1. Banjarmasin
Banjarmasin adalah ibukota lama
dari provinsi Kalimantan Selatan dan merupakan kota dagang yang penduduknya
terpadat di Kalimantan Selatan bahkan Kalimantan. Sebenarnya sebelum revolusi
Iran di Banjarmasin sudah dan masih ada sisa-sisa penganut Syi‟ah lama, tetapi sangat sedikit dan itupun hanya di
kalangan sebagian Ahlul Bait (keluarga Nabi Muhammad Saw) saja dengan belajar
secara sembunyi-sembunyi di dalam lingkungan keluarga yang sangat terbatas.
Memang baru pasca revolusi Iranlah mereka mulai berani menampakkan diri dan
menunjukkan eksistensinya. Pada waktu itu, semarak kajian-kajian intelektual
Syi‟ah dilakukan di berbagai kelompok diskusi dan LSM
terutama oleh dosen muda dan mahasiswa Unlam (Universitas Lambung Mangkurat)
Banjarmasin yang membawahi Fakultas Hukum, Kedokteran, Ekonomi, Sosial-Politik
dan Ilmu Pendidikan, yang dihadiri mahasiswa-mahasiswa perguruan tinggi lain
dengan mengundang narasumber sesekali dari tokoh Syi‟ah sendiri yang berasal dari Jawa. Dari forum inilah
akhirnya melahirkan tokoh-tokoh muda energik sebagai intelektual sekaligus
aktivis Syi‟ah sebut saja umpama Wahyudiannoor SH dan Habib Ali
al-Habsyi SE. Setelah terus berjalan secara rutin pada tahun 2008 muncullah
majlis Syi‟ah yang terbuka untuk umum bernama Majlis Pencinta
Ahlul Bait dan Yayasan Amanah yang dipimpin oleh Habib Sulaiman
al-Idrus.
Habib Sulaiman al-Idrus adalah
ulama besar berpengaruh di Banjarmasin, terutama di Kampung Sungai Mesa yang
dulu pernah menjadi basis NU di Banjarmasin. Ia salah seorang pengurus ABI (Ahlul
Bait Indonesia) wilayah Kalimantan Selatan dan merupakan alumni pondok
pesantren YAPI Bangil yang banyak melahirkan tokoh-tokoh Syi‟ah Kalimantan bahkan Indonesia. Majlis Pencinta Ahlul
Bait dan Yayasan Amanah beralamat di Jl. Pahlawan, Kampung Sungai Mesa, di
belakang Langgar Hinduwan yang didirikan oleh Habib Abubakar al-Habsyi
(almarhum), seorang Habib yang paling dihormati di Banjarmasin. Awalnya majlis
ini hanya dihadiri antara 10-20 orang, kini sudah mencapai ratusan orang lebih.
Kegiatan majlis ini, selain pengajian umum yang biasanya bermaterikan akhlak
Rasulullah dan keutamaan-keutamaannya, juga melaksanakan amalan rutin ritual
Syi‟ah seminggu 2 kali, malam Rabu dan malam Jum‟at berisi bacaan-bacaan pujian kepada Rasulullah dan
Ahlul Bait, juga do‟a-do‟a terutama do‟a Kumail dan
do‟a Jahsyan Kabir.
Kemudian tidak terlalu berselang lama dari berdirinya Majlis Pencinta Ahlul
Bait dan Yayasan Amanah, sekitar tahun 1998 berdiri pula Yayasan Ar-Risalah di
Jalan Sultan Adam oleh H. Busyairi Ali salah seorang mantan aktivis NII yang
kemudian tertarik kepada ajaran Syi‟ah.
Sebenarnya yayasan ini tidak murni milik Syi‟ah
karena ketika proses berdirinya Busyairi masih berstatus sebagai pengurus
Muhammadiyah, bahkan sampai sekarang masih dianggap bagian dari Muhammadiyah
meskipun ia sudah menjadi Syi‟ah. Kemudian,
pada tahun 2008, Busyairi mendirikan lagi Majlis Ta‟lim Al-Mukhlisin.
Yayasan dan majlis ini cukup
banyak fungsi dan kegiatannya, mulai sebagai pondok pesantren yang menampung
dan mendidik hampir 50 orang anak, sebagai forum untuk kajian rutin
literatur-literatur Syi‟ah bagi yang berminat terutama kalangan mahasiswa,
termasuk sekaligus konsultasi keagamaan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan
seputar Syi‟ah, sebagai wadah mengadakan seminar, diskusi,
lokakarya baik bagi kalangan sendiri maupun orang lain, sebagai majlis
pengajian yang dihadiri ratusan lebih jamaah dan pelaksanaan amalan rutin
ritual Syi‟ah seminggu 2 kali, malam Rabu dan malam Jum‟at yang bersamaan dengan Majlis Pencinta Ahlul Bait
Sungai Mesa, juga sebagai studio publikasi Syi‟ah Kalimantan Selatan dari bahan cetak berupa lembaran sampai buku,
dari spanduk sampai promosi di internet. Salah satu buku yang diterbitkan
yayasan ini adalah “Nikah Mut‟ah” yang ditulis oleh
Busyairi sendiri dari tesis S2-nya di Pascasarjana IAIN Antasari Banjarmasin.
Dalam buku tersebut ia memperkenalkan siapa itu Imam Ja‟far Shadiq, keluasan pikirannya yang mencakup ilmu
kalam (teologi), hukum (fiqih) dan irfan (tasawuf), dan cara-caranya melakukan
istinbat hukum atas berbagai Humaidy Peta
Gerakan Syi‟ah 123
perkara termasuk tentang nikah
mut‟ah yang menjadi pokok dan fokus pembahasan. Yayasan
dan majlis ini beralamat di Jl. Sultan Adam, Komplek Bumi Graha Lestari Rt. 48,
No. 41, Banjarmasin, wilayah baru pengembangan Kota Banjarmasin, berdekatan
dengan beberapa kampus baik negeri maupun swasta. Ia berjarak sekitar 600 meter
dari kampus Unlam (Universitas Lambung Mangkurat), yang membawahi Fakultas
Hukum, Kedokteran, Ekonomi, Sosial-Politik dan Ilmu Pendidikan, Uniska
(Universitas Islam Kalimantan) dan STIE (Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi). Ia dekat
antara 300m dengan STIHSA (Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Sultan Adam), Universitas
Terbuka, STIKIP (Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan) dan STIMIK
(Sekolah Tinggi Ilmu Komputer). Hal ini, membuat Sultan Adam dipenuhi oleh
penginapan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi dan beragam latar belakang
daerah.
BERSAMBUNG
Sumber : sumber tulisan ini
adalah sebuah karangan ilmiah oleh saudara HUMAIDY, seorang mahasiswa di
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Antasari Banjarmasin yang dipublikasikan
pada tahun 2014. Dan kami tampilkan secara berseri mengingat tulisan yang
lumayan panjang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar