Rabu, 26 Desember 2018

KAMPUNG LITERASI SIGI, DIBANTU SYIAH

Sulteng – Berbagai cara dilakukan untuk membantu mengurangi beban psikologis warga pasca gempa bumi, tsunami, dan likuefaksi di Kota Palu, Donggala, Sigi, dan Parigi Moutong, 28 September lalu. Salah satunya yang dilakukan oleh kelompok anak muda ini.

Namanya adalah Kampung Literasi Sigi (KLS). KLS berada di Desa Walatana, Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi, hampir 50 kilometer dari Kota Palu, ibu kota Sulawesi Tengah. KLS dibentuk beberapa saat setelah musibah gempa bumi berkekuatan 7,7 skala richter yang turut memporak-porandakan desa ini. Selain kerusakan pada puluhan unit rumah, sawah dan kebun warga setempat terdampak likuefaksi atau penurunan muka tanah.

Sejumlah kegiatan telah dilakukan di desa ini. Dalam upaya pemberdayaan, KLS telah menggelar pelatihan pemanfaatan cacing untuk kebutuhan pertanian warga. Untuk masyarakat umum, telah rutin dilaksanakan pengajian dan kajian-kajian agama Islam. Yang tak kalah menyita perhatian adalah anak-anak yang notabene generasi penerus bangsa.  Ada program harian untuk anak-anak, berupa kegiatan baca, belajar mengaji, dan klinik Pekerjaan Rumah (PR).



Pada Minggu, 25 November 2018, pengelola KLS merintis pojok baca di salah satu rumah warga.  Pojok  baca atau perpustakaan mini itu adalah salah satu metode atau strategi literasi untuk mendekatkan masyarakat dengan buku.  Koordinator KLS, Saddam Husein mengungkapkan, pihaknya selaku pendamping KLS akan membuat jadwal kegiatan pojok baca. Jika jumlah buku yang tersedia memadai, pojok baca bisa diaktifkan setiap hari pada waktu yang telah disepakati bersama.
“Untuk saat ini, buku yang tersedia masih minim dan butuh donasi buku-buku dari berbagai pihak,” kata Saddam.

Para pendamping KLS pun berharap ada tangan-tangan dermawan yang bisa memberikan dukungan dalam pengembangan pojok baca, baik melalui bantuan materil maupun moril.
Tak disangka, harapan tersebut mendapat sambutan dari sebuah ormas syiah yaitu Ahlulbait Indonesia (ABI) dan lembaga World Ahlulbayt Islamic League (WABIL). Perwakilan organisasi peduli kemanusiaan ini, pada Rabu, 28 September 2018, berkunjung ke desa yang berjarak kurang lebih dua jam dari Palu. Mewakili ABI dan WABIL, Ustad Ahmad Hidayat (seorang tokoh nasional lulusan Iran) mengatakan apa yang dilakukan KLS perlu mendapat apresiasi karena anak-anak muda di sini bekerja atas nama kemanusiaan.

Ia pun mendukung program KLS dengan menyerahkan tas sekolah untuk anak-anak di desa ini. Harapannya, anak-anak binaan KLS tidak patah semangat untuk terus sekolah dan belajar dalam suasana yang terbatas.  Dalam kesempatan tersebut, Ustad Ahmad bersama warga setempat juga larut dalam lantunan shalawat.

Program lain
Pendamping KLS lainnya,  Imam Mulki menambahkan, pihaknya saat ini mematangkan kemah literasi yang akan dilaksanakan saat pergantian tahun nanti. Kemah literasi di Desa Walatana akan diisi dengan beberapa lomba literasi, seperti baca puisi, pidato, penghargaan untuk pengunjung pojok baca terbaik, hafalan surat-surat pendek Alquran, dan lomba menggambar tingkat Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar.  Kegiatan ini akan dilaksanakan dalam tingkat kecamatan.

Menjadi catatan bagi kita adalah, ketika ada umat islam yang sedang kena musibah, disitu dibuatkan taman bacaan, dan yang akan memberi bantuan adalah ormas syiah, maka bisa dipastikan bahwa buku-buku yang akan disumbangkan ke kelompok belajar tersebut adalah buku-buku syiah. Ini menjadi tahap awal dari proses mengajak syiah secara halus. Kita semua mengetahui bahwa buku-buku syiah dengan secara halus akan mengajak pembacanya untuk mendukung ideologi syiah yang secara prinsip dan dasar adalah bertentangan dengan ajaran islam yang disepakati ulama salaf.
Ini adalah pukulan bagi ormas islam yang lain. Jika syiah bisa menanamkan titiknya pada daerah tersebut, maka dalam waktu yang akan datang akan ada simpatisan atau bahkan akan menjadi pengikut syiah yang akan mendakwahkan syiah di lokasi tersebut. Mari waspada

Tidak ada komentar:

Posting Komentar