Kamis, 18 Mei 2017

CATATAN TTG MUDZAKARAH ANNAS BAG PERTAMA



Mudzakarah Nasional II ANNAS Soroti Bahaya Syiah dan Komunis
Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS) menggelar Mudzakarah Nasional II di Hotel Grand Asrilia, Bandung. Selain bahaya Syiah, mudzakarah kali ini juga menyoroti ancaman Komunis.
Dalam sambutannya, Ketua Umum ANNAS KH. Athian Ali Dai Lc. MA. mengaku prihatin dengan ancaman yang luar biasa terhadap akidah umat dan negeri ini. “Kehadiran Syiah dan Komunis bisa jadi kesempatan dari Allah kepada kita untuk mempertahankan negeri yang kita cintai. Untuk membela umat dari pemahaman yang sesat dan menyesatkan,” ujarnya Ahad (14/5).
Komunisme, lanjut KH. Athian, sudah terbukti berulang kali melakukan kudeta hingga menimbulkan korban. “Komunis bukan lagi ancaman tapi sudah terbukti membahayakan bangsa Indonesia,” imbuhnya.
KH. Athian menambahkan, Syiah boleh jadi lebih berbahaya dari komunisme. Hingga kini, keberadaan Syiah menimbulkan konflik horizontal di Indonesia.
Menurutnya ajaran Syiah benar-benar bisa memancing darah seorang muslim mendidih. Pasalnya, ajaran Syiah penuh dengan penodaan terhadap ajaran Islam.” Ajaran Islam mereka hina dan nista. Allah dan Rasulullah mereka hina,” paparnya.
Kini, Syiah tengah melakukan kekacauan di dunia Islam. Di Irak, Iran, Arab Saudi, Suriah, Yaman, dan negara-negara lainnya. “Saya pernah ke Iran selama sepekan dan umat Islam semakin sulit bernafas di Teheran,” jelas dia.
Informasi yang diperoleh Islamic News Agency (INA), acara ini dihadiri oleh 300 alim ulama, dai dan aktivis dari seluruh Indonesia. Turut hadir Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar, Wakil Ketua Dewan Pertimbangan MUI Pusat, Prof. DR KH Didin Hafidhudin, para pejabat di daerah Jawa Barat dan perwakilan ormas Islam.

Wagub Jabar: MUI Harus Lindungi Akidah Umat dari Bahaya Syiah

Wakil Gubernur Jawa Barat, Deddy Mizwar mendorong Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk berperan banyak melindungi akidah umat dari bahaya Syiah. Ajaran Imamah yang dianut paham itupun dinilainya sangat berbahaya.
“MUI punya peran sentral menjaga kemurnian akidah umat. Terkait paham Syiah, dalam rakernas tahun 1984, MUI telah merekomendasikan bahwa paham Syiah memliki perbedaan pokok dengan Ahlussunah yang menjadi keyakinan umat Islam Indonesia,” jelasnya saat memberi sambutan di Mudzakarah Nasional II Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS) di Hotel Grand Asrilia, Bandung, Ahad (14/5).
Deddy mengatakan pihaknya tidak ingin konflik Syiah yang terjadi di berbagai daerah kembali terulang di Indonesia. Seperti konflik Sampang yang telah melahirkan banyak korban.
“Kita tidak ingin insiden Sampang terjadi di bumi pertiwi, khususnya di Jabar. Sehingga acara ini harus bisa menjadi masukan bagi pemerintah,” imbuhnya.
Selain itu, ia menjelaskan bahwa tahun 2018 adalah tahun politik di mana pilkada serentak akan dilaksanakan. Karena itu, Dedy meminta umat Islam mewaspadai tahun politik ini dimanfaatkan oleh Syiah.
“Keimamahan paham Syiah sudah sangat jelas bahaya dan perlu diwaspadai,” tandasnya.
Reporter: Pizaro/INA
Editor: Imam S.

Mudzakarah Nasional ANNAS: Syiah Mengincar Kekuasaan di Indonesia

Guna mencegah keberadaan bahaya paham sesat Syiah, Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS), menggelar Mudzakarah Nasional (Munas) di Hotel Grand Asrilia Bandung, Ahad (14/05). Agenda ini dihadiri oleh 400 orang lebih peserta dari 30 kota/ kabupaten seluruh Indonesia.
Disampaikan oleh Rizal Fadilah, selaku Anggota Dewan Pakar ANNAS, bahwa Syiah dengan konsep Imamah-nya telah bertentangan dengan ideologi Pancasila. Bahkan bukan hanya bertentangan namun juga membahayakan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Syiah dengan konsep Imamah-nya bukan hanya bertentangan dengan Pancasila, namun juga mengancam keutuhan NKRI,” kata Rizal dalam pembacaan hasil keputusan Mudzakarah ANNAS.
“Seperti kita ketahui bahwa Syiah adalah aliran sesat yang harus dihilangkan dari bumi Indonesia,” tambahnya.
ANNAS menilai, Syiah saat ini sedang mengincar kekuasaan di Indonesia, bahkan gerakan Syiah telah mengarah pada gerakan politik guna mencapai kekuasaan di negeri ini.
“Syiah sejak kelahirannya hingga kini merupakan gerakan politik, aspek spiritualitas dan kaifiyah ta’abudi-nya (tata cara ibadah) hanya kamuflase dari misi yang diperjuangkannya, yaitu kekuasaan,” jelas Rizal.
Masyarakat kerap terkecoh dengan keberadaan Syiah, seakan Syiah dianggap sebagai mazhab yang eksistensinya harus ditoleransi dan didukung sepenuh hati.
“Masyarakat kerap terkecoh dengan keberadaan Syiah. Syiah dianggap sebagai mazhab yang harus dilindungi bahkan didukung sepenuh hati,” tutur rizal
Beberapa contoh kesesatan Syiah, lanjut dia, adalah menghalalkan penumpahan darah bagi pengikutnya, bahkan dianggap sebagai penghargaan bagi darah Husein di Karbala. Nikah mut’ah juga merupakan tradisi yang kerap dilakukan Syiah, bahkan dalam nikah mut’ah menjadi halal untuk saling bertukar istri.
 “Bagi Syiah penumpahan darah merupakan persembahan bagi Husein di Karbala,” pungkas Rizal.
Guna mengantisipasi hal ini, ANNAS akan melakukan beberapa hal, di antaranya akan mempersiapkan citizen journalisme untuk mengupdate dan memantau keberadaan Syiah. Selain itu ANNAS juga akan mendorong pemerintah agar segera menghentikan paham Syiah di Indonesia, bahkan diminta untuk membubarkan Syiah hingga ke akarnya.
“Kita akan mempersiapkan citizen journalisme bagi mereka yang berada di daerah sehingga bisa mengupdate jumlah dan keberadaan Syiah di tempat masing-masing. Kita juga akan mendorong pemerintah agar segera membasmi paham Syiah di Indonesia,” tuturnya.
Reporter: Saifal
Editor: M. Rudy
Sumber : kiblat.net


Tidak ada komentar:

Posting Komentar