Minggu, 22 April 2012

FUUI: Tutup Pintu Dialog dengan Syi’ah


Hidayatullah.com--Sudah tidak ada waktu dan tempat lagi untuk berdialog dengan penganut Syi’ah. Sebab mayoritas ulama Ahlu Sunnah sudah sepakat bahwa faham Syi’ah itu sesat dan menyesatkan serta di luar Islam. Hal tersebut tidak saja di fatwa ulama di Indonesia tetapi juga ulama Timur Tengah termasuk para ulama Rabithah Alam Islami.
“Sekarang bukan saatnya lagi dialog atau debat tentang sesatnya faham Syi’ah.Tetapi sikap dan tindakan nyata yang harus kita lakukan,” demikian ungkap Ketua Forum Ulama Umat Indonesia (FUUI), KH Athian Ali Da’i, Lc, MA usai menutup acara “Musyawarah  Ulama dan Ummat Islam Indonesia ke-2” yang berlangsung di Masjid Al Fajr Kota Bandung, Ahad (22/4/2012).
Athian menambahkan jalan panjang telah  dilalui dan sejak  kelahirannya sejarah tidak pernah mencatat bahwa ada kesepahaman dan kesepakatan Sunni-Syi’ah, karena sudah menyangkut perbedaan aqidah. Karenanya,  perbedaan mendasarnya persoalan tersebut seharusnya tidak lagi menjadi perdebatan yang berkepanjangan.
Hal tersebut juga di amini Habib Thohir Alkaf dari Yayasan Al Bayyinat Bangil. Menurut Habib Thohir Alkaf, persoalan Syi’ah jangan dipandang sebagai berbedaan fiqh atau yang bersifat furu’ (cabang) namun persoalan aqidah.
“Kalau terpaksa debat dengan mereka langsung saja pada isi 4 buku rujukan utama Syi’ah (Al Kahfi, Al Istibshar, At Tahdzib dan Man Laa Yahduruhul Faqih), mereka pasti akan terdiam. Tetapi mereka masih bisa mengelak dengan taqiyah,” ungkapnya.
Thohir Alkaf menambahkan, biasanya, taqiyah (berbohong) adalah senjata utama kaum Syi’ah untuk “lari” dari kaum Sunni. Karena, taqiyah adalah bagian dari aqidah mereka sehingga akan sulit mendapatkan titik temu.
Untuk itu, dirinya juga sepakat bahwa dialog dan komunikasi intensif bukanlah cara tepat menyelesaikan konflik Sunni-Syi’ah di Indonesia.Dirinya mencontohkan puluhan tahun berdialog dengan kaum Syi’ah termasuk dengan mantan gurunya sendiri tidak membuahkan hasil apa-apa.
Namun demikian, Thohir Alkaf tidak menganjurkan melawan kaum Syi’ah dengan konfrontatif terbuka. Karena cara tersebut hanya akan menguntungkan mereka mendapat simpati dan dukungan internasional.
Selain itu, ia menyarankan umat Islam tidak harus menunggu sikap pemerintah pusat tentang Syiah. JIka bisa, sebaiknya setiap pemerintah daerah bisa melarang aktivitas Syi’ah.
“Kalau tiap kota bisa melakukan pelarang segala aktivitas Syi’ah, tentu bisa mempersempit gerak mereka,” harapnya.

Untuk mendukung gerakan tersebut dirinya juga berharap tiap kepala daerah mendapat pencerahan dan pemahaman yang utuh tentang kebenaran ajaran Sunni dan sesatnya Syi’ah. Sehingga umat, ulama dan penguasa (umara) memiliki satu langkah.*
Rep: Ngadiman Djojonegoro
Red: Cholis Akbar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar