Universitas
Nahdlatul Ulama Kalimantan Barat Melayu menyelenggarakan talkshow dan bedah
buku “Islam Tuhan, Islam Manusia; Agama dan Spiritualitas di Zaman Kacau”
di aula Kementerian Agama, Sabtu, 18 November 2017.
Abdul Mukti,
dosen IAIN Pontianak sekaligus Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Kalbar
mengapresiasi kegiatan ini. Menurutnya, talkshow dan bedah buku karya
cendekiawan Muslim, Dr. Haidar Bagir, ini sangat dibutuhkan para pemuda
zaman sekarang. “Sehingga para pemuda dapat mengkaji suatu permasalahan
lebih mendalam dan mengkritisinya tanpa kekerasan,” ujarnya.
Khusus untuk
buku “Islam Tuhan, Islam Manusia,” Abdul Mukti menyarankan agar buku yang
mengajarkan toleransi dan cinta kasih ini dibaca oleh generasi muda. “Generasi
muda harus kembali membangun praktisi literasi yang kuat, sehingga memiliki
kekuatan untuk membaca realitas maupun kekuatan untuk memberi solusi-solusi
terhadap permasalahan,” pungkasnya.
“Islam
Tuhan, Islam Manusia” ini merupakan kumpulan tulisan-tulisan Dr. Haidar Bagir
yang kemudian diterbitkan dalam sebuah buku. “Sebagai sebuah pengingat
karena saya akan memasuki usia 60 tahun,” ujar Haidar Bagir.
Dr. Haidar
Bagir yang juga penggagas Gerakan Islam Cinta dalam buku yang diterbitkannya
itu menawarkan pendekatan intra-Islam dengan bentuk penafsiran postmodernisme,
relativisme mazhab, Islam Wasathiyah dan antaragama, peradaban, dan budaya
dalam toleransi, hingga akhirnya menawarkan solusi bagi problem dunia dan
ketunabudayaan berdasarkan pendekatan cinta ala sufisme. (M/Z)
Toleransi inilah yang akan menjadi pintu masuk ajaran syiah kepada
masyarakat sunni. Jika aqidah sesat mendapatkan toleransi dan dibiarkan
berkembang, maka akan muncul konflik di tempat itu. Kita bisa melihat di
Pekalongan, Sampang, Jember dan Bogor. Jika syiah dengan terang-terangan
menyebarkan ideologinya, maka sudah pasti akan mendapatkan penolakan dari
masyarakat. Mengingat perbedaan sunni syiah adalah perbedaan dalam masalah
pokok. Syaikh Yusuf Qardawi yang pernah setuju dengan gagasan pendekatan dua
kelompok tersebut, menarik kembali sikapnya karena di lapangan terjadi
pelanggaran kesepakatan yaitu kelompok syiah mendakwahkan ajarannya di
komunitas sunni dalam rangka mencari pengikut. (Ahmad Hasyim, 28 Nov 2017,
Jakarta)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar