Rabu, 15 Juli 2020
Kongres wanita syiah Indonesia di Jakarta bulan Februari kemarin
Jakarta – Komunitas wanita syiah yang tergabung dalam wadah MAI, di bawah ormas syiah ABI pada Jumat (21/2) menggelar kongres nasional ke-2 di Auditorium LPMP, Jakarta. Dalam acara itu, tampak hadir sejumlah undangan. Di antaranya, Direktur Penerangan Agama Islam Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Dr. Juraidi, MA, perwakilan dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP dan PA) Ono Taryono, atase Kebudayaan Republik Islam Iran Mehrdad Rakhshandeh Yazdi, Ph.D,, Kowani (Kongres Wanita Indonesia), Dr. Giwo Rubianto Wiyogo, dan lain-lain.
Setelah diawali dengan pembacaan ayat suci Alquran dan menyanyikan lagu indonesia raya, acara kongres dilanjutkan dengan prosesi pembukaan yang dipimpin langsung oleh Ketua MAI, Endang Rahayu. Dalam sambutannya, beliau menegaskan bahwa wanita syiah menjadikan figur agung Sayidah Fathimah as sebagai inspirasi. Penyelenggaraan kongres ke-2 kali ini pun dilakukan tepat di bulan kelahiran az-Zahra as.
Dalam sambutan berikutnya, tokoh syiah Abdullah Beik yang mewakili ormas syiah ABI mengucapkan selamat atas diselenggarakannya kongres ke-2 MAI untuk kepengurusan 2020-2025. Di hadapan perwakilan Kementrian Agama dan KPP & PA, Ustadz Abdullah menyatakan bahwa ormas syiah ABI dan MAI siap membantu dan berkontribusi bagi bangsa dan negara Indonesia dan demi masa depan anak cucu kita. Mudah-mudahan di masa mendatang, lanjutnya, Indonesia akan lebih bermartabat dan bertoleransi, dengan keluarga terbaik sebagai fondasinya.
Sebagai pertanda dimulainya kongres ke-2 ormas wanita syiah MAI, Dr. Giwo secara simbolis mengetukkan palu. Selepas pembukaan, rangkaian berikut dari acara kongres yang dihadiri sekitar 200-an peserta itu adalah seminar bertema “Keluarga sebagai Prioritas Peningkatan Kualitas Bangsa”. Seminar itu menghadirkan para narasumber yang berkompeten. Di antaranya, Ketua Umum ormas syiah ABI, Zahir Yahya, pengamat social yang cenderung syiah dan pernah belajar di Iran, Dr. Dina Sulaeman, dan aktivis perempuan yang juga seorang dosen, Dr. Nur Rofiah.
Ini menjadi indikasi bahwa dakwah syiah, mencoba memakai banyak lini. Tidak hanya dari kalangan laki-laki mereka membuat wadah dakwah, mereka juga menggarap segmen ibu-ibu. Karena dari pengaruh mereka, anak-anak yang lahir bisa menjadi syiah atau bisa menjadi pendukung syiah. Jika orang tuanya secara ideology syiah maka mungkin sudah tidak menjadi masalah bagi internal syiah sendiri.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar