- Gerilya Misionaris Syi’ah Dibidang Media
Menuding hadits Muslim ada yang palsu
dan hadits Bukhori ada yang menjijikkan
Ketika Ustadz Husen Alatas menjawab sebuah
pertanyaan dari pendengar yang dibacakan pembawa acara Rasil AM720 (Radio
Silaturahim di Cububur Jakarta Timur), yang terjadi pada Selasa malam (sekitar
jam 23:00 wib) tanggal 25 Oktober 2011 (28 Dzulqa’dah 1432H), Ustadz Husen
Alatas kala itu pernah mengatakan salah satu hadits riwayat Muslim dengan
tudingan sebagai hadits palsu. Yaitu, hadits yang isinya antara lain mengatakan
bahwa “orang tua Nabi di neraka”.
Juga, ada satu hadits riwayat Bukhari yang
dikatakannya menjijikkan. Yaitu, salah satu hadits yang mengatakan bahwa
“Fathimah datang ke Nabi Muhammad dan berkata agar Nabi bersikap adil kepada
istri-istrinya sebagaimana kepada Aisyah, dan ketika Fathimah datang kepada
Nabi Muhammad, beliau sedang berada di pangkuan Aisyah”.
Menurut Husen Alatas, Bukhari dan Muslim hanya
mengumpulkan riwayat. Sedang yang menentukan shahih atau tidaknya hadits adalah
ulama rabbaniyyin berdasarkan Al-Qur’an dan akal, tanpa menyebut siapa yang dia
maksud ulama rabbaniyyin itu.
Dengan kenyataan melecehkan hadits Shahih Muslim
dan Shahih Bukhari tanpa landasan yang dapat dipertanggung jawabkan itu, maka
dalam musyawarah Ulama dan Umat Islam yang diselenggarakan FUUI di Bandung Ahad
30 Jumadal Awwal 1433/22 April 2012 diputuskan pula poin tentang bahaya
penerbitan dan media massa pro syiah.
Inilah beritanya.
***
Memperingatkan bahaya penerbitan dan media
massa pro syiah
Dalam rekomendasinya disebutkan:
- Memperingatkan masyarakat terhadap bahaya penerbit-penerbit
yang terindikasi terlibat gerakan syiah; seperti Mizan, Al
Huda Jakarta, Al Bayan dll
- Memperingatkan Masyarakat terhadap media cetak dan elektronik
yang terindikasi mensponsori gerakan syiah di Indonesia : antara lain TV
Al Hadi, Radio Rasil, Majalah Syiar dll
Masalah media massa yang terindikasi pro syiah
tersebut sempat mendapatkan perhatian dan komentar, karena ada yang menjelaskan
bahwa habib Zen Al-Kaf dari Al-Bayyinat Surabaya yang juga hadir dalam
musyawarah ini telah menyatakan dalam seminar tentang syiah di Dewan Dakwah
Islamiyah Indonesia (DDII) beberapa waktu lalu bahwa Radio Rasil di Cibubur
Jakarta mengusung faham syiah.
Dijelaskan pula bahwa ketika Ustadz Husen Alatas
menjawab sebuah pertanyaan dari pendengar yang dibacakan pembawa acara Rasil
AM720, yang terjadi pada Selasa malam (sekitar jam 23:00 wib) tanggal 25
Oktober 2011 (28 Dzulqa’dah 1432H), Ustadz Husen Alatas kala itu pernah
mengatakan salah satu hadits riwayat Muslim dengan tudingan sebagai hadits
palsu. Yaitu, hadits yang isinya antara lain mengatakan bahwa “orang tua Nabi
di neraka”. Juga, ada satu hadits riwayat Bukhari yang dikatakannya
menjijikkan. Yaitu, salah satu hadits yang mengatakan bahwa “Fathimah datang ke
Nabi Muhammad dan berkata agar Nabi bersikap adil kepada istri-istrinya sebagaimana
kepada Aisyah, dan ketika Fathimah datang kepada Nabi Muhammad, beliau sedang
berada di pangkuan Aisyah”.
menurut Husen Alatas, Bukhari dan Muslim hanya
mengumpulkan riwayat. Sedang yang menentukan shahih atau tidaknya hadits adalah
ulama rabbaniyyin berdasarkan Al-Qur’an dan akal, tanpa menyebut siapa yang dia
maksud ulama rabbaniyyin itu.
Sementara itu, mengenai Ustadz Zen Al-Hady, yang
juga pernah menjadi nara sumber di Rasil AM 720, masyarakat sudah lama
mengenali beliau sebagai misionaris Syi’ah, antara lain melalui kedudukannya
sebagai Dewan Pembina di Yayasan Fathimah yang bermarkas di Jalan Batu Ampar
III No.14, Condet, Jakarta Timur 13520. Yayasan Fathimah adalah salah satu dari
sekian puluh Yayasan Syi’ah yang bertebaran di Indonesia.
Sikap Pendukung Radio RASIL Pro Syiah dan Seperti
Sikap Media KAFIR
Pada era 1990-an saya aktif mengikuti kajian-kajian yang
dibawakan ust. Husin Alatas di majlis ta’lim daerah Cawang serta di tempat
lain.
Pernah pada kajiannya ust. Husin mengangkat tema tentang
kedustaan
beberapa hadist yang diriwayatkan dari Abu Hurairoh RA. Serta sosok
seorang “Abu Hurairoh” yang meriwayatkan begitu banyak hadist dari Nabi
Salallahu Alaihi Wassalam sedang beliau bersama Nabi dalam waktu yang singkat.
Jika ust. Husin berhalangan hadir, maka yang memberikan kajian digantikan
oleh ust Usman Shihab (belakangan saya ketahui bahwa beliau adalah salah satu
tokoh syiah). (umarabduh.blog.com,
eyangheri March 3rd, 2012 1:55 am).
***
BILA DIPERHATIKAN dengan seksama, sikap para pendukung Radio
Silaturahim (RASIL) yang dikatakan pro syi’ah oleh umat Islam sepertinya agak
mirip dengan sikap media kafir terhadap perjuangan bangsa Palestina. Sebagian
media kafir cenderung menyebut perjuangan bangsa Palestina yang sedang
mempertahankan tanah airnya dengan label
pemberontak.
Begitu juga dengan para pendukung Radio Silaturahim (RASIL). Ketika sejumlah
umat Islam memergoki di radio tersebut ada misionaris syi’ah yang sedang
menjajakan kesesatan, kemudian temuan itu ditulis dalam sebuah situs, dan diikuti
oleh sejumlah situs atau blog lainnya, justru oleh pendukung Radio Silaturahim
dilabeli macam-macam.
Ada yang melabeli fitnah, ghibah, membuka aib seseorang, merupakan tuduhan
keji, mempercayai kabar yang datangnya dari orang fasik, mengolok-olok, dan
sebagainya. Sehingga para pendukung RASIL yang pro syi’ah ini menyarankan agar
melakukan tabayyun, berdialog, dan datang ke RASIL.
Begitulah gaya pendukung kesesatan yang sombong dan belum mendapat hidayah.
Radio Silaturahim (RASIL) adalah media publik, yang bisa diakses oleh siapa
saja yang punya pesawat radio di rumahnya atau di kendaraannya. Secara khusus,
Radio Silaturahim (RASIL) memposisikan diri sebagai radio dakwah Islam. Maka,
ketika umat Islam memergoki radio tersebut sedang berselingkuh dengan penjaja
paham sesat syi’ah laknatullah, dan melaporkannya kepada umat Islam pada
umumnya melalui situs atau blog atau media apa saja, pantaskah tindakan
tersebut disebut fitnah dan sebagainya?
Jelas tidak. Karena apa-apa yang dilakukan nahimunkar dan pengelola situs
Islam lainnya adalah sedang menjaga akidah umat Islam. Ibarat bangsa Palestina
yang sedang mempertahankan tanah airnya dari caplokan Israel.
Para pembela RASIL yang pro Syi’ah ini juga berani mempertahankan
kesesatannya dengan membawa-bawa ayat Al-Qur’an serta hadits Nabi. Mereka ini
seperti penganut paham sesat lainnya (LDII, NII KW9 dan sebagainya) yang gemar
mempermainkan ayat dan hadits Nabi untuk menakut-nakuti lawan bicaranya. Kalau
lawan bicaranya kurang menguasai, pastilah dibikin
keok sehingga
mereka punya alasan untuk membenar-benarkan kesesatannya (justifikasi
kesesatan).
Cara-cara tersebut memang lazim ditempuh oleh para penganjur kesesatan.
Bahkan mereka berani menantang mubahalah segala macam. Namun sering kali,
ketika tantangan itu
dijabanin, mereka tunggang langgang seperti
kucing dikejar anjing. Tapi, jika didiamkan saja, maka mereka cenderung
bekoar-koar
seperti jurkam partai politik saat pemilu yang isinya bohong melulu.
Kalau RASIL memang serius dengan dakwah Islamnya, bukan sekedar menempelkan
label Islam, tetapi isinya bisa syi’ah, tarekat sesat, bid’ah dan sebagainya,
seharusnya mereka berterimakasih karena telah diingatkan oleh sesama muslim.
Seharusnya mereka segera menyadari dan meminta maaf kepada umat Islam. Namun
itu sama sekali tidak dilakukan. Pendukung Rasil justru ibarat mendorong-dorong
agar ‘orang Palestina’ yang sepantasnya melakukan tabayyun ke ‘Israel’ dan
berdialog. Maksudnya, mungkin supaya bisa disuruh tutup mulut.
Kesimpulan bahwa RASIL pro Syi’ah memang ada dasarnya. Selain ucapan para
ustadz syi’ah yang dijadikan narasumber RASIL, juga bisa diperoleh dari para
pendukung RASIl yang berusaha mengomentari tulisan berkenaan dengan RASIL dan
syi’ah. Di Eramuslim, misalnya, meski tulisan berjudul
Radio Silaturahim
Pro Syi’ah? sudah tidak dipublikasikan, namun tetap melahirkan sejumlah
komentar untuk surat klarifikasi yang dipublikasikan situs tersebut.
Salah satunya, datang dari seorang pendukung RASIL dengan nama alias
Sidik12Cikeas
yang bermaksud membela, namun dalam pembelaannya itu ia sekaligus memberikan
informasi bahwa ia
banyak mendengar soal Syiah di Rasil.
Selengkapnya sebagai berikut:
Assalamu alaikum wr wb,
Salam sejahtera semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah SWT. Saya
seorang muslim. Saya mulai mendengarkan rasil sejak -+ 1 tahun lalu.
Saya
banyak mendengar soal Syiah di Rasil, bahkan saya pernah ikut aksi
solidaritas
Palestine yang digagas warga Syiah di Monas.
Awalnya
saya sempat berfikir bahwa radio ini adalah radionya Syiah,
namun setelah saya mendengarkan terus siaran-siarannya (khususnya Ustadz Husen
Alatas) saya tidak pernah sekalipun mendengar beliau berlebihan memuji Imam Ali
atau menghujat sahabat Abu Bakar As Shidiq, Umar bin Khatab juga Usman bin
Affan. Saya berkeyakinan bahwa Rasil dan Ustadz Husen bukanlah seorang Syiah.
Terutama ketika dalam satu kesempatan
off air (acara Maulid Masjid
Silaturahim) beliau bersumpah dan mengajak orang yang menuduhnya Syiah untuk
membawa keluarganya di tengah lapang, kemudian berdoa semoga Allah menurunkan
laknatNya kepada beliau dan keluarganya bila mana beliau seperti yang
dituduhkan (Syiah) dan begitu juga sebaliknya.
Yang sering saya dengar adalah soal kerisauan beliau kepada saudara kita
yang sering membid’ah kan saudara yang lain.
Banyak ilmu yang di share Ust Husen dari soal zakat hingga ibadah Haji, dari
soal tanggung jawab suami kepada Istri hingga masalah jihad.
Semoga ini bisa menjadi kesaksian (kecil) soal identitas Rasil dan Ust
Husen. Hingga saat ini saya berkeyakinan bahwa tidak ada yang Ust Husen
sampaikan kecuali kebenaran Islam.
I love Islam, I love every moslim. Satukanlah kami ya Allah dalam ke iman
an hanya kepada Mu. Tumbuhkanlah cinta diantara kami hamba Mu ya Allah.
Allahu Akbar.
Dari pembelaan seseorang dengan nama alias
Sidik12Cikeas tadi,
justru semakin membuat kita yang jeli bertambah kuat dugaannya, bahwa RASIL
memang Pro syi’ah. Sosok
Sidik12Cikeas ini seperti mahasiswa Indonesia
yang belajar agama di Barat. Mereka begitu terpukau, karena profesor yang
mengajarkan Islam di sana pengetahuan Islamnya lebih tinggi dibanding sang
mahasiswa. Sehingga, ketika dibelokkan kepada kesesatan berfikir, liberalisme
dan sebagainya, tidak begitu terasa. Bahkan lebih parah lagi, mereka tidak
merasa telah mempelajari yang salah; justru merasa superior karena merasa telah
mempelajari Islam yang lebih baik, lebih modern, lebih maju, lebih toleran,
dari orang lain. Begitulah prosesnya. Pertama-tama terpukau, lama-lama
tersesat.
Dalam hal kesaksian tentang ustadz Husin Alatas, ada sebuah komentar yang
dipublikasikan di umarabduh.blog.com yang dikirim oleh sosok bernama alias
eyangheri.
Sosok ini (
eyangheri March 3rd, 2012 1:55 am) mengaku pernah menjadi
peserta aktif pada pengajian di daerah Cawang, Jakarta Timur. Selengkapnya
sebagai berikut:
Pada era 1990-an saya aktif mengikuti kajian-kajian yang dibawakan ust.
Husin Alatas di majlis ta’lim daerah Cawang serta di tempat lain.
Pernah pada kajiannya ust. Husin mengangkat tema tentang
kedustaan
beberapa hadist yang diriwayatkan dari Abu Hurairoh RA. Serta sosok
seorang “Abu Hurairoh” yang meriwayatkan begitu banyak hadist dari Nabi
Salallahu Alaihi Wassalam sedang beliau bersama Nabi dalam waktu yang singkat.
Jika ust. Husin berhalangan hadir, maka yang memberikan kajian digantikan
oleh ust Usman Shihab (belakangan saya ketahui bahwa beliau adalah salah satu
tokoh syiah).
Demi ALLAH yang jiwa saya berada di genggamanNYA, pengalaman tersebut di
atas saya alami sendiri. Mengenai kesimpulan, masing-masing menilai sendiri.
Dari komentar
eyangheri di atas, kita memperoleh informasi bahwa
ustadz Husin Alatas sudah sejak 1990-an menjajakan syi’ah, dan salah satu
cirinya adalah merendahkan kedudukan hadits yang diriwayatkan Abu Hurairoh.
Komentar dari
eyangheri sekaligus juga sudah mementahkan pembelaan
seorang pendukung RASIL bernama
Muhammad Hadi Alathas di box komentar
eramuslim, sebagai berikut:
Ayah saya, Hamzah Alatas salah satu pengisi Rasil, beliau bukan syiah, dan
kami juga keluarga masjid Al Hawi Cililitan. Habib Rizieq FPI, mengisi juga di Rasil,
dan beliau juga bukan syiah. Jadi ini bisa dikategorikan fitnah
dong?
Logika terbalik sudah digunakan oleh
Muhammad Hadi Alathas. Mengapa
disebut demikian? Kalau Hamzah Alatas bukan syi’ah tetapi mengerti syi’ah,
tentu ia merasa gerah karena di radio tempatnya berdakwah ada gerakan syi’ah.
Kecuali bila ia bukan syi’ah sekaligus tidak paham syi’ah, maka ia layak
dikategorikan jahil. Tetapi bila ia mengaku bukan syi’ah sekaligus mengerti
syi’ah namun diam saja ada gerakan syi’ah, itu namanya taqiyah atau berdusta.
Meski di RASIL ada narasumber bernama Hamzah Alatas yang mengaku bukan
syi’ah, bahkan ada Habib Rizieq FPI yang dikatakan bukan syi’ah, bukan berarti
keberpihakan RASIL terhadap syi’ah bisa dianulir. Selama RASIL membiarkan dan
atau menyetujui ada pesan-pesan syi’ah di dalamnya, maka tetap saja RASIL dapat
diposisikan sebagai radio yang pro syi’ah.
Bila diibaratkan dengan keberadaan mesjid atau mushalla di kompleks
pelacuran, tentu aktivitas pelacurannya tetap HARAM meski ada mesjid atau
mushalla di tengah-tengah mereka. Boleh jadi, mesjid atau mushalla itu hanya
dijadikan tameng oleh praktisi prostitusi dengan harapan tidak diganyang
masyarakat.
Begitu juga dengan RASIL. Boleh jadi narasumber yang dikatakan bukan syi’ah
itu sekedar dijadikan tameng untuk menutupi wajah syi’ah RASIL yang sebenarnya.
Atau, boleh jadi, narasumber yang dikatakan bukan syi’ah itu sedang bertaqiyah,
padahal sesungguhnya mereka itu berpaham sesat syi’ah laknatullah.
Ibarat kata pepatah, sekelompok burung itu cenderung berteman atau
bergerombol dengan sejenisnya. Burung gereja bergerombol dengan burung gereja.
Kelelawar bergerombol dengan sesama kelawar hidup di dalam gua yang gelap.
Syi’ah dengan syi’ah, atau yang menyerupainya.
Gambar oleh: flickr.com
sumber : (haji/tede/nahimunkar.com)