Jumat, 23 September 2016

SYIAH DI BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN (LANJUTAN BAG 1)



1. Banjarmasin

Banjarmasin adalah ibukota lama dari provinsi Kalimantan Selatan dan merupakan kota dagang yang penduduknya terpadat di Kalimantan Selatan bahkan Kalimantan. Sebenarnya sebelum revolusi Iran di Banjarmasin sudah dan masih ada sisa-sisa penganut Syiah lama, tetapi sangat sedikit dan itupun hanya di kalangan sebagian Ahlul Bait (keluarga Nabi Muhammad Saw) saja dengan belajar secara sembunyi-sembunyi di dalam lingkungan keluarga yang sangat terbatas. Memang baru pasca revolusi Iranlah mereka mulai berani menampakkan diri dan menunjukkan eksistensinya. Pada waktu itu, semarak kajian-kajian intelektual Syiah dilakukan di berbagai kelompok diskusi dan LSM terutama oleh dosen muda dan mahasiswa Unlam (Universitas Lambung Mangkurat) Banjarmasin yang membawahi Fakultas Hukum, Kedokteran, Ekonomi, Sosial-Politik dan Ilmu Pendidikan, yang dihadiri mahasiswa-mahasiswa perguruan tinggi lain dengan mengundang narasumber sesekali dari tokoh Syiah sendiri yang berasal dari Jawa. Dari forum inilah akhirnya melahirkan tokoh-tokoh muda energik sebagai intelektual sekaligus aktivis Syiah sebut saja umpama Wahyudiannoor SH dan Habib Ali al-Habsyi SE. Setelah terus berjalan secara rutin pada tahun 2008 muncullah majlis Syiah yang terbuka untuk umum bernama Majlis Pencinta Ahlul Bait dan Yayasan Amanah yang dipimpin oleh Habib Sulaiman al-Idrus.
Habib Sulaiman al-Idrus adalah ulama besar berpengaruh di Banjarmasin, terutama di Kampung Sungai Mesa yang dulu pernah menjadi basis NU di Banjarmasin. Ia salah seorang pengurus ABI (Ahlul Bait Indonesia) wilayah Kalimantan Selatan dan merupakan alumni pondok pesantren YAPI Bangil yang banyak melahirkan tokoh-tokoh Syiah Kalimantan bahkan Indonesia. Majlis Pencinta Ahlul Bait dan Yayasan Amanah beralamat di Jl. Pahlawan, Kampung Sungai Mesa, di belakang Langgar Hinduwan yang didirikan oleh Habib Abubakar al-Habsyi (almarhum), seorang Habib yang paling dihormati di Banjarmasin. Awalnya majlis ini hanya dihadiri antara 10-20 orang, kini sudah mencapai ratusan orang lebih. Kegiatan majlis ini, selain pengajian umum yang biasanya bermaterikan akhlak Rasulullah dan keutamaan-keutamaannya, juga melaksanakan amalan rutin ritual Syiah seminggu 2 kali, malam Rabu dan malam Jumat berisi bacaan-bacaan pujian kepada Rasulullah dan Ahlul Bait, juga doa-doa terutama doa Kumail dan doa Jahsyan Kabir. Kemudian tidak terlalu berselang lama dari berdirinya Majlis Pencinta Ahlul Bait dan Yayasan Amanah, sekitar tahun 1998 berdiri pula Yayasan Ar-Risalah di Jalan Sultan Adam oleh H. Busyairi Ali salah seorang mantan aktivis NII yang kemudian tertarik kepada ajaran Syiah. Sebenarnya yayasan ini tidak murni milik Syiah karena ketika proses berdirinya Busyairi masih berstatus sebagai pengurus Muhammadiyah, bahkan sampai sekarang masih dianggap bagian dari Muhammadiyah meskipun ia sudah menjadi Syiah. Kemudian, pada tahun 2008, Busyairi mendirikan lagi Majlis Talim Al-Mukhlisin. 


Yayasan dan majlis ini cukup banyak fungsi dan kegiatannya, mulai sebagai pondok pesantren yang menampung dan mendidik hampir 50 orang anak, sebagai forum untuk kajian rutin literatur-literatur Syiah bagi yang berminat terutama kalangan mahasiswa, termasuk sekaligus konsultasi keagamaan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar Syiah, sebagai wadah mengadakan seminar, diskusi, lokakarya baik bagi kalangan sendiri maupun orang lain, sebagai majlis pengajian yang dihadiri ratusan lebih jamaah dan pelaksanaan amalan rutin ritual Syiah seminggu 2 kali, malam Rabu dan malam Jumat yang bersamaan dengan Majlis Pencinta Ahlul Bait Sungai Mesa, juga sebagai studio publikasi Syiah Kalimantan Selatan dari bahan cetak berupa lembaran sampai buku, dari spanduk sampai promosi di internet. Salah satu buku yang diterbitkan yayasan ini adalah “Nikah Mutah” yang ditulis oleh Busyairi sendiri dari tesis S2-nya di Pascasarjana IAIN Antasari Banjarmasin. Dalam buku tersebut ia memperkenalkan siapa itu Imam Jafar Shadiq, keluasan pikirannya yang mencakup ilmu kalam (teologi), hukum (fiqih) dan irfan (tasawuf), dan cara-caranya melakukan istinbat hukum atas berbagai Humaidy Peta Gerakan Syiah 123

perkara termasuk tentang nikah mutah yang menjadi pokok dan fokus pembahasan. Yayasan dan majlis ini beralamat di Jl. Sultan Adam, Komplek Bumi Graha Lestari Rt. 48, No. 41, Banjarmasin, wilayah baru pengembangan Kota Banjarmasin, berdekatan dengan beberapa kampus baik negeri maupun swasta. Ia berjarak sekitar 600 meter dari kampus Unlam (Universitas Lambung Mangkurat), yang membawahi Fakultas Hukum, Kedokteran, Ekonomi, Sosial-Politik dan Ilmu Pendidikan, Uniska (Universitas Islam Kalimantan) dan STIE (Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi). Ia dekat antara 300m dengan STIHSA (Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Sultan Adam), Universitas Terbuka, STIKIP (Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan) dan STIMIK (Sekolah Tinggi Ilmu Komputer). Hal ini, membuat Sultan Adam dipenuhi oleh penginapan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi dan beragam latar belakang daerah.

BERSAMBUNG

Sumber : sumber tulisan ini adalah sebuah karangan ilmiah oleh saudara HUMAIDY, seorang mahasiswa di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Antasari Banjarmasin yang dipublikasikan pada tahun 2014. Dan kami tampilkan secara berseri mengingat tulisan yang lumayan panjang.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar