Rabu, 30 Agustus 2017

Imigran Syiah Afghanistan di Bogor: "UNHCR Memberi Saya Makan dan Tempat Tinggal"




MENONTON televisi, makan, pergi ke tempat hiburan malam nampaknya menjadi pemandangan sehari-hari para imigran Syiah asal Afghanistan di kawasan Puncak Bogor.

Mereka bahkan sanggup menempuh jarak kiloan meter dari kawasan pedalaman Cisarua untuk sampai di Jalan Raya Puncak, untuk membeli kebutuhan sehari-sehari.

salah satu yayasan syiah di Jakarta mengadakan santunan yang dihadiri oleh tokoh syiah dari Iran pada Agustus 2017 kemarin


Salah satu imigran Syiah Afghanistan di daerah Bogor adalah Ali Rezaei (26 tahun) megaku sudah dua tahun tinggal di Indonesia. Pria dengan potongan rambut bergaya mohawk dan bercelana pendek ini bahkan  mengaku sangat kerasan tinggal di Bogor karena masyarakatnya terkenal ramah.

“Indonesia sangat bagus. Orang-orangnya ramah. Saya suka Cisarua, Bogor,” ujarnya sembari menenteng sejumlah belanjaan di tangannya.
Pria yang bisa bicara bahasa Inggris cukup fasi mengaku tak memiliki banyak kegiatan yang dilakukannya di Bogor. Setiap hari hanya tidur, makan, menonton TV, dan belanja.

Ali mengaku, bisa menjadi imigran di Indonesia atas bantuan lembaga PBB untuk para pengungsi alias UNHCR. Untuk kebutuhan sehari-hari, Ali mengaku mendapatkan kiriman uang dari keluarganya di Afghanistan. Ali juga mendapatkan biaya hidup dari UNHCR.

“UNHCR memberi saya makan dan tempat tinggal,” ujar imigran Syiah beretnis Hazara ini.

Saat ditanya apakah ada keinginan untuk kembali ke Afghanistan,  Ali menegaskan keinginan itu hanya akan menjadi masalah bila terwujud. Karena itu, dalam waktu dekat, dirinya belum mau kembali ke Afghanistan.

“Itu masalah buat saya. Saya tidak mau kembali ke Afghanistan sekarang sebab masih ada Taliban. Itu masalah yang sangat besar di suku Hazara. Al-Qaidah tidak suka dengan Hazara,” ujarnya.

Hal senada juga dikatakan tiga orang imigran Syiah di Bogor yang lain; Muhammad Husein, Ahmad Husein, dan Haidri. Berbeda dengan Ali, Muhammad Husein dan kawan-kawan mengaku berasal dari Pakistan.

Saat ditemui, ketiganya langsung mengajak masuk ke sebuah warung kopi. Di situlah, mereka biasa “nongkrong” menghirup udara malam kawasan Puncak.

Kala itu Ahmad Husein langsung menaruh tasnya di atas meja, dan memesan kopi dengan bahasa Inggris dicampur Indonesia.

Bersama rekan-rekannya, Ahmad Husein mengaku sudah tinggal selama satu tahun di Bogor.

“Kami tidak bekerja karena tidak mendapat izin dari UNHCR,” ujarnya yang menolak untuk difoto.

Sumber : Hidayatullah.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar