Rabu, 31 Oktober 2018
MANTAN NII MASUK SYIAH
Berikut adalah ulasan tentang perjalanan spiritual seorang penganut syiah Saiful Bahri, yang kami ambil dari sumber syiah langsung yaitu hadi tv.
Nama: Saiful Bahri Al Banjari, jabatan sekarang ini adalah salah satu pengurus inti di syiah Jakarta. Dia berasal dari Kalimantan Selatan. Orang tuanya adalah NU. Awalnya tinggal di kampung, di Kalimantan. Semenjak SMP pindah ke Jakarta bersama salah satu saudaranya. Dia merantau karena cerita termotifasi dari kakeknya.
Di Jakarta melanjutkan SMP sambil bekerja menjahit pakaian wanita. Saat itu, bisa dibilang, dia masih jahiliyah alias tidak serius dalam beragama. Pada usia 25 tahun, suatu ketika mendengar kajian di sebuah masjid tentang jurang2 neraka dari Kitab Durratun Nasihin. Kajian itu disampaikan oleh seorang Ustad alumni Gontor, dan kaijan itu sangat berkesan.
Setelah tahu tentang Islam, lama kelamaan dia berubah. Profesinya sebagai tukang jahit dia sesuaikan. Dia hanya menerima order yang baju muslim saja. Sementara yang tidak baju muslim tidak dia terima.
Ketika sedang semangat mengaji, suatu kali dia ikut pesantren kilat dan ternyata itu adalah perekrutan DI (Darul Islam) atau NII. Bahkan kemudian karena aktif ikut kegiatan akhirnya dia menjadi murabi dan diangkat menjadi ketua laskar Jundullah Cabang Jakarta Selatan.
Dalam perjalanan menjadi anggota N11, dia adalah seorang yang kutu buku. Dalam masa semangat belajar tersebut, dia kenal dengan buku-buku syiah. Dia akhirnya mendapatkan buku-buku Ali Syariati, Murtadla Muthari Dan Khumaini, para tokoh penting syiah dari Iran. Waktu itu sedang marak-maraknya Revolusi Islam.
Tahun 1984, dia sudah mulai tertarik ikut syiah walau sampai tahun 90-an masih di N11
Dia termasuk personal yang ditargetkan untuk berangkat ke Afganistan di tubuh NII. Tapi justru makin intensif dengan buku Murtaza Muthahari.
Dia sering ke toko buku baca buku-buku baru. Ketika membaca buku-buku syiah tersebut, dia mendapatkan ternyata argumen tokoh syiah tersebut tidak terbantahkan (menurut versi syiah).
Dalam masa belajar syiah tersebut, ada seorang senior dia dalam kelompok N11 yang juga sudah syiah dan dia berdialog dengan orang tersebut (dia tidak sebut siapa senior dia tersebut).
Akhirnya dia datang rutin kajian syiah di rumah seorang penyair terkenal, penulis terkenal di Jakarta.
Di rumah itu dia merasa mendapat pencerahan. Dia awalnya datang dalam rangka misi akan mengajak peserta lain menjadi anggota NII, namun ketika berdialog justru dia tidak bisa menjawab pertanyaan :
Adakah dalil Alquran yang menjadi dasar ketaatan kepada imam kamu (Karto Suwiryo) secara mutlaq.
Dia tidak bisa menjawabnya.
Dan ustad syiah itu menjelaskan bahwa kalau di syiah, maka ada dalilnya dan bahkan imam yang diikuti adalah imam yang maksum (tidak punya dosa). Akhirnya Saiful tersebut menjadi syiah dan kabarnya sekarang menjadi salah satu tokoh dan menduduki jabatan penting di gerakan syiah di Jakarta.
Sebagai apa jabatan di Syiah, masih kami teliti
Dalam sebuah artikel biografi seorang tokoh syiah, sempat muncul nama Saiful Bahri. Apakah nama itu adalah nama yang juga orang di atas wa allahu a’lam.
Mari waspadi jebakan dan retorika syiah mengajak ke dalam mazhab mereka. Jika pondasi keilmuan kita kuat, insya Allah doktrin sesat syiah mudah kita patahkan dan kita bantah.
Pada tahun 1989, sejumlah mahasiswa Syiah yang kuliah di UI mendirikan kelompok studi Abu Dzar yang dipimpin oleh Haryanto dan Yussa Agustian. Kedua orang ini adalah binaan Agus Abubakar al-Habsyi, yang diperintahkan untuk mendirikan HMI yang berwarna Syiah sebagai tempat menyemai bibit-bibit Syiah. Setelah berhasil merekrut sejumlah pengikut lewat kelompok studi ini, mereka melanjutkan langkahnya dengan mendirikan HMI berhaluan Syiah di UI. Rudy Suharto dan Kukuh Sulastyoko (Fak. Matematika & Sains) bersama Didi Hardian (Fak. Teknik), dibantu Syaiful Bahri dari Guna Dharma dengan dipandu oleh senior mereka; Zulvan Lindan dan Furqon Bukhori, akhirnya berhasil mendirikan HMI cabang UI, Depok, yang menganut pemikiran Syiah.”
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar