Rabu, 18 April 2012

Empat Syarat Syiah Bisa Berdampingan dengan Sunni

Jakarta (SI ONLINE) - Ada empat syarat jika bila aliran Syiah dapat diterima di kalangan Sunni. Apa itu?. Wakil Sekjen Majelis Intelektual dan Ulama Indonesia (MIUMI) Fahmi Salim Zubair mengatakan, agar Syi’ah bisa berdampingan dengan komunitas Sunni, Syi’ah harus mengakui Al-Quran yang ada saat ini dan menghentikan cercaan terhadap Sahabat dan istri Rasul Saw.

“Ada empat syarat agar Syi’ah bisa berdamai dengan kalangan Sunni. Pertama, akui secara tegas bahwa Al-Quran itu otentik (tidak mengalami tahrif). Kedua, hentikan caci-maki terhadap sahabat-sahabat dan istri Rasul Saw. Ketiga, Syiah tidak boleh menyebarkan fahamnya di tengah komunitas Sunni.  Keempat, mesti ada pengakuan terhadap hak-hak kaum minoritas baik itu Sunni maupun Syiah”, paparnya dalam pertemuan dengan Dirjen Bimas Islam Kemenag, Senin (16/4/2012), di Jakarta.

Keterangan Fahmi itu dikutip dari pernyataan Yusuf Qaradhawi yang pernah disampaikan pada para Mullah dan Ayatullah (ulama) Syi’ah di Iran. 

Selain itu, MIUMI juga menyerahkan empat hasil riset kepada Dirjen Bimas Islam, Abdul Jamil. Empat hasil penelitian yang diserahkan MIUMI tersebut berisi,  Pertama, buku tentang penelitian lapangan berjudul “Syiah di Sampang” ditulis oleh Ahmad Rafi’i Damyanti. Kedua, buku “Himpunan Fatwa dan Pernyataan Tokoh dan Ulama Indonesia” tentang Syiah.  Ketiga, kumpulan dokumentasi (kliping) buku-buku Syiah Indonesia yang mencerca Sahabat dan istri Nabi Saw.  Keempat, terbaru “Himpunan Fatwa Dr. Yusuf Al Qaradhawi tentang Syiah”, terbitan tahun 2009.

Sementara itu, Ketua Umum Wahdah Islamiyah (WI) Zaitun Rasmin, mengatakan, untuk menangkal arus dakwah Syiah, MIUMI akan menggelar Muktamar Internasional Ulama Ahlul Sunnah se-Dunia di Jakarta.

“Harapan kami, MIUMI bisa bermitra dengan kementrian dan mendapat dukungan secara pribadi dari Pak Dirjen”, ujarnya berharap.

Menanggapi hal itu, Dirjen Bimas Islam Kemenag,  Abdul Jamil berterimakasih kepada MIUMI atas terobosan, informasi serta solusi intelektual berbasis ilmu dan riset yang disuguhkan MIUMI kepada umat.

“Terimakasih, informasi yang semula meraba dalam gelap kian terbuka. Kesimpulannya, dengan menjembatani umat dan berupaya merangkul berbagai lapisan, MIUMI sedang memasuki satu “wilayah kosong” yang hampir belum disentuh saat ini. MIUMI, dengan pemikiran intelektualnya yang luar biasa ini, merupakan trend baru yang dibutuhkan anak muda dalam rangka konvergensi kekuatan-kekuatan Islam di Indonesia yang tidak tersekat oleh ikatan ormas yang sudah ada”,  ungkap Jamil.

Menutup pertemuan,  Abdul Jamil berjanji akan menyampaikan hasil penelitian tentang Syi’ah tersebut kepada Menteri Agama, Suryadharma Ali, sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar