Apa hukumnya mengucapkan selamat natal atas milad Nabi Isa As kepada tetangga dan teman yang beragama Kristen?
Pertanyaan
Salam.
Bagaimana hukumnya memberikan ucapan selamat natal kepada umat
Kristiani yang merupakan tetangga atau teman kita, menurut pandangan
mazhab Ahlulbait ? Terima kasih
Jawaban Global
Nabi
Isa As merupakan salah satu nabi besar Ilahi yang harus kita, sebagai
Muslim, imani dan hormati. Sesuai dengan hukum al-Quran, kaum Muslim
tidak meyakini adanya perbedaan di antara para nabi, “Rasul
telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari
Tuhan-nya, begitu juga orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada
Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan para rasul-Nya. (Mereka
berkata), “Kami tidak membeda-bedakan antara rasul-rasul-Nya”, dan mereka berkata, “Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami, ya Tuhan kami, dan hanya kepada-Mu-lah tempat kembali.” (Qs. Al-Baqarah [2]:285)
Karena
itu, pada milad dan hari kelahiran para nabi di samping Anda
mengucapkan selamat kepada kaum Kristiani, Anda juga dapat memberikan
ucapan selamat yang sama kepada kaum Muslimin.
Hanya
saja, ucapan selamat kepada kaum Kristiani sah-sah saja dilakukan
apabila didasari oleh ingin menunjukkan diri sebagai tetangga yang baik
dan sebagai bentuk penghormatan kepada tetangga dan teman-teman yang
beragama Kristen. Namun tidak dibenarkan apabila ucapan selamat tersebut
disampaikan dengan dasar takzim kepada mereka dan kita ingin
mengekspresikan persahabatan yang bertentangan dengan kemaslahatan umum
kaum Muslimin.
Al-Quran dalam hal ini menyatakan, “Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi
dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebagian mereka adalah
pemimpin bagi sebagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil
mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan
mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang zalim.” (Qs. Al-Maidah [5]:51)
Di tempat lain, al-Quran menyebutkan, “Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang yang
membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara
orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu dan orang-orang yang kafir
(musyrik) menjadi pemimpinmu. Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu
betul-betul orang-orang yang beriman.” (Qs. Al-Maidah [5]:57)
Untuk diperhatikan:
Akhir
kata kami merasa perlu mengingatkan bahwa meski kaum Muslimin tidak
membeda-bedakan para rasul Ilahi dan memandang kesemuanya berasal dari
Allah Swt serta meyakini semuanya harus dihormati, namun jelas bahwa
masalah ini tidak ada kaitannya dengan nasakh agama-agama sebelumnya
oleh agama-agama setelahnya; karena sebagaimana yang telah dijelaskan
secara detil pada tempatnya,[1] ajaran-ajaran
para nabi laksana ajaran-ajaran pelbagai tingkatan pendidikan dan
pengajaran semenjak tingkat SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi, meski
prinsip mereka satu, namun pelajaran-pelajaran yang diajarkan harus
dipraktikan dan dijalankan pada pelbagai tingkat dan jenjang
pendidikannya masing-masing. Tatkala seorang murid naik jenjang
pendidikan yang lebih tinggi maka secara otomatis jenjang pendidikan
yang lebih rendah akan dikesampingkan namun pada saat yang sama seluruh
jenjang pendidikan ini tetap mendapatkan penghormatan dan perhatian.[2] [iQuest]
[1].
Silahkan lihat Tujuan Pengutusan Agama-agama dan Penyempurnaan Agama,
3540; Tipologi Keunggulan Islam atas Agama-agama Lainnya, 12304.
[2]. Nasir Makarim Syirazi, Tafsir Nemune, jil. 2, hal. 398, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Teheran, 1374 S.
sumber : abna.ir (situs berita syiah ternama)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar