Selasa, 30 Oktober 2018

ARBAIN DI JEPARA MALAH DIHADIRI MUI JEPARA...KENAPA?

Komunitas syiah di Jepara Jawa Tengah Ahad kemarin mengadakan ritualnya. Acara di gelar pada 20 Oktober 2018. Acara tersebut juga mengundang MUI Jepara dan juga Bupati Jepara. Menurut sumber syiah yang kami terima, bupai Jepara hadir pada acara syiah tersebut.

Sebagai pemateri dalam acara khas syiah tersebut adalah tokoh syiah nasional syiah yang juga akademisi yaitu Khalid Al Walid. 
Tapak beberapa pengikut syiah merasa bangga dan senang dengan suksesnya acara arbain tahun ini dan juga kehadiran pihak MUI dan juga Bupati Jepara pada acara tersebut.

Ini menjadi keberhasilan syiah, ketika komunitas syiah mendapat dukungan dan juga pejabat. Bisa dipastikan syiah akan leluasa menyebarkan mazhabnya kepada sasaran dakwahnya. Ini merupakan metode syiah dalam dakwahnya, mengingat ditempat lain, ulama dan pemerintah tidak akan memberi ruang untuk perkembangan syiah. Ini harus kita waspadai di masa mendatang. Tragedi sampang, puger, pekalongan dan beberapa tempat lain yang sudah pernah terjadi gesekan dan konfik antara syiah dengan umat islam karena ideologi syiah akan menyerang dasar aqidah islam dengan menyerang para sahabat radliyaallhu anhum. 









Berikut kutipan dari media syiah tentang acara tersebut : 

DR. KHALID AL-WALID: MEMBELA IMAM HUSAIN DENGAN ILMU, AMAL DAN HARTA


Masyarakat syiah di Jepara mengadakan acara Arbain Haul Imam Husain di gedung Wanita Jl. HOS. Cokroaminoto, pada Ahad (28/10/2018). Tahun ini mengusung tema “Semangat Husaini di Karbala Semangat Bela Negara.”
Peringatan Arbain di Jepara rutin diadakan setiap tahun, melibatkan berbagai unsur dari Jepara sendiri dan dari luar kota. Seperti donor darah yang melibatkan PMI Jepara, siang itu terkumpul sebanyak 70 kantong darah. Juga pengumpulan dana dari hadirin untuk acara Arbain tahun depan.
Dihadiri sekitar dua ribu jamaah yang datang dari berbagai kota di Jawa Tengah. Pembicara siang itu Dr. Khalid Al-walid dari Jakarta dan pembaca narasi maqtal Ustad Ahmad Baraqbah dari pekalongan.
Dalam ceramahnya, Beliau mendedah makna panggilan Imam Husain di akhir hayat beliau ‘Hal min nasirin yansuruni’ yang hingga kini pun terus bergema sepanjang waktu dan melintasi zaman.
“Ayatullah Rafii menggambarkan bahwa menyambut kalimat Imam Husain itu dalam tiga hal; melalui jalur ilmu, amal dan terakhir dengan harta,” katanya dihadapan ribuan hadirin.
Melalui Jalur ilmu seperti mentradisi ilmiah berkembang di mazhab Ahlul Bait, lanjutnya. Ulama Syiah selain mengajar juga belajar, mengarang buku dan juga tak berhenti membaca buku.
“Maka ketika baru-baru ini ada seminar tentang hadis Syiah oleh kelompok tertentu tanpa menghadirkan ahli hadis dari Syiah sendiri, sesungguhnya mencederai nilai ilmu dan cara-cara ilmiah itu sendiri,” katanya.
Dosen Filsafat Islam di STFI Sadra Jakarta itu bercerita bahwa suatu hari gurunya enggan mengajar, kemudian murid-muridnya bingung karena gurunya bersikap tidak seperti biasanya.
Ketika murid-muridnya menanyakan keengganana mengajar sang guru, jawaban gurunya sungguh sangat mengejutkan. “Karena kalian tidak pernah ada yang bertanya, hanya merasa cukup dengan menerima pelajaran dari guru semata,” katanya.
Ketika berkunjung ke rumah Muslim Syiah salah satu tandanya banyak buku di lemari, meski pun jangan ditanya sudah dibaca semua atau belum, tambahnya lagi.
Penceramah asal Palembang itu menyinggung apa yang disampaikan Ayatulah Behjat, bahwa Salah satu diantara kewajiban pemiliki buku adalah membacanya.
Cerita lain, Beliau menyebutkan bahwa Ayatullah Burujerdi, guru Imam Khumaini, selama enam bulan tidak keluar dari kamarnya, tidak mau mengajar sebagaimana biasanya. Anaknya bercerita bahwa ayahku suatu malam bermimpi di padang Mahsyar didatangi seorang malaikat yang menakutkan dan ditanyai. Tahu-tahu beliau menjawab bahwa beliau adalah ulama. Kemudian malaikat bertanya tentang ilmunya yang belum dipelajari, diajarkan, ilmu-ilmu yang belum beliau tulis dan lain sebagainya sehingga Ayatullah Burujerdi pun merasa takut dengan ilmu yang dimiliki karena belum banyak yang dia lakukan.
“Itulah alasan beliau tidak mengajar selama itu,” kata Khalid dalam acara yang bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda itu.
“Dalam ranah amal, bisa dilihat dengan apa yang digambarkan oleh masyarakat Irak saat menyambut para peziarah Imam Husain as.”  Lanjutnya.
“Kita menyaksikan balasan Allah atas Imam Husain karena perjuangannya demi Islam dan kemanusiaan. Jutaan para peziarah setiap tahun memenuhi makamnya dan berziarah di pusaranya, dan disambut ramah masyarakat Irak,” Sambungnya.
Namun, dalam hal harta masyarakat Irak menabung selama satu tahun untuk menyambut para tamu Imam Husain dan mereka tidak pernah mengeluh dan mengeluarkan kata-kata kotor, yang ada senyuman dan kebahagiaan menyambut para tamu Imam Husain. 

PESAN DAMAI KETUA MUI JEPARA DI ACARA ARBAIN

Membangun kebersamaan adalah wujud dari perdamaian, dan perdamaian akan digapai dengan adanya komunikasi dan pertemuan. Hal itu disampaikan ketua MUI Jepara, Dr. KH. Mashudi pada acara Arbain, haul Imam Husain di Jepara, Ahad (28/10/2018).
“Acara haul Sayyidina Husain ini harus bisa membawa keberkahan bagi pengikut syiah di Jepara dan di Indonesia umumnya,” katanya dalam acara yang digelar di gedung Wanita Jl. HOS. Cokro Aminoto itu.
Ulama asli Jepara itu juga berharap bahwa acara ini bisa memberikan spirit bahwa Muslim Syiah di Jepara menjadi garda terdepan dalam menciptakan persatuan dan kesatuan antara sesama bangsa Indonesia.
“Mari galang komunikasi sebaik-baiknya, meredam nafsu, bersama-sama menolak dan menangkal berita hoax di tengah masyarakat,” katanya dihadapan sekitar dua ribu hadirin itu.
Mashudi juga berpesan bahwa di tahun politik menjelang Pilpres pada 2019, semua elemen bangsa bisa melaksanakan pesta demokrasi ini dengan damai.
“Semalam Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Jepara bersama semua organisasi, tokoh lintas agama dan pemuda melakukan deklarasi pemilu damai. Masyarakat Jepara sepakat untuk menjaga Jepara dan Indonesia untuk tetap damai, dan aman,” Katanya dalam acara siang itu yang juga dihadiri Bupati Jepara, KH. Ahmad Marzuki.
Karena Jepara memiliki slogan “Jangankan kaca pecah, ranting patah pun tak ada,” pungkasnya. Sumber : Media Yayasan Syiah Jepara DarutTaqrib


Tidak ada komentar:

Posting Komentar