31 Oktober 2017
“Rektor UIN
Alauddin Makassar: Kemajuan Pendidikan di Iran Patut Dicontoh Lembaga Pendidikan di Indonesia”
Demikian
salah satu media syiah memberitakan kunjungan propaganda. Beberapa orang kunci
dari perguruan tinggi dari Indonesia diundang datang ke Iran. Nantinya mereka
akan diperlihatkan kemajuan Iran dan dimintai pendapatnya. Setelah itu
dipublikasikan ke masyarakat, bahwa Iran lebih unggul di banding dengan negara
asal mereka. Maka layak ditiru.
Pengiriman
undangan rutin dilakukan syiah Iran. Setahun ini saja tercatat untuk undangan
para rektor sudah yang kedua kali. Setelah pada bulan Mei kemarin, mereka juga
mengudang jalan2 para rektor di beberapa PT di Indonesia. Pada oktober 2017 ini,
yang mendapat jatak giliran adalah rektor UIN Alaudin Makassr dan beberapa
rektor lainnya. Entah siapa yang menjadwal, yang jelas, hampir semua tokoh
penting, baik di bidang pendidikan, pengurus MUI, ketua ormas dan tidak
ketinggalan adalah pengurus parppol. Semua tidak lain adalah ada maksud
terselubung. Ini adalah bagian dari diplomasi syiah agar ajarannya tidak
mendapat penolakan dari umat. Jika para tokoh sudah tidak kritis dan berutang
budi karena pernah mendapatkan undangan jalan2 ke Iran, setidakanya mereka akan
menjadi pihak yang netral.
Hal ini
sudah dilakukan bertahun-tahun. Sudah puluhan bahkan ratusan tokoh yang bisa
jalan-jalan gratis ke Iran. Tidak ketinggalan juga ada para tokoh wanita.
Dengan berbagai kedok tentunya.
Berikut
potongan berita propaganda hasil kunjungan mereka sept dilansir oleh media
syiah :
Menurut
Prof. Musafir dengan kemajuan yang dicapai Iran khususnya dalam
bidang keilmuan menjadi kemestian bagi universitas yang dipimpinnya menjalin
kerjasama dengan lembaga pendidikan di Iran, baik dalam bidang
pertukaran dosen dan mahasiswa maupun dalam bidang riset dan penelitian.
Menurut Kantor Berita ABNA, Rektor UIN Alauddin
Makassar Prof. Dr. Musafir Pababbari, M.Si dalam pertemuannya dengan
Rektor Universitas Internasional al Mustafa Ayatullah A'rafi di kota Qom
Republik Islam Iran Sabtu (21/10) mengatakan kedatangannya ke Iran untuk
menjalin kerjasama keilmuan dan pendidikan antara universitas yang dinakhodainya
dengan universitas dan lembaga-lembaga pendidikan di Iran.
Catatan kami : kerjasama dengan universitas yang
bermazhab syiah, maka rawan dimanfaatkan pihak syiah untuk menyebarkan
ideologinya. Padahal sudah jelas bahwa indonesia adalah umat muslim bermadhab
sunni.
"Bagi kaum intelektual dan peneliti di Indonesia, Iran adalah negara penting dan
mencapai kemajuan pesat dalam bidang keilmuan, yang
menariknya itu dicapai justru disaat Iran mengalami embargo dan terkucilkan di
dunia internasional." Lanjutnya.
"Bagaimana bisa sebuah negara yang baru saja
terbentuk yang itupun harus menghadapi perang dimasa-masa awal berdirinya dan
berlanjut dengan embargo dari negara-negara adikuasa, bisa mencapai kemajuan pesat diberbagai bidang. Hal itulah
yang bagi kami sangat menarik untuk bisa dipelajari dari Republik Islam
Iran." Tambah Musafir Pababbari yang menjabat rektor sejak tahun 2015
tersebut.
Catatan kami : misi dari program jalan-jalan ke Iran
tercapai, dengan kekaguman rektor pada Iran. Ini menjadi modal berharga bagi
syiah untuk nanti disebarkan di Indonesia.
Menurut Prof. Musafir dengan kemajuan yang dicapai Iran khususnya dalam
bidang keilmuan menjadi kemestian bagi universitas yang dipimpinnya menjalin
kerjasama dengan lembaga pendidikan di Iran, baik dalam bidang
pertukaran dosen dan mahasiswa maupun dalam bidang riset dan penelitian.
Catatan kami : jika terjadi pertukaran dosen, maka
kemungkinan besar dosen yang ditugaskan ke Iran akan menjadi syiah. Bahkan jika
ada pertukaran mahasiswa lebih besar lagi peluangnya. Apalagi jika mereka
diberi beasiswa, sempurna lah program perekrekutan syiah di Indonesia.
Turut bersama Rektor UIN Alauddin Makassar, Rektor UIN
Raden Fatah Palembang Prof. Dr. H. M. Sirozi, MA dan Wakil Rektor IV UIN
Alauddin Makassar Prof. Dr. Hamdan Juhanis.
Catatan kami : selain sulawesi, sumatra juga menjadi sasaran
empuk program penyebaran syiah. Mengingat komunitas syiah di sumatra yang sudah
eksis dan menonjol baru di Medan. Sementara di sumatra bagian lain. Syiah
relatif tidak tampak kegiatan di masyarakatnya.
(Ahmad Hasyim)