahmad Hasyim, Nov 2017)