Senin, 27 Februari 2017

BERITA SEMINAR ICC VERSI MEDIA SYIAH

Kemajuan Iran Pasca Revolusi

ICC Jakarta – Revolusi Islam Iran telah memasuki usia 38 tahun. Tepatnya tanggal 11 Februari 1979 lalu, kekuasaan monarki di bumi Persia (Iran) di bawah kekuasaan Shah Mohammad Reza Pahlavi runtuh. Kejadian itu menjadi peristiwa paling spektakuler pada abad ke 20. Peristiwa besar yang menggetarkan dunia, baik di timur maupun di barat. Sebuah gelombang kekuatan rakyat (people power) yang digerakkan oleh seorang Faqih, Filosof dan Revolusioner Agung yang telah menginjak usia 77 tahun, yakni Imam Khomeini.
Penyalahgunaan kekuasaan oleh rezim pada saat itu, ditambah eratnya hubungan Zionis Israel dan Amerika, rakyat Iran sebelum revolusi berada di bawah ketidakadilan dan penderitaan. Revolusi Islam merubah segalanya. Meski mendapat serangan balik bertubi-tubi; diembargo dan diboikot oleh banyak negara; Iran justru mengalami kemajuan dan perubahan besar dengan kecepatan yang tinggi, baik kemajuan  yang dinikmati bangsa Iran sendiri maupun masyarakat dunia.
Direktur Islamic Cultural Center (ICC) Jakarta, Dr Hakimelahi dalam seminar memperingati kemenangan Revolusi Islam Iran di Jakarta menyampaikan beberapa kemajuan-kemajuan yang dimiliki Republik Islam Iran saat ini.
Dr. Hakimelahi meringkas kemajuan-kemajuan itu menjadi 3 poin: Kemajuan spriritual yang berhubungan dengan urusan keagamaan, kemandirian sebagai sebuah bangsa, dan kemajuan di bidang ilmu dan teknologi.
Pertama, tentang kemajuan dari sisi spiritual (hal- hal yang berhubungan dengan urusan agama).
Bisa disaksikan dengan adanya perkembangan dan kecenderungan kepada hal-hal yang bersifat religiousitas. Hal-hal yang bersifat keagamaan dan spiritual, sehingga satu sama lain kemudian dengan dasar keagamaan itulah akan makin erat persaudaraan di kalangan mereka.
Kehadiran para pemuda Republik Islam Iran di masjid-masjid dalam acara ritual keagamaan seperti itikaf dan acara lainnya, dengan penuh semangat, itu juga sebagai pertanda perkembangan dan perolehan pasca revolusi.
Kedua, kemandirian sebagai sebuah bangsa.
Iran merupakan negara yang sangat jarang ada di dunia, dengan kemandiriannya mengambil kebijakan tanpa adanya tekanan dan hegemoni dari negara luar.
Iran sampai saat ini telah menyelenggarakan pemilu lebih dari 35 kali baik tingkat daerah maupun pusat, maupun memilih dewan ahli yang memilih pemimpin spiritual Republik Islam Iran. Selain itu kebebasan di negara Republik Islam Iran juga bisa dilihat dengan adanya 17.000 LSM dalam negeri, dan terbitnya 2.635 majalah.
Ketiga, Kemajuan di bidang ilmu dan teknologi.
Ada berbagai angka-angka yang menurut logika bayak orang dianggap mustahil dan tidak mungkin terjadi, tapi relitas bisa disaksikan itu telah terjadi di Republik Islam Iran.
Sebelum revolusi, dalam hal produksi sama sekali Iran tidak memiliki kemampuan untuk produksi dalam negeri. Semua yang dibutuhkan adalah impor dari berbagai negara luar. Namun saat ini berkah dari revolusi, Iran termasuk 10 negara yang memproduksi barangnya serta kebutuhanya di dalam negeri sendiri. Dari segi ilmu pengetahuan Iran adalah 11 kali lebih maju dari berbagai negara regional.
Kemajuan Iran juga bisa dilihat dari nanoteknologi dan peluncuran satelitnya ke udara. Tercatat pula 36.000 produk kualitas internasional dihasilkan. Dalam hal keilmuan, lebih dari 10.000 makalah ilmiah dicatat di dunia internasional dan diakui hasil karya putra-putri Republik Islam Iran saat ini.
Mereka yang buta huruf sebelum revolusi jumlahnya lebih dari 47 persen, tapi pasca revolusi, hari ini, dari mulai anak kecil yang saatnya sudah membaca sampai usia 50 tahun, 100 persen semuanya bisa membaca. Artinya, di Iran tidak ada yang buta huruf usia di bawah 50 tahun.
Di atas usia 50 tahun sampai saat ini ada 92 persen mereka telah melek huruf dan beberapa bulan dan tahun kedepan Iran akan mencapai 100 persen semuanya melek huruf.
Sebelum revolusi, Iran hanya miliki 223 perguruan tinggi. Saat ini Iran memiliki 2.540 Perguruan tinggi. Artinya, setiap kota memiliki perguruan tinggi.
Sebelum revolusi, mahasiswa Iran yang di perguruan tinggi kurang dari 170.000 orang. Saat ini lebih dari 5 juta mahasiswa dan mahasiswi sedang menempuh pelajaran atau di perguruan tinggi.
Begitu juga dari sisi jurusan yang ada di perguruan tinggi, Iran telah memiliki semuanya. Artinya Iran tidak bergantung lagi para perguruan tinggi di luar negeri.
Sebelum revolusi Iran kekurangan dokter. Banyak dokter yang diimpor dari Pakistan dan Bangladesh dan beberapa negara lainnya. Namun, pasca revolusi hari ini Iran memiliki kelebihan dokter, bahkan kelebihan hingga puluhan ribu dokter dan mereka banyak yang “nganggur” karena kebanyakan.
Sebelum revolusi Iran hanya memiliki 7.000 orang dokter spesialis. Sekarang, Iran memiliki 120.000 dokter spesialis. Begitu juga dari sisi obat,  97 persen diproduksi di dalam negeri.
Dalam produksi berbagai vaksin, Iran saat ini telah mampu untuk menanggulangi kebutuhan dalam negeri dan bahkan ekspor ke berbagai negara di Timur Tengah.
Di Tehran ada lebih dari 300 lembaga riset yang tingkatnya tidak kalah dengan berbagai negara Eropa dan Amerika.
Hal yang mungkin banyak diketahui adalah kemajuan teknologi nuklir untuk tujuan damai. Iran saat ini masuk 5 negara besar dunia yang berhasil mengembangkan itu. Begitu juga dalam hal produksi peralatan militer dan mengirim satelit ke angkasa, Iran juga telah mengunggulinya.
Semua itu didapat dalam kondisi embargo. Tapi, semuanya dapat diraih Iran dengan kesungguhan, kegigihan dan kepercayaan diri kepada potensi yang dimiliki.
“Perbandingan yang dilakukan antara sebelum revolusi dan pasca revolusi ini merupakan satu catatan penting, mengingat semuanya itu juga diraih Iran dalam kondisi berada dalam boikot ekonomi,” terang Dr. Hakimelahi.
Seminar yang diselenggarakan Jumat malam, 17 Februari 2017 itu juga menghadirkan pembicara lain yakni, Dr. KH. Jalaluddin Rakhmat, Msc, (Anggota DPR RI), dan Dr Valiullah Mohammadi (Dubes Republik Islam Iran).
Disadur dari ABIPRESS


JELATA-JELATA TAKFIRISME

Hanya karena anda dikenal sebagai penganut sebuah mazhab, tak harus menjadi ‘pemadam kebakaran’ menanggapi segala kesalahpahaman, apalagi fitnah terhadap mazhab anda.
Para serdadu virtual rezim pembantai ribuan balita Yaman sekutu sejati rezim penjajah Palestina ini bekerja keras untuk melakukan segala cara untuk menguras energi, mengalihkan perhatian, melakukan pembusukan, menciptakan stigma negatif di tengah masyarakat Ahlussunnah dengan menyebarkan aneka fitnah, dusta, hoax berita manipulatif dan provokatif.
Salah satu modusnya adalah memancing para penganut mazhab Syiah memasuki arena debat kasar seputar tema-tema purba dan menaikkan tensinya dengan terus menerus melontarkan api fitnah dan sampah dusta yang didaur ulang agar sibuk membantahnya.
Para jelata takfiri ini disebar dan dikendalikan secara struktural oleh sentra-sentra talfirisme bersampul pelatihan tahfid dan bahasa Arab yang menternak dan membiakkan ribuan organisme jumud melalui penjejalan doktrin palsu “manhaj” dan cita-cita kosong atau utopia khilafah.
Dengan militansi tinggi, mereka menyebar secara online via televisi, radio, akun-akun palsu dan ratusan situs yang menggoreng berita fitnah demi radikalisasi dan merangsang setiap orang menjadi penganut akidah kebencian, dan secara offline melalui perampasan masjid-masjid Ahlussunnah, upacara provokasi berlabel tablig dan bedah buku picisan atau seminar.
Beberapa hari lalu beberapa gelintir jelata takfiri memancing cemooh para pengendara saat demo depan gerbang ICC (Islamic Cultural Center) di Buncit Raya Jakarta Selatan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar