Kamis, 27 Desember 2018

BEDAH TOKOH SYIAH: Jalaluddin Rakhmat


Pengantar :

Sulit mencari pengganti tokoh syiah sekelas jalaludin rahmat. Banyak hal yang sudah dihaslilkan. Buku, ceramah-ceramah, yayasan, sekolahan, ormas dll. Jika di Bandung, muncul ormas ANNAS untuk membendung aliran syiah berkembang, maka ketika jalal sudah menghasilkan kader yang tersebar maka sudah menjadi penyakit yang akan menyerang umat yang tidak imun terhadap doktrin sesat syiah. Para pengikutnya akan meneruskan perjuangan sang tokoh syiah asli indonesia. 
Ketika alhabsyi meninggalkan YAPI nya sebagai pusat kaderisasi syiah di Jawa Timur, maka di Jawa Barat, jalal akan banyak meniggalkan aset yang akan dijadikan amunisi syiah untuk meneruskan misi perjuangan syiah.
Terlebih semenjak tahun 2014, jalal masuk menjadi anggota DPR di Senayan, sehingga ada beberapa tokoh anti syiah yang keder menghadapi tokoh syiah yang sekarang juga politisi. Kali ini menghadapi pileg 2019, tokoh syiah tersebut juga mencalonkan diri kembali menjadi politis dari PDIP.
Semoga para ulama dan tokoh masyarakat tidak menyurutkan langkah untuk mengedukasi umat dan membentengi mereka dari aliran dan paham sesat syiah, yang sekaang dikemas dengan berbagai kemasan  mengingat, jika mereka saklek dengan metode syiah sebelumnya, maka masyarakat akan bangkit dan menolaknya.

>>>>>>>>>>>>>
Tulisan ini coba menguraikan pemikiran Jalaluddin Rakhmat (Kang Jalal), khususnya tentang pemikiran Islam yang dianutnya. Sumber yang digunakan berasal dari sejumlah wawancara, berita, atau artikel-artikel Kang Jalal yang tersebar di media cetak dan online. Tulisan ini merujuk pula pada sejumlah buku-buku karya Kang Jalal dan pengamatan penulis mulai tahun 2002 hingga 2014.[1]
Sejak masa itulah penulis membaca karya Kang Jalal berupa buku dan buletin,[2] dan menghadiri ceramah-ceramahnya.[3] Juga mengikuti kegiatan keagamaan yang diselenggarakan organisasi IJABI (Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia) dan dinakodai oleh Kang Jalal.
Karena itu, tulisan ini menggunakan penelitian dengan pendekatan insider[4] sehingga lebih banyak mengungkap hasil pengamatan individual ketimbang studi pustaka. Tidak dipungkiri banyak karya ilmiah berupa skripsi, tesis, dan desertasi tentang Kang Jalal yang sudah ditulis. Bahkan ada buku yang khusus membahas Kang Jalal dalam dakwah dengan studi perbandingan dengan tokoh Aa Gym (Abdullah Gymnastiar).[5]




Biografi
Jalaluddin Rakhmat lahir di Bojongsalam, Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, pada 29 Agustus 1948.[6] Pada usia remaja sudah menguasai bahasa Arab berkat mengaji kepada Kiai Shidik. Saat masih kecil pula Kang Jalal ditinggalkan ayahnya yang bergabung dalam barisan penegak syariat Islam. Meski tidak ada peran ayah, ibunya yang membimbing dan memasukan pada sekolah dan madrasah. Kang Jalal termasuk yang sukses dalam menempuh pendidikan. Studi terakhir yang ditempuh adalah pendidikan doktor desertasi berjudul Asal Usul Sunnah: Studi Historiografis atas Tarikh Tasyri’ di Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Sulawesi Selatan. Kang Jalal meraih predikat amat baik dalam ujian promosi doktor dengan co-promotor  Prof Dr H Moch Qasim Mathar MA, promotor Prof Dr H Ahmad M Sewang MA, dan penguji adalah Prof Dr H Abd Rahim Yunus MA, Prof Dr Arifuddin Ahmad M.Ag, dan Dr Hamzah Harun Al Rasyid, Lc MA.[7]
Berkaitan dengan pendidikan terakhir ini, Kang Jalal sempat diisukan tidak punya ijazah master dan doktor. Pernyataan itu datang dari Said Shamad, pengurus LPPI Makassar, dan ditanggapi pengurus IJABI Makassar.[8] Bukannya beres, malah muncul lagi[9]dan segera Kang Jalal menjawab bahwa pernyataan mereka tidak benar.[10]
Kang Jalal memang beda dengan Abdurrahman Wahid yang berani langsung serang. Kang Jalal tidak demikian. Cukup dijelaskan seadanya dengan media yang sama. Ini mungkin bagian dari karakter sehingga Kang Jalal terlihat santai ketika dihujat dan dicaci dalam media sosial maupun masjid.[11] Tidak aneh karena dalam kehidupan sehari-hari, Kang Jalal adalah pribadi yang ramah dan bersahabat tanpa membedakan agama atau latar belakang. Dalam sebuah media, Kang Jalal mengatakan, “Saya tak terlalu peduli orang ikut mazhab saya atau tidak. Yang penting orang itu berbuat baik bagi sesama dan tak menghalangi orang lain berbuat baik.”[12]
Begitu juga dengan sikap rendah hati Kang Jalal terlihat saat bersalaman jika ada yang mencoba mencium tangan, segera menariknya. Pernah suatu waktu tangannya dicium seorang mahasiswa, dengan cepat mencium kembali tangan mahasiswa tersebut. Sesuatu yang tidak biasa karena berdasar pada sikap rendah hati.
Hal lain yang jarang ditemukan bahwa Kang Jalal tidak mau disebut ulama. Orang yang layak disebut ulama adalah Muhammad Quraish Shihab. Pernyataan ini merupakan sikap handap asor dari orang berilmu. Seperti padi, semakin berisi makin merunduk. Bahkan, dalam sebuah acara keagamaan yang mengundang tamu dari Kedutaan Besar Iran pun masih sempat mengatur acara dan bolak-balik mendatangi pemandu acara serta mengatur jalannya kegiatan. Padahal, posisi Kang Jalal adalah orang penting. Bukan sesuatu yang mustahil kalau dalam setiap kegiatan Islam yang diselenggarakan IJABI ada sentuhan tangan dan percikan nalar Kang Jalal. Tampaknya keterlibatan langsung dalam sejumlah acara IJABI adalah bentuk pendidikan dan motivasi bagi generasi muda Islam.[13]
Karya Tulis
Kang Jalal adalah cendekiawan yang mampu menyampaikan pesan agama dengan baik dan relevan dengan kondisi zaman. Kemampuannya dalam ilmu-ilmu sosial, psikologi, filsafat, dan dirasah Islamiyyah tidak kalah hebat dengan cendekiawan luar Indonesia. Terlihat dari ceramah, pengajian, dan seminar yang bernuansa ilmiah. Materi-materi berat seperti filsafat ketika dipaparkan oleh Kang Jalal terasa mudah dipahami ketimbang membaca bukunya langsung yang terkait dengan materi tersebut. Kang Jalal ibarat kran air yang memuaskan dahaga para pencari ilmu.
Kang Jalal pandai memilih bahasa dan rangkaian katanya rapi serta menarik. Pembahasan filsafat dan kajian agama yang dianggap berat pun kalau diuraikan oleh Kang Jalal bisa langsung dipahami. Kang Jalal kadang membuat contoh dengan pengalaman keseharian sehingga terasa menyentuh. Tidak hanya mampu menyampaikan materi di depan orang-orang dewasa. Bahkan, menyampaikan materi agama dan kesehatan otak di depan murid-murid sekolah.[14] Pengakuan kecerdasan Kang Jalal tidak hanya diakui orang Indonesia. Bahkan, ulama dari Iran dalam sebuah seminar di Bandung pernah menyebut Kang Jalal sebagai salah satu tentera terbaik Imam Mahdi as. Juga ulama di Jawa Timur yang memiliki pesantren besar (kini almarhum) menyebut Kang Jalal sebagai seorang doktor yang paham dengan kondisi zaman dan berilmu pengetahuan. Ulama ini menyarankan murid-muridnya agar menimba ilmu kepada Kang Jalal.[15]
Sebagai cendekiawan Muslim, Kang Jalal terlibat dalam urusan masyarakat dan ke-Indonesia-an. Ia pernah diutus Pemerintah Republik Indonesia untuk menyebarkan persatuan Islam kepada ulama Lebanon dan sering diundang untuk konferensi Islam di Iran. Bahkan pernah diminta pidato dihadapan Presiden Iran: Ahmadinejad, berkaitan dengan buku Islam dan dunia.[16]
Sejumlah karya buku yang ditulis Kang Jalal yang diterbitkan adalah  Analisis Isi (1983), Metode Penelitian Komunikasi (1984), Psikologi Komunikasi (1985), Islam Alternatif (1986), Islam Aktual (1991), Renungan-Renungan Sufistik (1991), Retorika Moderen (1992), Catatan Kang Jalal (1997), Reformasi Sufistik (1998), Menjawab Soal-Soal Islam Kontemporer (1998), Meraih Cinta Ilahi: Pencerahan Sufistik (1999), Tafsir Sufi Al-Fatihah (1999), Tafsir Bil Matsur (1994), Rekayasa Sosial: Reformasi atau Revolusi? (1999), Rindu Rasul (2001), Dahulukan Akhlak di Atas Fikih (2002), Psikologi Agama (2003), Meraih Kebahagiaan (2004), Belajar Cerdas Berbasiskan Otak (2005), Memaknai Kematian (2006), Islam dan Pluralisme (2006), Tafsir Kebahagiaan (2010), Al-Mushthafa: Manusia Pilihan yang Disucikan (2008), The Road to Allah (2008),  The Road to Muhammad (2009), Madrasah Ruhaniah (2005), Jalan Rahmat (2011), Sunah Nabawiyah: Kajian 14 Hadis (2012), SQ for Kids (Mizan Pustaka), Khotbah-khotbah di Amerika (Rosdakarya), Menyinari Relung-relung Ruhani (2002), O’Muhammadku (Muthahhari Press, 2001), Khalifah Ali bin Abi Thalib (Rosdakarya), Rintihan Suci Ahlulbait (1988), (Sayyidah) Fathimah Azzahra (Rosdakarya), (Sayyidah) Zainab Al-Qubra (Rosdakarya), Keluarga Muslim dalam masyarakat Moderen (Rosdakarya), Komunikasi Antar Budaya (Rosdakarya), Shahifah Sajjadiyyah (terjemahan Ustadz Jalal), Doa Bukan Lampu Aladin (Serambi, 2013), Berbinar Cinta (Muthahhari, 2015), Afkar Penghantar (2016) dan Jangan Kau Bakar Taman Surgamu (2017).[17]
Buku tersebut adalah yang terdata oleh penulis. Sedangkan di luar itu mungkin bisa lebih banyak, terutama karya bersama dengan penulis lain dalam bunga rampai buku atau pengantar untuk buku-buku terjemahan.[18]
Sementara karya Kang Jalal berupa artkel dimuat dalam buletin Al-Tanwir dan majalah seperti Ummat, Ulumul Quran, Tempo, dan Prisma. Untuk surat kabar harian antara lain Pikiran Rakyat, Fajar Timur, Detik, Republika, Pikiran Rakyat, Kompas,Galamedia, dan lainnya. Juga dimuat dalam jurnal Al-Hikmah dan Al-Huda.[19] Karya berupa buku Kang Jalal terdiri dari: ada yang ditulis langsung dan ada yang ditulis ulang dari ceramahnya. Antara karya yang ditulis sendiri dengan yang ditulis ulang (transkrips) dari sisi bahasa dan gaya penuturan tidak jauh berbeda. Malah tidak mengurangi kelezatan dan citarasa dari sajian pemikiran Kang Jalal.
Sejumlah buku yang ditulis ulang dari ceramah biasanya dibaca oleh Kang Jalal untuk diperiksa dan diberi pengantar sebelum terbit. Hal ini karena buku merupakan karya intelektual sehingga kalau sudah terbit menjadi tanggungjawab penulis yang tertera. Orang yang membaca akan langsung melihat, menilai, dan memberikan apresiasi terhadap penulis. Bukan pada lembaga yang menerbitkan. Itulah yang kemudian setiap kali akan terbit, Kang Jalal meluangkan waktu untuk memeriksanya.[20]
Kang Jalal mengawali karier dalam menulis ketika masih SMP dengan meraih Juara I lomba menulis yang berjudul "Jika Saya Menjadi Seorang Penerbang."[21]
Memang terbukti sekarang ini Kang Jalal sering terbang ke pelosok daerah di seluruh Indonesia dan mancanegara. Tidak hanya terbang, tetapi juga membagikan ilmu dan berkontribusi dalam merajut ukhuwah Islamiyyah.
Selain buku dan media massa, karya Kang Jalal lainnya berupa rekaman berupa cd audio dan video. Dalam acara IJABI biasanya dijual video kajian atau dialog Kang Jalal bersama narasumber lain. Untuk rekaman audio disebutkan sudah ada sekira seribu file audio dan dibagikan secara gratis kepada jamaah IJABI dan masyarakat umum.[22] Kemudian ada juga media online yang khusus memuat artikel Kang Jalal seperti Majulah IJABI (www.majulah-ijabi.org) dan Misykat (www.misykat.net).[23]
Melihat karya yang tersebar dalam beragam media maka layak diakui bahwa Kang Jalal termasuk cendekiawan yang produktif dalam dakwah dan telah memberikan pencerahan pemikiran keislaman.[24]
Pilihan Kang Jalal dalam menyampaikan pengetahuan Islam melalui karya tulis merupakan hal yang baik. Banyak ulama yang berilmu, tetapi karena tidak menulis sehingga tidak dikenal dan hilang ditelan zaman. Tanpa sebuah karya, pasti tidak akan mengenal Ibnu Sina sebagai pakar filsafat, kedokteran, dan saintis. Juga tokoh Abu Hamid Al-Ghazali, Ibnu Rusyd, Mulla Shadra, Miskawaih, Jalaluddin Rumi, Imam Syafii, Al-Bukhari, Ibnu Hisyam, Ibnu Ishaq, Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Khaldun, Abdul Qadir Jailani, dan lainnya.
Meski mereka sudah wafat, orang yang hidup sekian ratus abad setelah mereka masih tetap bisa menikmati buah pemikiran ulama dengan membaca karya tulisnya. Kesadaran menuangkan gagasan dalam tulisan ini memang pernah digaungkan Rasulullah saw: ikatlah ilmu dengan menuliskannya.[25]


Pemikiran Islam
Kang Jalal termasuk cendekiawan yang kontroversial. Nasibnya sama dengan Abdurrahman Wahid dan Nurcholish Madjid yang tidak mudah diterima gagasannya di kalangan fundamentalis Islam Indonesia. Terutama karena Kang Jalal dikenal sebagai tokoh Muslim Syiah Indonesia yang terus mendapatkan serangan dari pihak-pihak anti Syiah.[1]
Tidak hanya disebut sesat, Kang Jalal juga diancam akan dibunuh. Ancaman ini datang ketika Kang Jalal mengerjakan disertasi di Universitas Islam Negeri Makassar. Sejumlah orang datang dan memprotes UIN Makassar meminta agar Kang Jalal dieliminasi dari kandidat doktor. Namun, permintaan mereka ditolak karena UIN Makassar memberikan gelar doktor berdasarkan pertimbangan ilmiah. Karena ditolak, mereka mengeluarkan ancaman dengan menyatakan darah Kang Jalal halal untuk ditumpahkan.[2]
Kang Jalal memang intelektual yang menarik untuk dikaji pemikirannya. Kalau membaca sejumlah buku yang ditulisnya cukup sulit untuk dikategorikan dalam ranah liberal atau fundamental. Hal ini karena dua dimensi itu ada dalam pemikiran Kang Jalal. Liberal terlihat dari keberanian untuk mengkritik pemikiran intelektual maupun politisi yang tidak memihak kaum dhuafa. Tidak anti dengan gagasan dari Barat, bahkan kerap menggunakan istilah dan mengutip pemikiran dari intelektual Barat. Dekat dengan non-Islam dan membela kalangan Islam liberal ketika dikritik kalangan Islam fundamentalis.
Berdasarkan telaah (sementara) terhadap sejumlah buku dan gagasan yang muncul dalam sejumlah forum ilmiah atau seminar, maka dapat dibagi dua.
Pertama adalah Pribumisasi Syiah.[3] Pemikiran ini berkaitan dengan ajaran Islam yang diyakini oleh Kang Jalal, yaitu mazhab Syiah Imamiyah.[4] Kang Jalal mengenal Syiah ketika menghadiri konferensi Islam internasional di Kolombo, Srilangka. Saat itu bersama Haidar Bagir dan Endang Saefuddin Anshari, Kang Jalal mendapatkan undangan untuk menghadiri konferensi. Sebelum berangkat, ketiganya menemui Mohammad Natsir yang berada di rumah sakit. Natsir berpesan bahwa kalau nanti bertemu dengan ulama Syiah jangan didengarkan dan agar menolak buku-buku yang diberikannya.
Dalam konferensi, Kang Jalal bertemu dengan Ayatullah Ali Taskhiri dari Iran. Terkesan dengan perangai akhlaq, cara berbicara, dan pidato yang membuatnya terkagum-kagum sehingga memberanikan diri berkenalan dengan ulama Syiah. Kang Jalal menerima buku-buku dan melakukan konfirmasi langsung kepada Taskhiri tentang Syiah yang diketahuinya di Indonesia.
Kemudian dalam pertemuan Islam di Arab Saudi bertemu dengan Syaikh Muhammad Tijani Samawi dari Tunisia. Dari sana kemudian melakukan dialog dan membaca kemudian mengkaji Syiah langsung pada sumbernya. Kemampuan mengakses sumber-sumber teks bahasa Arab, Inggris, Belanda, Jerman, dan Parsi menggerakan Kang Jalal untuk memahami Syiah dengan baik dari sebelumnya.[5] Ditambah interaksi dengan habib-habib yang memiliki kecenderungan pada mazhab Syiah sehingga makin tertarik dengan ajaran Syiah. Apalagi revolusi Islam Iran di bawah pimpinan Ayatullah Ruhullah Musawi Khomeini yang bergelora sampai Asia Tenggara semakin tertarik untuk menggali Syiah dan bersentuhan dengan buku-buku karya intelektual Syiah modern seperti Murtadha Muthahhari, Ali Syariati, Muhammad Baqir Sadr, dan Muhammad Husein Fadhlullah.
Di antara tokoh Syiah modern yang berpengaruh adalah Muthahhari, yang menginspirasi Kang Jalal untuk mendirikan Yayasan Muthahhari di Bandung bersama Ahmad Tafsir dan Haidar Bagir. Kegiatan Muthahhari memberikan pengajian untuk mahasiswa, mendirikan lembaga pendidikan SMA Plus Muthahhari, menerbitkan jurnal Al-Hikmah dan buletin Al-Tanwir (kini sudah ada bentuk oline yaitu www.altanwir.net).
Menurut Kang Jalal bahwa Muthahhari adalah seorang pemikir Muslim Syiah yang sangat non-sektarian dan yang sangat terbuka dengan berbagai pemikiran. Sangat apresiatif terhadap pemikiran Sunni, tidak menyerang Sunni, dan lebih banyak belajar dari Sunni. Muthahhari juga orang yang dibesarkan dalam sistem pendidikan Islam tradisional, tetapi menerima khazanah pemikiran Barat dengan sikap kritis dan mampu menjembatani dikotomi antara intelektual dengan ulama.[6]
Sebagaimana dinyatakan Kang Jalal dalam wawancara: “Kita pilih ia, antara lain karena pertimbangan itu, bukan karena Syiah. Karena misi Yayasan Muthahhari yang kedua adalah menjembatani antara intelektual dan ulama. Di Indonesia ini banyak cendekiawan yang menulis tentang Islam, tetapi tidak punya dasar dan tradisi Islam tradisional, sebagaimana juga banyak ulama Islam tradisional yang tidak mempunyai wawasan kemodernan. Muthahhari mencerminkan keduanya.”[7]
Dari Muthahhari ini berdiri SMP Plus Muthahhari di Kabupaten Bandung, yang khusus untuk anak-anak dhuafa dengan menggabungkan kurikulum nasional dan pesantren.[8] Pada tahun 2007 lahir Sekolah Cerdas Muthahhari tingkat dasar dan Bahtera Muthahhari tingkat sekolah menengah tahun 2010 di Kota Bandung.[9]
Setelah berhasil mendirikan sekolah dan membina jamaah di Masjid Al-Munawwarah, pada 1 Juli 2000 Kang Jalal mendirikan organisasi masyarakat agama Islam yang bernama Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) di Gedung Merdeka, Bandung. Ormas IJABI ini resmi terdaftar di Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia melalui Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat nomor 127 Tahun 2000/D.I. tanggal 11 Agustus 2000. IJABI didirikan untuk memenuhi kebutuhan umat yang haus pencerahan dan pemikiran  Islam serta membantu meringankan beban mustadhafin dengan program pemberdayaan masyarakat.[10] Kang Jalal sendiri sejak berdiri hingga sekarang menjabat sebagai Ketua Dewan Syura IJABI. Ormas IJABI ini bersifat nasional, berasas Pancasila, dan memiliki cabang yang tersebar di seluruh Indonesia dengan jumlah sekira 2,5 juta orang.[11]
Hampir pada setiap kegiatan IJABI yang bersifat nasional dibacakan teks Pancasila secara bersama dengan dipandu salah seorang panitia, menyanyikan lagu Indonesia Raya, membaca ayat suci Al-Quran, dan melantunkan shalawat. Ini tampaknya keharusan sebagai organisasi nasional sehingga identitas Indonesia muncul dalam setiap kegiatan IJABI. Terbantahkan isu yang menyatakan IJABI sebagai organisasi yang berafiliasi pada wilayah faqih Republik Islam Iran.
Berkenaan dengan pemahaman keagamaan Kang Jalal, secara prinsip tidak berbeda dengan kaum Muslimin Syiah yang tersebar di dunia ini. Meyakini lima dasar agama (rukun iman) yang terdiri dari: tauhid, keadilan Ilahi, nubuwwah, imamah, dan al-maad. Juga mendasarkan amalan ibadah berdasarkan rukun Islam: shalat, zakat, puasa, haji, dan wilayah. Menyelenggarakan Maulid dan Haul Rasulullah saw, Ghadir Khum, Asyura, Nisfu Syaban, dan Lailatul Qadr melalui ormas IJABI sebagai penyelenggaranya.
Dalam penyelenggaraan acara-acara IJABI yang berskala nasional, Kang Jalal memasukan unsur budaya Sunda dalam kegiatan Asyura, Maulid, dan Ghadir Khum. Misalnya pada narasi yang mengisahkan wafat Imam Husain, cucu Rasulullah saw, Kang Jalal membuat syair dalam bahasa Sunda.
Imam Husen imam kaum mustadh`afin
Ngocorkeun getihna
Ngajait nasib nu leutik
Ngabela umat tunggara

Tara sepi pamingpin anu munafik
Ngabobodo rayat
Majar Islam nu diaping
Padahal mangeran dunya

Yazid nyebut maneh Amirul mu`minin
Raja nagri Islam
Bari solat bari haji
Kalakuan euwah-euwah

Rayat ceurik balilihan ting jarerit
Hartana dirampas
Jasmanina dinyenyeri
Jaba batin digerihan

Imam Husen sumegruk bari lumengis
Di makam eyangna
Bari ngeprikkeun kasedih
Ngemutan umat nu lara

Islam nu hak kalandih ku Islam batil
Imam ditebihan
Nu ngagem Islam nu asli
Dicempad majarkeun murtad

Imam Ali nu nyangking wasiat Nabi
Pahlawan khaibar
Kakasih Rabbul Izzati
Dila`nat di mimbar-mimbar

Di Karbala poek mongkleng sepi jempling
Panon poe sirna
Murubut hujan ti langit
Hujan getih jeung cimata

Di Karbala ngababatang raga suci
Putrana Fatimah
Deudeuh teuing putu Nabi
Ditandasa ku umatna

Mastaka nu sok diambung Kanjeng Nabi
Kiwari papisah
Ti jasad kakasih Gusti
Ditancebkeun dina tumbak

Di Karbala ngagolontor getih suci
Ti para syuhada
Anu tigin kana jangji
Bumela ka Imam Jaman

Kumaha rek kenging syafaat Jeng Nabi
Umat nu hianat
Ngiclik nuturkeun si iblis
Bahula ka Rasulullah

Kanjeng Rasul, hapunten abdi nu dolim
Nu teu mirosea
Perlaya na putu Gusti
Al-Husen Abu Abdillah [12]

Tidak hanya bentuk narasi yang disesuaikan dengan budaya lokal, peralatan pendukung pagelaran pun khas Sunda seperti kacapi, suling, angklung, dan lainnya. Bahkan, sekarang ini Kang Jalal sendiri mengenakan ikat kepala (ikaet) dan baju kampret khas Sunda. Hampir pada setiap acara raksukan (pakaian) Sunda dilekatkan seakan menjadi khas Kang Jalal.
Berkaitan dengan ajaran Syiah, Kang Jalal memahami perbedaan Sunni dengan Syiah terletak pada hadis. Mazhab Sunni mengambil hadis-hadis dari sahabat Nabi dan Syiah berasal dari keluarga Nabi.[13] Dalam doa merujuk kepada doa-doa yang diajarkan para Imam dari Ahlulbait yang terdapat dalam Sahifah Sajjadiyah dan Mafatihul Jinan.
Dalam syukuran hari kelahirannya, Kang Jalal sempat membagikan Al-Quran dari Iran yang biasa dibaca penganut Syiah. Menurutnya, Al-Quran yang dimiliki Syiah dicetak lebih baik dengan kertas yang bagus dan desain yang bagus dan cara perlakuan Muslim Syiah terhadap Al-Quran sering dicium serta disentuhkan pada kening.[14]
Pemahaman Kang Jalal yang mungkin beda dengan Muslimin Syiah lainnya berkenaan dengan nikah mut’ah. Secara akademis nikah mut’ah termasuk halal karena didasarkan  pada Al-Quran surah Annisa ayat 24 dan hadis-hadis shahih dari jalur Ahlusunnah. Namun, dikarenakan kondisi masyarakat Islam Indonesia yang belum memahami perbedaan dan masih ada persepsi buruk dengan istilah mut’ah maka oleh Kang Jalal dinyatakan “haram” untuk masyarakat IJABI. Meski tidak diakui dalam Kantor Urusan Agama (KUA), tetapi praktiknya dilakukan semua orang yang menikah karena setelah akad nikah biasanya langsung membaca sighat taqliq thalaq.[15] Di dalamnya disebutkan pernikahan terputus dikarenakan ditinggal suami dan tidak dinafkahi selama enam bulan.[16]
Dalam acara musyawarah IJABI Jawa Barat, Kang Jalal menyampaikan Duta Besar Republik Islam Iran dan ulama Iran pernah meminta berbicara khusus berkaitan dengan isu antiwilayah faqih dan tidak mengikuti marja’ taqlid. Tuduhan itu dijawab oleh Kang Jalal dengan menerangkan bahwa penjelasan wilayah faqih berbeda-beda. Misalnya wilayah faqih menurut Imam Khomeini, wilayah faqih menurut Sayid Husein Fadhlullah, wilayah faqih menurut Ayatullah Muntazhiri, wilayah faqih menurut Ayatullah Kazhim Hairi, dan wilayah faqih menurut Baqir Shadr.[17]
Sekadar diketahui bahwa wilayah faqih merupakan gagasan yang mendasarkan pemerintahan atau masyarakat harus dipimpin oleh seorang faqih atau orang yang memiliki pengetahuan agama yang mendalam (ulama). Gagasan seperti ini kali pertama disampaikan filsuf Plato yang mengatakan masyarakat akan baik kalau dipimpin seorang filsuf. Gagasan ini masuk dalam filsafat Islam melalui gerakan penerjemahan buku-buku dan dikembangkan oleh Al-Farabi yang menulis buku Al-Madinah Al-Fadhilah, Fushul Al-Madani.
Gagasan ini muncul lagi pada zaman modern oleh Imam Khomeini hingga menjadi sistem pemerintahan Republik Islam Iran. Imam Khomeini pula yang menempati posisi sebagai rahbar dalam wilayah faqih. Karena wilayah faqih menempatkan ulama dalam kedudukan yang tinggi maka Kang Jalal sebagai pucuk pimpinan IJABI menempatkan dewan syura[18]di daerah-daerah tempat bernaungnya organisasi IJABI di mana pun berada.[19]
Dalam urusan ibadah, Kang Jalal menyatakan bahwa Muslim Syiah dianjurkan untuk shalat wajib dan shalat jumat bersama Ahlussunnah. Banyak ustadz IJABI yang menjadi khatib dan menjadi pengurus masjid sehingga dalam menjalankan ibadah menyesuaikan dengan pemahaman agama yang berlaku di masyarakat.[20] Hal ini menandakan Kang Jalal melakukan pribumisasi Islam Syiah di tengah masyarakat Indonesia yang beragam budaya dan agama.


Kedua, Paradigma Akhlak. Pemahaman Kang Jalal tentang agama Islam tidak jumud. Kang Jalal melihat yang relevan sekarang ini berupaya mengurangi benturan pemahaman dengan mendahulukan akhlak. Pemahaman ini diceramahkannya dalam pengajian dan ditulis pula dalam buletin Al-Tanwir. Ada sekira empat edisi, Kang Jalal menulis tentang dahulukan akhlak yang kemudian oleh Ustadz Miftah F. Rakhmat disusun menjadi buku tersendiri yang kali pertama diterbitkan Muthahhari Press pada 2002. Lalu, diterbitkan Mizan pada 2007 setelah mengalami perbaikan dan penambahan materi. Kemudian Muhammad Babul Ulum menerjemahkannya dalam bahasa Arab dengan judul‘Alaykum bi Makarim al-Akhlaq, yang terbit di Irak pada 2011.[1]
Apabila melihat konteksnya, gagasan dahulukan akhlak ini dilatarbelakangi pengalaman Kang Jalal saat di kampung kelahirannya. Sebagaimana dituturkannya dalam sebuah wawancara di Jakarta, sebagai berikut:
“Saya harus mengingat kembali pengalaman hidup saya. Saya dilahirkan dalam keluarga nahdliyin. Kakek saya punya pesantren di puncak bukit Cicalengka. Ayah saya pernah ikut serta dalam gerakan keagamaan untuk menegakkan syariat Islam. Begitu bersemangatnya, beliau sampai meninggalkan saya pada waktu kecil dan bergabung dengan para pecinta syariat. Saya lalu berangkat ke kota untuk belajar, dan bergabung mula-mula dengan kelompok Persatuan Islam (Persis) dan masuk kelompok diskusi yang menyebut dirinya Rijalul Ghad atau pemimpin masa depan. Pada saat yang sama, saya juga bergabung dengan Muhammadiyah dan dididik di Darul Arqam Muhammadiyah serta pusat pengkaderan Muhammadiyah. Dari latar belakang itu, saya sempat kembali ke kampung untuk memberantas bidah, khurafat, dan tahayul. Tapi sebetulnya, yang saya berantas adalah perbedaan fikih antara fikih Muhammadiyah dengan fikih NU orang kampung saya. Misi hidup saya waktu itu saya rumuskan singkat: menegakkan misi Muhammadiyah dengan memuhammadiyahkan orang lain. 
“Tapi apa yang kemudian terjadi? Saya bertengkar dengan paman saya yang masih membina pesantren, dan penduduk kampung. Sebab ketika semua orang berdiri untuk shalat qabliyah Jumat, saya duduk secara demonstratif. Saya hampir-hampir dipukuli karena membawa fikih yang baru. Singkat cerita, melalui pengalaman hidup, saya menemukan bahwa fikih hanyalah pendapat para ulama dengan merujuk pada sumber yang sama, yaitu Al-Quran dan sunnah. Hanya saja, kemudian berkembang pendapat yang berbeda-beda. Kekeliruan saya waktu itu: berpikir bahwa fikih itu sama dengan Al-Quran dan sunnah. Artinya, kalau orang menentang Al-Quran dan sunnah, jelas dia kafir. Tapi kalau hanya menentang pendapat orang tentang Al-Quran dan sunnah, kita tidak boleh menyebutnya kafir. Itu perbedaan tafsiran saja.
“Karena itulah kemudian saya berpikir bahwa sebenarnya ada hal yang mungkin mempersatukan kita semua, yaitu akhlak. Dalam bidang akhlak, semua orang bisa bersetuju, apa pun mazhabnya. Lalu saya punya pendirian: kalau berhadapan dengan perbedaan pada level fikih, saya akan dahulukan akhlak. Kalau datang ke jamaah NU yang qunut subuh, demi ukhuwah dan memelihara akhlak di tengah-tengah saudara saya, saya akan ikut qunut, walau saya misalnya orang Muhammadiyah yang tidak qunut. Tapi, ketika bergabung dengan orang-orang Muhammadiyah, saya mungkin tidak qunut demi menghargai jamaah sekitar saya. Itu yang saya maksud mendahulukan akhlak di atas fikih.”
Lebih jauh Kang Jalal juga menjelaskan makna akhlak yang menjadi gagasan utama dari paradigma akhlak yang diusungnya:
“Menurut saya, akhlak sebenarnya tidak ada yang sektarian. Saya percaya, tidak ada relativisme moral, termasuk relativisme akhlak. Ada yang mengatakan bahwa akhlak itu relatif. Menurut saya, orang baik yang menurut orang lain bukan orang baik itu tidak ada. Apakah membantu orang lain, menyebar cinta kasih, menolong mereka yang teraniaya, baik menurut mazhab tertentu, tapi buruk menurut mazhab lain? Saya ingin tahu: adakah akhlak yang sektarianistis? Beri saya satu contoh agar saya tidak kebingungan. Katanya, orang bingung membaca buku saya, karena definisi akhlaknya membingungkan. Menurut saya, akhlak tidak usah didefinisikan. Sebab semua orang tahu mana akhlak baik dan mana yang buruk. Yang ingin saya tahu: kira-kira, apa akhlak yang baik menurut satu mazhab tapi buruk menurut mazhab lain?
“Menurut saya, boleh saja orang lain memakai standar berbeda-beda. Tapi, standarnya adalah akhlak yang disepakati bersama. Kalau bicara tentang akhlak, saya bicara tentang sesuatu yang kebaikannya disepakati bersama. Itulah yang disebut nilai-nilai universal, universal values. Dalam setiap agama, termasuk Islam, terdapat nilai-nilai universal itu. Kita bisa berbagi, hatta dengan agama lain dalam soal nilai-nilai universal ini. Kalau dianalogikan dengan hukum, jadinya kira-kira begini. Di hukum itu, sebenarnya ada masalah antara kepastian hukum dan keadilan. Kalau kita berpegang pada aksara, kepada hukum secara letterlijk , akan ada suatu situasi di mana hukum menjadi tidak adil. Di situlah kepastian hukum bertabrakan dengan ketidakadilan. Analogi itu bisa mengibaratkan soal akhlak dan fikih. Akhlak menurut saya adalah sesuatu yang pasti. Semua orang sepakat soal keutamaan akhlak. Yang tidak sepakat adalah tentang fikih. Jadi, daripada berpegang pada fikih yang tidak pasti, lebih baik kita berpegang pada akhlak yang sudah pasti.”[2]
Dari pengalaman hidup dan renungan terhadap pemahaman agama yang berlaku di masyarakat, Kang Jalal mencoba memberikan penyelesaian dengan mengangkat akhlak sebagai paradigma.
Dalam buku Dahulukan Akhlak Di Atas Fikih, disebutkan paradigma adalah cara memandang atau persepsi manusia terhadap apa-apa yang dipandang. Paradigma menentukan apa yang diyakini kemudian menentukan perilakunya. Untuk menciptakan masyarakat menuju kondisi damai yang penuh persaudaraan (ukhuwah Islamiyyah). Dengan paradigma akhlak ini Kang Jalal berupaya menghadirkan kembali misi Nabi Muhammad saw yang turun untuk menyempurnakan akhlak di tengah masyarakat Indonesia. Banyak ayat Al-Quran dan hadis Rasulullah saw yang berkaitan dengan pentingnya akhlak seperti shalat dapat mencegah perbuatan keji. Dengan menjalankan hidup yang disertai perilaku baik (akhlak) maka tujuan shalat bisa tercapai karena berdampak pada diri. Bila orang Islam ini dalam perilakunya memiliki dampak positif di tengah masyarakat maka tercapai misi agama Islam sebagai rahmatan lil’alamin. Al-Quran sendiri menyebut pendusta agama kepada mereka yang tidak memperlakukan anak yatim dengan baik dan tidak memberi makan orang yang tidak mampu.[3] Dua hal ini termasuk dalam akhlak yang diajarkan Rasulullah saw.
Dalam upaya menguatkan gagasannya, Kang Jalal memuat dialog Rasulullah saw dengan orang Yahudi yang bertanya tentang agama. Orang tersebut bertanya berkali-kali dengan berpindah-pindah posisi; dari depan, kiri, kanan, dan belakang. Jawaban Nabi tetap: agama itu akhlak yang baik dengan contoh tidak marah. Orang yang tidak marah dan mampu mengendalikan diri serta menjaga dari perbuatan yang keji masuk dalam kategori akhlak. Terlepas dari motivasi seseorang dalam berbuat, tetapi secara lahiriah menunjukkan akhlak.
Dalam buku Dahulukan Akhlak Di Atas Fikih, Kang Jalal merujuk pada Al-Quran bahwa keimanan ditunjukkan dengan akhlak yang baik dan kekafiran juga ditandai dengan akhlak yang buruk seperti tidak setia, pengkhianat, pendusta, keras kepala, dan maksiat. Juga disebutkan Kang Jalal dalam hadis Rasulullah saw bahwa ciri orang yang tidak beriman adalah suka mengganggu tetangga, tidak memperhatikan saudara dan membiarkan tetangganya kelaparan, dan tidak memegang amanah. Rasulullah saw tidak menggunakan ukuran fikih untuk menakar keimanan seseorang. Keimanan diukur dengan akhlak dan kemuliaan seseorang juga didasarkan pada akhlak. Sebagai contoh dalam hadis disebutkan: barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya memuliakan tamu, menghormati tetangga, berbicara yang benar atau diam.[4]
Tidak semua orang setuju dengan gagasan Kang Jalal ini. Melihat dari judul bukunya,Dahulukan Akhlaq di Atas Fiqih, langsung terkesan mengabaikan fiqih. Bahkan seorang ustdaz di Jakarta, pelajar Indonesia di Qom (Iran), dan dosen di UIN Sunan Gunung Djati Bandung tidak sepakat dengan paradigma akhlak ini.[5] Kemungkinan mereka ini belum memahaminya secara komprehensif dan tidak melihat perkembangan pemikiran Kang Jalal. Sesuatu yang sah kalau ada yang tidak setuju dengan gagasan seseorang karena pemikiran manusia tidak ada yang sakral meski merujuk pada Al-Quran dan hadis. Namun, dari orang-orang yang tidak setuju atau mengkritik Kang Jala belum ada yang berani menuangkannya dalam bentuk buku atau makalah ilmiah yang terbit dalam jurnal.
Masih berkaitan dengan paradigma akhlak, dalam sebuah facebook Kang Jalal memberikan komentar terhadap orang yang menyerang, khususnya dari kalangan anti Syiah. Kang Jalal menulis sebagai berikut:
“Assalamu alaikum: Maaf, sudah lama saya tidak mengomentari posting saudara-saudaraku. Terima kasih kepada semua pihak yang rajin mengunjungi laman ini. Akhirnya, terpulang kepada yang Mahakasih untuk menilai niyat saudara bergabung bersama saya. Tetapi inilah komentar umum untuk beberapa komen yang tampaknya dipergunakan oleh segelintir orang (untungnya segelintir) untuk menyerang kelompok Islam yang lain tanpa ilmu, tanpa petunjuk, dan tanpa kitab.
“Dari komen-komen di tempat ini, saya melihat jelas sekali perbedaan akhlak pembenci Ahlul Bait dengan pecintanya. Akhlak bisa dilihat dari kalimat-kalimat yang ditulis. Kata Imam Ali: Al-Lisaan miizaanul insaan. Lidah itu ukuran kemuliaan manusia. Karena itu, saya biarkan pembenci Syiah menunjukkan akhlaknya di laman ini. Qad tabayyanar rusydu minal ghayy. Sudah jelas sekali kebenaran berbeda dari kesesatan. Para pecinta Ahlulbait, tunjukkan akhlakmu yang mulia!
“Saya tidak memasukkan mereka ke dalam spam atau remove dengan harapan saudara bisa ‘mendidik’ mereka. Atau mereka mendidik diri mereka sendiri. Kita juga bisa belajar tentang akhlak yang buruk dari para pelakunya. Sebagaimana kita tidak enak membacanya, maka jangan biarkan orang lain tidak enak membaca tulisan kita. Inilah yang sekarang disebut sebagai ethics of reciprocity, yang diajarkan oleh seluruh agama. Karena itu, sekarang orang menyebutnya global ethics.
“Do not do unto others what you do not want them to do unto you. Jangan lakukan pada orang lain apa yang kamu tidak ingin orang melakukannya kepadamu. Pada kesempatan lain akan saya kutipkan berbagai kitab suci tentang etika global ini dengan redaksi yang bermacam-macam. Kata orang Jawa, jangan cubit orang kalau kamu tidak mau dicubit. Kalau mau pura-pura menjadi filusuf, inilah salah satu kategori imperatif Immanuel Kant.
“Sekali lagi terima kasih atas posting-posting yang saudara kirimkan dan kita berbagi pengetahuan dan pengalaman yang mencerahkan pemikiran dan menaikkan status ruhaniah kita. Laa yadhurrukum man dhalla idzahtadaytum.”[6]
Khulasah
Kang Jalal merupakan tokoh Islam yang populer hingga ke luar Indonesia. Kang Jalal tidak hanya bergerak dalam ranah teoritis, tetapi juga praktis. Ini membuktikan Kang Jalal bukan seorang intelektual menara gading. Gagasan Kang Jalal berkembang terus. Asalnya seorang modernis yang mengusung Islam puritan, berubah menjadi Syiah, kemudian mengusung ukhuwah Islamiyyah dengan paradigma akhlak. Masih ada gagasan sufisme, kritik historis Nabi, dan Agama Madani yang perlu dikaji tersendiri sehingga akan menampilkan peta pemikiran dan gambaran sosok Jalaluddin Rakhmat secara holistik. Semoga ada yang berkenan untuk melakukan kajian lanjutan. Bahkan, sangat memungkinkan untuk dikritik. Siapa yang berani? (tamat)

PENULIS: Ahmad Sahidin adalah alumni Pascasarjana UIN SGD Bandung. Tulisan ini merupakan makalah yang pernah dipresentasikan saat kuliah di UIN Bandung.

tulisan di atas, kami nukil dari sebuah web syiah ijabi. aslinya adalah 3 tulisan. catatan kaki bagian pertama dan kedua bisa dirujuk di web aslinya. 

Rabu, 26 Desember 2018

ORMAS SYIAH INDONESIA INI SUDAH 5 TAHUN

Kamis, 13 Desember 2018 Dewan Pengurus Pusat Ahlulbait Indonesia (DPP ABI) mengadakan rapat kerja yang ke-5 di kantor DPP ABI Jakarta. Kegiatan ini di hadiri oleh perwakilan setiap Departemen dan Lembaga Otonom seperti, Organisasi, Pendidikan dan Kader, Litbang, Sosial Seni dan Budaya, ABI Rescue, Muslimah Ahlulbait Indonesia, Pandu Ahlulbait dan YAMABI.

Dalam acara ini setiap perwakilan departemen dan Lembaga Otonom diminta mempresentasikan program yang sudah dilaksanakan di tahun 2018 dan yang akan dilakukan di tahun 2019 akan datang.
Selain itu ustaz Hasan berpesan selama beberapa tahun kita berjalan banyak kekurangan dan kelebihan yang kita alami, namun dari semua itu kita berharap Allah memberikan kita taufiq agar semua kekurangan bisa kita perbaiki lebih baik untuk memajukan organisasi ini.



Ini adalah salah satu gambaran yang ditempuh syiah. Mereka yang dalam beberapa tahun terakhir mendapatkan penolakan dari masyarakat, secara ormas masih tetap jalan. Ada pendapat yang mengatakan bahwa sekarang syiah sedang tiarap. Kita harus tetap waspada bahwa bisa jadi syiah mengurangi kegiatan yang bersifat perayaan, tapi secara organisasi mereka terus melakukan kegiatan dalam rangka menyebarkan dakwah syiah.

SAR SYIAH MASIH EKSIS

Tepat satu tahun yang lalu Departemen Sosial, Seni dan Budaya Ahlulbait Indonesia (ABI) menyelenggarakan Pelatihan Dasar SAR (Search And Rescue/Pencarian dan Pertolongan) serta Pelantikan ABI Rescue, di Depok, Jawa Barat. Kegiatan ini merupakan lanjutan dari pelatihan tahun 2016 lalu bersama Badan SAR Nasional (Basarnas).

Tedi Nurbani selaku ketua ABI Rescue, sebuah divisi ormas syiah di bidang SAR menerangkan setelah dilantik banyak hal yang sudah dilakukan diantaranya, Baksos di bulan Ramadan, Evakuasi warga dan membersihkan rumah yang terkena banjir, khidmat fogging gratis kepada masyarakat yang membutuhkan serta ikut hadir membantu korban gempa Lombok NTB, gempa dan tsunami Palu, Sulawesi Tengah hingga sekarang masih berlanjut.




“Alhamdulillah respon masyarakat tentang ABI Rescue selama ini positif seperti waktu ABI Rescue turun pada waktu kali Ciliwung meluap, gempa Lombok NTB, gempa dan tsunami Palu Sulteng. Tidak ada masalah selama ini malah mereka welcome,” tutur Tedi saat diwawancara oleh media syiah, ABI.

Tedi menambahkan selama membantu menangani bencana alam khususnya di daerah ada permintaan untuk membentuk tim ABI Rescue seperti Palu, Lombok dan Balikpapan. Ini menjadi tanda bahwa di ketiga tempat tersebut sudah ada komunitas syiah yang ke depan akan membuka cabangnya. Ini adalah salah satu cara syiah menyebarkan dakwahnya. Jika syiah secara langsung menyebarkan ideologi syiah maka akan mendapatkan penolakan maka sekarang mereka menggunakan strategi lewat jalur sosial dan kemanusiaan. Mereka berusaha membantu masyarakat yang sedang terkena musibah. Ini tidak mungkin akan mendapatkan penolakan. Jika dirasa masyarakat sudah terambil hatinya, maka ketika identitas syiah dimunculkan, masyarakat sudah merasa hutang budi karena sudah terbantu.

“Adanya permintaan di daerah agar mempermudah koordinasi pusat dan daerah (wilayah bencana), memperkuat benteng pertahanan ABI dengan khidmat pada masyarakat melalui ABI Rescue. Adapun harapan kedepannya ABI Rescue bisa lebih eksis dimasyarakat pada umumnya dan bisa bersinergi dengan instansi internal dan eksternal.” Pungkasnya.

SYIAH JEPARA DAN SYIAH AMBON MAULID ANEH!!

MAULID SUNNI DAN SYIAH DI JEPARA

Syiah di Jepara memiliki kebiasaan yang aneh. Mereka sengaja melakukan maulid, bareng dengan NU. Miqdad Turkan, seorang tokoh syiah Jepara,  dalam acara peringatan Maulid Nabi Saw di Candi Banjaran Bangsri, Sabtu malam 9 Desember 2018.




“Meskipun dalam peringatan itu mereka melakukan aktifitas yang berbeda-beda dalam menunjukan rasa cintanya. Ada yang melakukan pengajian, ada seminar, ada terbangan dan sholawatan,” katanya di hadapan ratusan hadirin.

Miqdad berusaha membela diri: “Meski mazhab kita berbeda, meski pilihan politik kita berbeda. Tidak ada alasan kita tidak bersatu padu,”

Tokoh syiah asal Jepara itu mencontohkan apa yang dilakukan di pusat syiah yaitu Iran saat melakukan pekan persatuan Sunnah dan Syiah yang sudah dilakukan selama 38 tahun.
“Jika saja dua agama yang berbeda antara Islam dan Kristen, nabi Muhammad dan Isa as, ada persamaan dan perbedaan namun bisa duduk bersama. Tentunya jika sama-sama muslim meski mazhab berbeda maka kesempatan untuk bersatunya lebih besar dan lebih layak.” tambahnya.



MUI JEPARA HADIRI MAULID SYIAH

“Satu Islamnya pun mazhabnya berbeda. Itu sudah merupakan sunatulloh tidak akan bisa dijadikan satu mazhab, atau sama semua.” Ujar ketua MUI Jepara dalam ceramahnya.
Ulama yang juga dosen itu mengingatkan, bahwa karena cinta kita kepada Nabi Muhammad perbedaan bisa diatasi dan bisa berkumpul.



“Diakhirat nanti saat kita meninggal, malaikat tidak akan bertanya mazhabnya. Anda Syiah atau Sunny, tapi iman dan amal ibadahnya kita.” Tuturnya.

Kita duduk bersama dalam suasana damai, maka itulah arti dari Baldatun Thoyyibatun Warobbul Ghofur, harapan kita sebagai bangsa Indonesia.

Di akhir ceramahnya, tokoh Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Jepara itu juga mengingatkan agar jangan mudah termakan hoax atau fitnah.

SYIAH MALUKU MENGADAKAN MAULID

Pada bulan Rabiul Awal di mana bulan mulia ini adalah hari kelahiran Nabi Muhammad Saw, syiah Maluku  pun ikut mengadakan Peringatan Maulid Nabi Muhammad 1440 H  pada hari Ahad, 9 Desember 2018 di Masjid al-Musyafa, Batumerah kota Ambon. Meski telat perayaannya yang biasa diperingati oleh mayoritas kaum Muslimin pada tanggal 12 Rabiul Awal dan oleh Muslim Mazhab Syiah pada 17 Rabiul awal tetapi tidak mengurangi khidmat dan semangat mereka dalam rangka kecintaan kepada junjungan Mulia Nabi Agung Muhammad Saw.

Sebagai penceramah utama yaitu ustaz Abdullah Beik MA. Dia merupakan salah tokoh syiah lulusan Iran. Ini menunjukkan bahwa syiah dalam mengadakan maulid saja sampai mendatangkan tokoh dari Jakarta. Turut hadir pula Dr. Muhammad Rahayamtel selaku ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Ambon, dihadiri juga sebagai tamu undangan Kolonel Susilo yang mewakili Pangdam XVI Pattimura. Acara sampai dengan selasai berjalan dengan sangat lancar.




Menjadi catatan kita bahwa, pola di Jepara dan di Maluku hampir sama. Syiah mengadakan maulid. Mereka mengajak pihak non syiah yang mau. Mereka juga mengundang MUI untuk menghadirinya. Ini juga pola yang dilakukan di Iran. Mereka di beberapa kota mengadakan maulid bersama. Mereka membuat tipu daya, dan tipu daya Allah lebih baik.


SYIAH JABAR SELENGGARAKAN MAULID NABI

Bandung, Pada tanggal 9 Desember 2018, ormas syiah untuk wanita, Muslimah Ahlulbait Indonesia Jawa Barat (MAI JABAR) mengadakan peringatan Maulid nabi Muhammad Saw di Pasanggrahan KABUCI Restoran Cimahi.

Acara ini di selenggarakan oleh ormas syiah Pimpinan Cabang MAI Cimahi  (PIMCAB) & LBH yang di hadiri kurang lebih 200 orang  dari perwakilan PIMCAB MAI Bogor, Purwakarta, Majalengka, Jatiwangi, Rancaekek, dan ibu-ibu Majelis ta’lim sekitar tempat pelaksanaan.
Turut hadir ustaz Ahmad dari Jakarta sebagai penceramah, beliau menyampaikan beberapa kisah hikmah tentang perjungan nabi Muhammad saw dan melalui perjuangannya demi agama Islam, sangat patut untuk dijadikan idola dalam kehidupan kita.



Di Jawa Barat, perkembangan syiah relatif cepat. Ini disebabkan oleh adanya ormas syiah Ijabi yang berpusat di Bandung Jawa Barat. Dakwah yang dilakukan syiah IJABI, banyak mendapatkan pengikut disekitar Jawa Barat. Terlebih kajian rutin yang diadakan Ijabi, dihadiri peserta yang tidak hanya dari bandung, tapi juga dari seluruh Jawa Barat.

Meski umat islam sudah melakukan antisipasi dengan didirikannya ANNAS, Aliansi Nasional Anti Syiah, namun perkembangan syiah tidak begitu saja terhenti. Dibutuhkan kepedulian para ulama di berbagai kota untuk membentengi umatn Islam dari pemahaman syiah.

SYIAH KALBAR Mengadakan Pelatihan Tata Kelola Organisasi

ABI mengadakan pelatihan Tata Kelola Organisasi di Pontianak, Kalimantan Barat pada 9 Desember 2018. Acara ini terselenggara atas kerjasama Departemen Litbang, Pendidikan dan Kader, Dewan Pengurus Wilayah Ahlulbait Indonesia Kalbar dan Pandu Kalbar.

Agus Gundari menuturkan, kegiatan ini menerangkan tentang pengetahuan peserta terhadap peran & tugas DPW, pemahaman pengurus terhadap proses Musyawarah Wilayah (Muswil) dan Musyawarah Daerah (Musda) dan peningkatan kemampuan peserta dalam menyusun program kerja.
Adapun tujuannya meningkatnya pengetahuan dan keterampilan pengurus DPW dalam mengelola organisasi.




Ini menjadi bukti bahwa syiah sudah sampai ke pelosok Indonesia. Di Kalimantan, memang hampir tiap profinsi ada komunitas syiah. Mereka sudah tersebar dan juga melakukan dakwah ala syiah. Di beberapa tempat, mereka memiliki yayasan dan juga huseiniyyah, tempat ibadah khas syiah. Ini menjadi tantangan buat para dai bahwa syiah sudah menyebar ke seluruh Indonesia.

KH. Imam Gazali Said (Tokoh NU) pergi ke IRAN

Pengasuh Pesantren Mahasiswa An-Nur Surabaya Dr. KH. Ahmad Gazali, MA dihadapan sejumlah ulama dan cendekiawan syiah Iran memperkenalkan peran Hadratussyekh Hasyim Asy'ari dalam dunia Islam pada persentase makalah "Peran Hadratussyekh Hasyim Asy'ari dalam Kemerdekaan RI" di Al-Mustafa International University, Qom Republik Islam Iran, Sabtu 8 Desember 2018
Dalam penyampaiannya, tenaga pengajar di UIN Sunan Ampel Surabaya tersebut mengatakan Hadratussyekh Hasyim Asy'ari tidak hanya menunjukkan peran besarnya dalam upaya kemerdekaan dan menjaga kemerdekaan RI namun juga menjaga keutuhan masyarakat dunia Islam khususnya perannya dalam mencegah rezim al-Saudi merusak makam Nabi Muhammad saw yang dapat memicu kemarahan umat Islam seluruh dunia.



"Surat Hadratussyekh Hasyim Asy'ari kepada raja Abdul Aziz al-Saud meminta agar empat mazhab resmi Islam tetap harus mendapat tempat di Saudi dan makam Rasulullah saw jangan sampai dihancurkan sebagaimana nasib Pemakaman Baqi, sampai sekarang masih ada. Yang menunjukkan, peran dan pemikiran Hadratussyekh tidak hanya mencakup negara Indonesia saja, namun juga melampaui batas teritorial negara, yaitu dunia Islam secara umum."

"Pandangan KH. Hasyim Asy'ari tentang nasionalisme tidak bertentangan dengan Islam sudah diamalkannya jauh sebelum proklamasi dikumandangkan. Ketika penjajahan Jepang, ia mengeluarkan fatwa haram hukumnya melakukan seikeirei (membungkuk ke arah Istana kaisar Jepang), yang mengakibatkan ia dipenjara dan disiksa tentara Jepang." Lanjut ulama NU Jatim tersebut.

Pemikiran-pemikiran Hadratussyekh menurut KH. Ahmad Gazali yang konsisten dan bersikukuh menjaga toleransi antar umat beragama demi terciptanya kedamaian dan keamanan di NKRI terus dilanjutkan oleh anggota-anggota NU sampai sekarang. "Saat ini, kita berhadapan dengan fakta merebaknya paham-paham radikal dan fundamentalis yang mengatasnamakan Islam, yang berpotensi mengancam keutuhan bangsa, yang karena itu NU berdiri dibarisan terdepan bersama dengan ormas Islam moderat lainnya akan berdiri menghadapinya." Tegasnya.

Dibagian lain pemaparannya, sang Kyai menyebut secara kulutural NU tidak jauh berbeda dengan Syiah yang merupakan mazhab terbesar di Iran. Mengutip perkataan Gusdur, NU adalah Syiah minus imamah. "Tradisi yang berkembang dan dipraktikkan warga NU itu banyak yang sama dengan tradisi masyarakat Syiah, seperti meramaikan  peringatan maulid, haul dan senang ziarah kubur." Ungkap KH. Ahmad Gazali.

Ditambahkan oleh Prof. Dr. Ali Mufradi, MA, "Salah satu teori masuknya Islam ke Nusantara, adalah dibawa oleh pedagang Gujarat Persia yang bermazhab Syiah.
Jelas Guru Besar Fakultas Adab UIN Sunan Ampel Surabaya di dalam pertemuan yang juga dihadiri sejumlah mahasiswa Indonesia di Iran tersebut.

Pada sesi tanya jawab, KH. Imam Ghazali menjawab pertanyaan dari seorang dosen Iran yang menanyakan bagaimana pemikiran Hadratussyekh Hasyim Asy'ari terhadap perjuangan Palestina dan berdirinya Israel, dengan berkata, "Hadratussyekh telah wafat sebelum Israel berdiri, namun jika melihat keterlibatan Hadratussyekh di dunia internasional dan gagasan-gagasannya mempersatukan umat Islam, maka tentu Hadratussyekh akan berpihak dan memberi dukungan pada perjuangan rakyat Palestina, dan itu juga yang dipegang oleh NU sampai hari ini."

"NU sebagaimana bangsa Iran, terus menyatakan dukungan pada bangsa Palestina dan menuntut rezim Zionis untuk mengembalikan hak-hak rakyat Palestina." Ungkapnya.
Dibagian akhir penyampaiannya, KH. Imam Gazali Said mengkritik perpustakaan-perpustakaan Iran yang menurutnya tidak menyimpan satupun naskah tulisan ulama-ulama Indonesia baik berbahasa Arab maupun berbahasa Indonesia, sementara perpustakaan di Mekah, menyimpan banyak kitab-kitab yang ditulis ulama nusantara. "Sebelum kemenangan revolusi Islam di Iran saya sudah banyak melahap buku-buku karya Imam Khomeini dan Baqir Sadr. Hal inipun seharusnya diikuti oleh ulama-ulama di Iran agar dengan membaca pemikiran ulama-ulama Indonesia, Iran lebih bisa mengenal masyarakat muslim Indonesia lebih dekat."

Disebutkan, rombongan guru besar dan dosen UIN Sunan Ampel Surabaya yang dikepalai oleh Dr. KH. Imam Gazalli Said berada di Iran dari 1-11 Desember 2018 dalam rangka mengikuti short course dan international research di Al-Mustafa International University Qom. Selain berada di Qom, rombongan juga mengunjugi kota besar lain di Iran seperti di Esfahan dan Tehran.
Ini adalah program rutin Iran, mengundang tokoh-tokoh berpengaruh dari Indonesia. Mereka akan diundang dan perlihatkan kondisi Iran yang memang sudah disetting. Sepulang dari Iran, diharapkan para tokoh itu menjadi peredam fakta bahwa Iran adalah tempat yang tidak kondusif bagi ahlu sunnah. Program rutin syiah ini  sudah berlangsung bertahun-tahun. Para tokoh yang diundangpun merasa mendapatkan kehormatan. Ini menjadi PR para tokoh Islam, bahwa umat butuh informasi tentang ideologo syiah secara menyeluruh termasuk kitab-kitab rujukan mereka yang penuh dengan laknat dan cacian terhadap para sahabat. Bukan hanya dengan kampanye bahwa di Iran, orangnya lebih islami dan agamis. Namun secara aqidah telah sesat dan menyeleweng.

KAMPUNG LITERASI SIGI, DIBANTU SYIAH

Sulteng – Berbagai cara dilakukan untuk membantu mengurangi beban psikologis warga pasca gempa bumi, tsunami, dan likuefaksi di Kota Palu, Donggala, Sigi, dan Parigi Moutong, 28 September lalu. Salah satunya yang dilakukan oleh kelompok anak muda ini.

Namanya adalah Kampung Literasi Sigi (KLS). KLS berada di Desa Walatana, Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi, hampir 50 kilometer dari Kota Palu, ibu kota Sulawesi Tengah. KLS dibentuk beberapa saat setelah musibah gempa bumi berkekuatan 7,7 skala richter yang turut memporak-porandakan desa ini. Selain kerusakan pada puluhan unit rumah, sawah dan kebun warga setempat terdampak likuefaksi atau penurunan muka tanah.

Sejumlah kegiatan telah dilakukan di desa ini. Dalam upaya pemberdayaan, KLS telah menggelar pelatihan pemanfaatan cacing untuk kebutuhan pertanian warga. Untuk masyarakat umum, telah rutin dilaksanakan pengajian dan kajian-kajian agama Islam. Yang tak kalah menyita perhatian adalah anak-anak yang notabene generasi penerus bangsa.  Ada program harian untuk anak-anak, berupa kegiatan baca, belajar mengaji, dan klinik Pekerjaan Rumah (PR).



Pada Minggu, 25 November 2018, pengelola KLS merintis pojok baca di salah satu rumah warga.  Pojok  baca atau perpustakaan mini itu adalah salah satu metode atau strategi literasi untuk mendekatkan masyarakat dengan buku.  Koordinator KLS, Saddam Husein mengungkapkan, pihaknya selaku pendamping KLS akan membuat jadwal kegiatan pojok baca. Jika jumlah buku yang tersedia memadai, pojok baca bisa diaktifkan setiap hari pada waktu yang telah disepakati bersama.
“Untuk saat ini, buku yang tersedia masih minim dan butuh donasi buku-buku dari berbagai pihak,” kata Saddam.

Para pendamping KLS pun berharap ada tangan-tangan dermawan yang bisa memberikan dukungan dalam pengembangan pojok baca, baik melalui bantuan materil maupun moril.
Tak disangka, harapan tersebut mendapat sambutan dari sebuah ormas syiah yaitu Ahlulbait Indonesia (ABI) dan lembaga World Ahlulbayt Islamic League (WABIL). Perwakilan organisasi peduli kemanusiaan ini, pada Rabu, 28 September 2018, berkunjung ke desa yang berjarak kurang lebih dua jam dari Palu. Mewakili ABI dan WABIL, Ustad Ahmad Hidayat (seorang tokoh nasional lulusan Iran) mengatakan apa yang dilakukan KLS perlu mendapat apresiasi karena anak-anak muda di sini bekerja atas nama kemanusiaan.

Ia pun mendukung program KLS dengan menyerahkan tas sekolah untuk anak-anak di desa ini. Harapannya, anak-anak binaan KLS tidak patah semangat untuk terus sekolah dan belajar dalam suasana yang terbatas.  Dalam kesempatan tersebut, Ustad Ahmad bersama warga setempat juga larut dalam lantunan shalawat.

Program lain
Pendamping KLS lainnya,  Imam Mulki menambahkan, pihaknya saat ini mematangkan kemah literasi yang akan dilaksanakan saat pergantian tahun nanti. Kemah literasi di Desa Walatana akan diisi dengan beberapa lomba literasi, seperti baca puisi, pidato, penghargaan untuk pengunjung pojok baca terbaik, hafalan surat-surat pendek Alquran, dan lomba menggambar tingkat Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar.  Kegiatan ini akan dilaksanakan dalam tingkat kecamatan.

Menjadi catatan bagi kita adalah, ketika ada umat islam yang sedang kena musibah, disitu dibuatkan taman bacaan, dan yang akan memberi bantuan adalah ormas syiah, maka bisa dipastikan bahwa buku-buku yang akan disumbangkan ke kelompok belajar tersebut adalah buku-buku syiah. Ini menjadi tahap awal dari proses mengajak syiah secara halus. Kita semua mengetahui bahwa buku-buku syiah dengan secara halus akan mengajak pembacanya untuk mendukung ideologi syiah yang secara prinsip dan dasar adalah bertentangan dengan ajaran islam yang disepakati ulama salaf.
Ini adalah pukulan bagi ormas islam yang lain. Jika syiah bisa menanamkan titiknya pada daerah tersebut, maka dalam waktu yang akan datang akan ada simpatisan atau bahkan akan menjadi pengikut syiah yang akan mendakwahkan syiah di lokasi tersebut. Mari waspada

Pelantikan Pengurus ormas syiah, MAI Pimwil DKI Jakarta


Jakarta, Pada Jumat 30 November 2018, dilakukan pelantikan pengurus MAI Pimwil DKI Jakarta periode 2018 sampai dengan 2021. Hal itu dilakukan setelah sebelumnya pemilihan pengurus pada bulan Agustus. Pelantikan ini dilangsungkan di Gedung Islamic Cultural Center (ICC) Jakarta Selatan pada sore hari.

Acara seperti biasa dibuka dengan lantunan ayat suci Alquran dan menyanyikan lagu Indonesia raya dilanjutkan dengan hymne ABI. Acara dibuka oleh direktur ICC Hujatul Islam Dr Abdulmajid Hakeemilahi. Dalam sambutannya beliau menyampaikan tentang pentingnya berorganisasi.
Menurutnya di setiap gerakan yang sukses memiliki tiga kunci atau strategi, pertama pengenalan akan potensi yang ada di diri kita, yang kedua mengetahui  hambatan yang akan mengganggu jalannya gerakan, terakhir adalah program yang disusun harus sesuai dengan database dari kedua poin itu, program harus dibuatkan dalam tiga jangka yakni jangka pendek, menengah dan panjang.



Beliau menambahkan bahwa dunia sekarang sedang berpacu dengan kecepatan yang sangat tinggi, para musuh Islam sudah melakukan gerakannya dengan kecepatan yang sama juga kecepatannya, “jika kita masih berjalan seperti biasa atau malah lebih parahnya jalan di tempat  maka kita akan tertinggal jauh dan bahkan tergilas, saya yakin bahwa ibu-ibu di sini sedang mempersiapkan kendaraan yang sangat cepat itu,” tutupnya.

Hassan Dalil Alaidrus selaku Ketua Umum DPP Ahlulbait Indonesia turut mengisi acara pelantikan ini, menurutnya organisasi yang baik adalah yang bisa mengubah tantangan menjadi peluang, diharapkan oleh beliau saat ini bangsa Indonesia membutuhkan putra-putri yang tangguh untuk membangun negeri, para Ibu MAI menurutnya mempunyai kontribusi yang sangat besar untuk mewujudkan ini. MAI harus melahirkan program-program yang bisa menunjang penguatan organisasi secara khusus dan lebih luasnya adalah keumatan.

Selanjutnya sambutan oleh perwakilan DPW ABI Iid Ahmad, wakil ketua MAI pusat Syarifah Aminah Assegaf. Terakhir pembacaan sususan pimpinan wilayah provinsi DKI Jakarta periode 2018 – 2021 oleh Syarifah Maisaroh. Acara ditutup dengan pembacaan ikrar di bawah kitab suci Alquran oleh semua pengurus terpilih DKI Jakarta.
Sumber : web resmi ABI


SYIAH JAWA BARAT: DPW Dan DPD ABI Jawa Barat

Syiah sebagai sebuah gerakan selalu melakukan strateginya secara rapi. Diawali dengan membuat ormas yang memang secara hukum di Indonesia adalah sesuatu yang legal. Maka dalam perjalanannya mereka selalu melakukan rapat dan koordinasi. Misalnya yang dilakukan oleh Departemen Organisasi DPP ABI (Ahlulbait Indonesia), sebuah ormas syiah besar disamping IJABI, bersama DPW ABI Jawa Barat mengadakan Pelatihan Kapasitas Tata Kelola Organisasi Di Bandung pada 24 November 2018.

Menurut Agus Gundari selaku ketua Departemen Organisasi, kegiatan ini menguatkan beberapa point yaitu, mengenalkan dan praktek metode analisis TOWS untuk merumuskan strategi prokerwil, metode atau teknik pemetaan dan analisis pemangku kepentingan (stakeholder) untuk merumuskan materi rekomendasi wilayah dan Frame work Business Model Canvas, dari Alexander Osterwalder dengan 9 elemen bisnis untuk diadopsi menjadi kerangka penyusunan program kerja atau kegiatan tahunan.






“Dimungkinkan kegiatan disinergikan dengan kegiatan Departemen lain, seperti Litbang, Sosial, Seni dan Budaya ABI.” Tambahnya. Ini merupakan bagian dari program ormas syiah mengembangkan dakwahnya dengan melalui ormas yang selalu melakukan diklat dan rapat agar mereka bisa menggaet banyak pengikut.

Kamis, 13 Desember 2018

ACARA ACARA SYIAH DI BULAN NOVEMBER 2018

Syiah banyak mengadakan acara di bulan November 2018. Berikut ini adalah pamflet yang mereka sebarkan. Cukup banyak bukan?. Ini menunjukkan bahwa mereka aktif dan serius dalam dakwahnya :







Rakyat Iran Menderita, Para Elit dan Pejabatnya Hidup Mewah


Teheran – Di tengah krisis ekonomi yang menjerat Iran, ketimpangan sosial menjadi sorotan para aktivis lokal. Para elit bergelimang harta, sementara rakyat merasakan beban ekonomi seiring berlakunya sanksi AS.

Menyikapi hal ini, para aktivis lokal meluncurkan kampanye yang menargetkan beberapa elit terkaya di negara itu dan tokoh paling berpengaruh. Di antaranya terhadap Panglima Tertinggi Iran (IRGC), Mohammad Ali Jafari dan putranya. Keduanya terus menjalani kehidupan yang mewah, selan hewan peliharaan yang bernilai tinggi.



Seyed Mahdi Sadrossadati memposting gambar di Instagram yang menunjukkan putra Jafari berpose di sebelah harimau di teras rumah.

“Seekor harimau di rumah? Apa yang terjadi?” tulis Sadrossadati memberikan caption, sebagai ungkapan kemarahan atas ketimpangan ekonomi antara orang kaya dan masyarakat Iran.

“Dan ini ada seorang pemuda berusia 25 tahun yang tidak bisa mendapatkan kekayaan seperti itu. Orang-orang mengalami kesulitan serius mendapatkan popok untuk anak-anak mereka,” tambahnya.

Para aktivis mengecam korupsi dan meluasnya orang-orang kaya yang hidup sembarangan, sementara mayoritas rakyat Iran menghadapi melemahnya ekonomi akibat sanksi AS.

Sadrossadati telah memposting video-video perdebatan antara dirinya dan beberapa dari mereka yang dikritik.

Dalam sebuah sesi, ia menghadapi putra mantan gubernur bank sentral Mehdi Mazaheri, yang menuai banyak kritik setelah fotonya mengenakan arloji emas besar muncul.

Dalam debat panas, Sadrossadati berkata: “Bagaimana Anda menjadi kaya? Berapa banyak uang yang Anda mulai dan berapa banyak uang yang Anda miliki sekarang? Berapa banyak pinjaman yang telah Anda ambil?”
BACA JUGA  Iran dan Turki Perkuat Hubungan Dagang di Tengah Sanksi AS

Tak ada tanggapan pasti dari Mazaheri. Dia hanya berjanji akan bersedia berbagi dokumen tentang keuangannya.

Anak-anak dari lebih dari selusin pejabat lainnya telah dikritik secara online dan sering disebut sebagai “aghazadeh”, secara bahasa artinya “terlahir mulia”. Sebuah ungkapan dalam bahasa Farsi, yang maknanya untuk mencibir kemewahan mereka.

Mata uang Iran telah mencapai 149.000 dolar AS di pasar gelap yang digunakan untuk sebagian besar transaksi, turun dari sekitar 43.000 pada awal 2018 ketika Presiden AS Donald Trump bersumpah untuk menarik diri dari kesepakatan nuklir antara Teheran dan kekuatan dunia yang bertujuan untuk mengekang program nuklirnya.

Kemarahan publik telah terjadi di Iran selama beberapa waktu. Demonstrasi untuk memprotes kesulitan ekonomi telah menewaskan 25 pengunjuk rasa, mulai tumbuh akhir tahun lalu dan menyebar ke lebih dari 80 kota dan desa.

Sumber: kiblatnet

Kamis, 29 November 2018

CATATAN PENGIKUT SYIAH INDONESIA YANG IKUT ARBAIN


Sepenggal Kisah Ziarah Arbain yang diunggah pada 11 November, 2018 oleh seorang pengikut syiah indonesia yang ikut acara arbain di Iraq.
Jika Allah berkehendak, siapakah yang bisa menghalangi ?
Selama bertahun-tahun saya menjadi Syiah, pada setiap menjelang waktu ziarah Arbain tiba, saya hanya bisa tercenung dan menatap sedih ketika teman-teman Syiah saling sapa sambil bertanya “berangkat Arbain?”
Terbersit dalam pikiran mungkinkah saya bisa berangkat ziarah Arbain mengingat kondisi ekonomi yang tidak mendukung ?






Saya memang terlambat menjadi Syiah. Saya memperoleh hidayah masuk Syiah di usia menjelang senja dimana semangat dan kesempatan kerja mulai menurun, kondisi ekonomi juga melemah. Tetapi alhamdulillah, tidak ada kata terlambat untuk bergabung dalam bahtera Ahlulbait as.
Resiko sosial yang akan diterima sebagai pengikut Ahlulbait as sudah siap saya hadapi, baik dalam lingkungan keluarga maupun pergaulan di masyarakat. Bagi saya berwilayah kepada Ahlulbait Rasulullah saw menjadi harga mati.
Dari perjalanan sejarah Ahlulbait as dan para Syiahnya, kita semua tahu bahwa menjadi Syiah tidak mudah, dan tidak semua orang bisa masuk Syiah, hanya manusia terpilih saja.

Terbukti, ganjalan pertama datang dari anak-anak yang sudah dewasa dan sudah berkeluarga. Sikap dan respon mereka adalah respon khas masyarakat umum yang awam tentang Syiah, baik di alam nyata maupun di medsos bahwa “Syiah itu sesat”.
Meskipun tidak secara terbuka menentang, tapi sikap mereka tampaknya belum menerima kebenaran tentang ajaran Ahlulbait. Semoga dengan berlalunya waktu seiring dengan doa yang selalu saya panjatkan, Allah swt berkenan membuka pintu hati anak-anakku agar bisa memperoleh hidayah untuk bergabung dalam wilayah Ahlulbait as.

Dalam keterasingan ini, akhirnya saya berlabuh di lingkungan komunitas Syiah Pulogebang – Jakarta Timur dan ikut berkecimpung dalam kegiatan pengajian rutin mingguan.
Majelis taklim Pulogebang ini yang dikomandoi oleh Haji Halimi, sebenarnya sangat strategis karena lokasinya berbatasan dengan kota Bekasi, sehingga teman-teman Syiah yang berdomisili di Bekasi bisa lebih dekat menimba ilmu.
Dalam rutinitas kehidupan di lingkungan Pulogebang ini, keterasingan tetap menggelayuti diri. Trenyuh dan sedih terus merayapi relung hati ini ketika menjelang ziarah Arbain tiba.

Ketika beberapa teman di Komunitas Pulogebang ini berangkat ziarah Arbain, kerinduan dan pengharapan dalam hati ini kembali bergelora.
Ya Allah, hamba mohon undanglah hamba untuk berziarah mengunjungi para kekasih-Mu. . .
Ya Imam Husein junjunganku, izinkan hamba berziarah ke pusaramu, ridhoilah hamba jadi pencinta dan pengikutmu . .raihlah tangan hamba yang banyak dosa ini . . .

Ya Shohibuzzaman, ya Mahdi junjunganku, semoga engkau menolong hamba. . .

Hamba ingin menyempurnakan bai’at hamba kepada kalian Ahlulbait as dengan menziarahi kalian secara phisik, hamba ingin meraih tangan-tangan suci kalian sebelum akhir hayat hamba . . .

Dan tahun 2017, begitu pulang dari Arbain, Haji Halimi berkata “Pa Cip, tahun depan sampeyan berangkat ya!.”

Bagai mendengar petir di siang hari yang terang benderang saat mendengar ucapan itu. Tak banyak yang bisa saya ucapkan, hanya rasa syukur dan terima kasih yang bergaung dalam hati saya yang dalam. Semoga Allah SWT, Rasulullah saw dan para Maksumin as ridho atas ziarah hamba ini.

Jika ziarah hamba ini Engkau terima ya Allah..
Pahala dari setiap langkahnya hamba hadiahkan pula untuk Rasulullah saw, untuk para Maksumin as dan keluarganya, untuk sayidah Zaenab dan para tawanan keluarga Rasul saw, untuk para syuhada Karbala, untuk Rahbar Sayyid Ali Khamenei, untuk para pejuang Syiah melawan zionis dan setan besar Amerika, untuk kedua orangtua kami yg telah meninggal dunia, saudara-saudara kami yg telah meninggal ataupun masih hidup.

Karbala, Irak. Sucipto

UIN JOGJA STUDI BANDING KE SEKOLAH TINGGI SYIAH DI JAKARTA

Jakarta, Setelah tujuh bulan yang lalu mahasiswa-mahasiswi jurusan filsafat Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon berkesempatan melakukan studi banding di sebuah sekolah syiah, Sekolah Tinggi Filsafat Islam (STFI) Sadra, kini giliran Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta.







Seluruh mahasiswa UIN Yogya yang ikut serta dalam studi banding berjumlah lima belas mahasiswa, sembilan dari putra dan enam putri. Mereka terdiri dari beragam tingkatan strata satu (S1), mulai dari semester tiga, lima dan tujuh, bahkan ada pula yang S2. Sebagaimana yang dikatakan salah satu mahasiswinya Rosi Islamiyati saat ditemui SPS di Sadra pada Jumat (16/11).

Presiden BEM Sadra Rahmat Hariyadi dan Ketua Menteri Hubungan Luar Qotrun Nada Annuri menyambut kedatangan mereka di kampus Sadra pada Minggu 11 November 2018. Kemudian, mereka diantar ke asrama mahasiswa Sadra sebagai tempat penginapan mereka selama studi banding.
“Bagi yang putra di asrama Lebak Bulus (Jakarta Selatan) dan yang putri di asrama Gandul (Depok),” kata Qotrun saat ditemui SPS di Sadra, Jakarta, pada Jumat (16/11).

Enam hari selanjutnya, pada 12-17 November 2018 kegiatan studi banding dilaksanakan. Demikian yang tertera pada jadwal kuliah UIN Suka yang diterima SPS dari Qotrun melalui whatsapp pada Sabtu (17/11). Jadwal tersebut merupakan rangkaian kegiatan mereka yang dibuat oleh pihak akedemik Sadra.
Mereka, jelas Qotrun, mengikuti perkuliahan dengan para dosen filsafat STFI Sadra, baik bergabung di kelas mahasiswa filsafat STFI Sadra semester lima dan tujuh, ataupun kelas khusus mereka yang studi banding.

Materi-materi perkuliahan yang mereka dapatkan, seperti Epistemologi, teori Ontologi Filsafat Hikmah Muta’aliyyah, Teori Eskatologi Hikmah Muta’aliyyah, Filsafat Barat, Kalam Jadid (teologi kontemporer), Studi Literatur Filsafat Islam, dan lainnya.

Dosen-dosen yang mengajar, di antaranya Dr. Kholid Al-Walid, Dr. Abdelaziz Abbaci, Dr. Cipta Bakti Gama, Dr. Sayyed Ali Sholeh, Dr. Matius Ali, Dr. Hadi Kharisman, Dr. Basrir Hamdan, Ammar Fauzi, Ph.D dan Azam Bahtiar, M.S.I. (Difa/SPS)
Sumber : Lpm-demosophia dot com

12 NEGERI DI MALAYSIA HARAMKAN AJARAN SYIAH

KUALA LUMPUR -- Sebanyak 12 dari 14 negeri atau negara bagian di Malaysia mengharamkan ajaran Syiah. Associate Professor of Islamic Theology Universiti Sains Islam Malaysia (USIM) Prof Dr Kamaludin Nurdin Al-Bugisy mengemukakan hal itu saat dihubungi dari Kualalumpur pada Senin (10/9).



Komisi hak asasi manusia Malaysia atau SUHAKAM pada Kamis (6/9) lalu menyesalkan tindakan keras terhadap sekelompok kecil Syiah di Negeri Kelantan, yang mengamalkan ajaran agama mereka. Negeri yang mengharamkan Syiah adalah Wilayah Persekutuan, Pulau Pinang, Kelantan, Terengganu, Malaka, Selangor, Kedah, Perak, Johor, Perlis, dan Pahang.
Dua negeri yang belum mengharamkannya adalah Sabah dan Sarawak. "Syiah berupaya dan berjuang semaksimal mungkin dalam pemerintahan baru untuk diakui dan dibolehkan menyebarkan ajarannya namun mendapat rintangan berat dari 12 negeri, yang telah memfatwakan pelarangan," kata Pakar Syiah asal Indonesia tersebut.

Lulusan Universitas Al-Azhar, Kairo, tersebut mengatakan pemerintah Malaysia menyatakan bahwa akidah ahlussunnah wal jamaah menjadi pegangan umat Islam. "Setiap ajaran bertentangan dengan faham dan amal 'ahlussunnah wal jamaah' dilarang dan dibatasi penyebarannya di kalangan umat Islam," katanya.
Kementerian Dalam Negeri menetapkan organisasi Syiah Malaysia menyalahi Undang-Undang Pasal 5 (1) Akta organisasi 1966 pada 24 Juli 2013. "Hingga kini, hampir semua negeri di Malaysia memfatwakan pengharaman Syiah. Dari semua negeri tersebut, hanya Sabah dan Sarawak yang belum melarangnya," katanya.

Dia mengatakan, fatwa di Malaysia bukan sekedar memberikan penjelasan hukum sebagaimana Majelis Ulama Indonesia tapi mengikat dan dilaksanakan sebab mufti di Malaysia di bawah naungan raja. Jadi, kata dia, kalau sudah difatwakan oleh mufti negeri atau provinsi, maka yang melanggar akan ditindak sesuai dengan fatwa tersebut.

"Sekedar contoh, fatwa Negeri Sembilan mengharamkan penyebaran wahabi. Jadi, sekiranya ada ustadz beraliran wahabi dan isi ceramahnya nyata-nyata menyebarkan akidah wahabi, maka ustadz inipun akan ditangkap sebagaimana halnya Syiah di seluruh Malaysia," katanya.
Sumber : Antara/Reuters