Minggu, 30 Juli 2017

IJABI BONDOWOSO JAWA TIMUR (bag ketiga)



lanjutan dari bagian kedua : 

Syiah Antara Akhbari dan Ushuli dan syiah di Bondowoso

Adanya perbedaan paham tentang Syiah antara pihak yang anti-Syiah dan IJABI kiranya merupakan salah satu sebab terjadinya konflik antara mereka. Mengapa? Analisis yang mungkin adalah sumber ajaran Syiah yang dipakai masing-masing pihak berbeda. Dalam perkembangan sejarahnya Syiah tidak monolitik tetapi tumbuh dan berkembang menjadi ratusan sekte, yang masing-masing saling bersebarangan, ada yang ekstrim, ada pula yang moderat. Para pemimpin mereka saling berebut pengaruh dan pengikut sejak dulu hingga sekarang.

Analisis menarik dikemukakan oleh Vali Nasr tentang hal ini, seperti dalam kasus Ayatollah Khomeini. Menurut Nasr, Iran bukan pusat dan Khomeini bukan marja’ utama Syiah kendati dia sudah bersusah payah membangun citra keulamaan pada dirinya yang membangun sistem “kepausan”, namun pengaruhnya tidak pernah lebih jauh dari Iran. Konsep velayat-e faqeh menjadikan ulama sebagai pusat kekuasaan banyak ditentang oleh para ulama lain yang derajat keulamaannya lebih tinggi dari Khomeini, seperti Abol-Qasem al-Khoi, mentor Ayatollah Sistani, karena dianggap sebuah inovasi tanpa dukungan sedikitpun dari hukum dan teologi Syiah. Khomeini tidak bergeming, bahkan melakukan tindakan yang tidak shahpun memikirkannya, yaitu memecat Ayatollah Muhammad Kazem Shariat Madari.

Orang Syiah memang menerimanya sebagai pemimpin politik, tapi untuk bimbingan spiritual, mereka mencari ayatollah yang agung Abol-Qasem al-Khoi, atau Ayatollah Sistani di Najaf. Satu hal yang menarik, Abol-Qasem al-Khoi disebutsebut sebagai salah satu rujukan (marja’) kalangan Syiah di
Bondowoso.

Al-Khoi adalah ulama Syiah Imamiyah dari kelompok ushuli (rasionalis) di Irak yang berpikiran moderat. Lawan kelompok ushuli adalah kelompok akhbari (tradisionalis) yang cenderung berpikiran sektarian. Kedua kelompok ini saling berselisih pendapat, setara dengan perselisihan pendapat antara ahl al-hadits (tradisionalis) dan ahl al-ra’yi (rasionalis) dalam sejarah pemikiran empat
madzhab fiqih Sunni.

Salah satu perselisihan yang disinggung adalah dalam menyikapi kitab-kitab utama rujukan kalangan Syiah, seperti terhadap kitab Ushul al-Kafi yang disusun Muhammad bin Ya’qub al-Kulaini (w.329/940-941), seorang tokoh penting yang dianggap memberikan kerangka dasar sosio-religius Syiah sektarian pada periode Buwaihiyah (945-1055). Kitab ini merupakan kompilasi koleksi-koleksi utama hadits-hadits Syiah. Sikap kaum ushuli jelas tidak bisa menerima begitu saja semua isi kitab tersebut. Mereka menolak hadits-hadits yang cenderung mengobarkan permusuhan antara kaum Sunni dan Syiah, di mana sikap bertolak belakang diambil kaum akhbari.

Masyarakat Bondowoso demo menolak syiah


Penutup

Berdasarkan elaborasi di atas, maka ada beberapa kesimpulan yang dapat ditarik, yaitu:

-          Pertama, resistensi terhadap IJABI (khususnya kasus Jambesari) merupakan puncak akumulasi ketidaksenangan masyarakat Bondowoso terhadap keberadaan Syiah.
-          Kedua, ketidakterusterangan penganut Syiah
-          Ketiga, masyarakat sudah sadar bahwa segala bentuk pelecehan terhadap agama bila perlu harus dilawan dengan tidak kekerasan, kendati harus mengorbankan nyawa sekalipun.


Selesai .....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar