Anak adalah individu yang lemah. Tanpa pertolongan orang lain,
ia tak akan dapat hidup dan memperoleh makan. Bila orang lain tak membantunya
dan tak memenuhi kebutuhannya, ia akan mati. Orang-orang yang merawat bayi juga
bertanggung jawab atas pendidikannya, termasuk pendidikan moral dan agama.
Apa yang diajarkan kedua orang tua terhadap anak-anaknya—juga
lingkungan dan sarana yang disediakan bagi pertumbuhan dan pembinaan
mereka—haruslah sedemikian rupa sehingga dapat mendorong sang anak memiliki
sikap taat dan patuh. Rasa kasih sayang serta kelemahlembutan dalam kehidupan
rumah tangga akan memberikan ketenangan, menciptakan ketentraman, mendidik,
membentuk akhlak, dan memperbesar penerimaan serta kepatuhan anak.
Bila seorang ayah—yang merupakan simbol keadilan, ketertiban,
dan kedisiplinan—sedangkan seorang ibu—yang merupakan simbol kasih
sayang—berjalan bersama, saling memahami dan melaksanakan ketentuan dan tata
tertib, niscaya akan menciptakan landasan yang baik bagi pendidikan akhlaq
anak-anak mereka. Dengan demikian, mereka juga akan mampu meredam berbagai
terpaan kuat bencana, petaka, dan berbagai pengaruh sosial terhadap anak-anak
tersebut. Dikarenakan orang tua adalah figur yang sangat penting dan
berpengaruh dalam perkembangan identitas dirinya.
Berbagai cara dan kebiasaan yang diperoleh seorang anak dalam
lingkungan rumah tangga—seperti berinteraksi, sikap, dan rasa kasih sayang
yang ia peroleh dari lingkungan tersebut—akan merasuk kedalam jiwanya. Sebab
seorang anak akan tumbuh berdasarkan kebiasaan yang ia dapatkan di waktu kecil,
misalnya perilaku ingin bebas, marah, dengki, tergesa-gesa, nafsu yang tak
terkendali, gegabah, sifat keras dan tamak. Semua hal tersebut akan sulit
dihilangkan ketika ia sudah dewasa. Bahkan akan menjadi tabiat yang berakar
kuat.
Jadi masa kanak-kanak sangat penting bagi pembentukan
kepribadian anak dimasa selanjutnya. Pada masa tersebut, seorang anak menyerap
perilaku, kebiasaan, wawasan yang akan tertanam kuat dalam dirinya, yang akan
berperan dalam pembentukan kepribadiannya. Pada tahap ini, anak akan lebih
cepat menerima apa yang didengarnya dan lebih cepat dalam mempelajari dan
mengikuti sesuatu, sehingga dia mampu menyimpan banyak perasaan, sensitivitas,
pemikiran, kebiasaan, tradisi dengan cepat. Dan ini tak akan mampu dilakukan
oleh orang yang sudah melampau tahap ini. Oleh karena itu disebabkan “lahan
manusia†dalam diri anak—yang mencakup “lahan†kekuatan, kejiwaan, keruhanian, dan
emosional—masih kosong dari ikatan dan pengaruh luar apapun. Jadi, periode
masa kanak-kanak adalah masa yang sangat cepat dalam menerima pengaruh sesuatu.
Dan di situlah peran penting orang tua dalam menanamkan nilai-nilai agama
kepada anak sehingga dapat membentuk perilaku anak yang sesuai dengan ajaran
agama Islam sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rosulullah saww yang
merupakan suri tauladan semesta alam.
Dalam sejarah Imam Ali bin Abi Tholib, yang mana sejak kecil
diasuh dan dibimbing oleh Rosulullah saww, yang mana seluruh sifat-sifat
kemanusiaan dan kemuliaan tampak nyata pada sosok lelaki agung ini. Pribadi
agung ini merasa bangga dengan pendidikan yang diperolehnya semasa kecil.Beliau
menceritakan kepada kita tentang kekayaan spiritual yang didapatkan semasa
kanak-kanak dan beliau juga bangga terhadap pembimbingnya yang agung yaitu
Rosulullah saww. semua kecenderungan akal dan perasaan Imam Ali telah
terpuaskan semasa kanak-kanak dalam pangkuan Nabi saw. Rosulullah saww telah
memuaskan Imam Ali lansung dari mata air cinta dan kasih sayang beliau serta memberinya
pelajaran akhlak dan memerintahkannya untuk mengikutinya.
Akan tetapi, banyak realita yang kita hadapi sekarang ini,
banyak orang tua yang sibuk bekerja, karena tuntutan ekonomi, berangkat pagi
dan pulang tengah hari, mereka meningggalkan anak-anak mereka, banyak orang
tua juga yang tidak peduli dengan pendidikan anak-anaknya. Mereka
menyerahkan pendidikan anak sepenuhnya pada sekolah, karena mereka berpikir
bahwa sekolah satu-satunya yang bertugas meberikan pendidikan pada seorang
anak. Selain itu, banyak orang tua lupa bahwa harapan-harapan mereka terhadap
anak tidak mungkin terwujud kecuali mereka memberi suri teladan yang baik.
Orang tua tidak bisa mengaharapkan anaknya jujur, sementara mereka sendiri suka
berbohong. Sangat aneh, orang tua mengaharapkan anak-anak mereka tumbuh menjadi
anak yang sholeh, sementara mereka tidak pernah sholat dan memabaca
Al-Qur’an. Semua itu dikarenakan suri tauladan sangat penting dalam proses
pendidikan anak.
Oleh karena itu, Islam memberi tuntunan pada umatnya untuk
meletakkan pendidikan agama sejak pra nikah, masa prenatal, sejak lahir bahkan
sepanjang hayat. Seperti salah satu contoh Agama Islam menganjurkan ketika anak
lahir di dunia hendaknya mengumandangkan azan di telinga kanannya dan iqomah di
telinga kirinya, yang dengan ini berarti pendidikan agama terhadap anak telah
dimulai sejak saat itu. Jiwa anak yang masih bersih dan begitu juga saraf dan
otaknya yang masih lembut, pada awal kehidupannya telah dikenalkan kepada suara
lembut kumandang azan dan iqomah.
Menyadari pentingnya penanaman nilai-nilai agama terhadap anak,
sangat diharapkan bagi orang tua untuk melakukan pengajian-pengajian untuk
menimba ilmu agama agar dapat memberi teladan yang baik kepada anaknya, cara
mendidik anak, dan lain sebagainya dalam rangka menanamkan nilai-nilai agama
terhadap anak apalagi disaat zaman yang serba canggih, teknologi mutakhir, dan
akses informasipun mudah di dapat. Maka dari itu, tepat pada tanggal 25 ktober
1995, Habib Husein Bafagih dan Syarifah Muzna mendirikan Fathimiyah. Dan
alhmadulillah mendapat sambutan yang baik dari pecinta Ahlul bayt di sekitar
Bangsri hingga sampai sekarang mempunyai anggota sekitar 200 orang. walaupun
memang sering jatuh bangun tapi alhamdulillah masih tetap eksis dan semangat
dari hari ke hari, dengan adanya pengajian rutin tiap 2 bulan sekali dan
diadakannya peringatan-peringatan besar Ahlul bayt dan yang lainnya.
Visi dan misi Fathimiyah
1. menyambung tali silaturahmi antar sesama
2. meningkatkan rasa kebersamaan
3. meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang ajaran-ajaran mazhab Ahlul bayt
4. meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt
1. menyambung tali silaturahmi antar sesama
2. meningkatkan rasa kebersamaan
3. meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang ajaran-ajaran mazhab Ahlul bayt
4. meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt
Program-program Fathimiyah
1. mengadakan pengajian tiap 2 minggu sekali bergilir dari mushola ke mushola
2. mengadakan peringatan-peringatan wiladah dan syahadah para ma’sumin
3. mengadakan peringatan syahadah Imam Husein khusus akhwat se-Jawa Tengah
4. mengadakan peringatan Milad Sayyidah Fathimah se-Jawa Tengah
5. mengadakan bakti sosial
6, mengadakan training untuk anak-anak di bulan Ramadhan
1. mengadakan pengajian tiap 2 minggu sekali bergilir dari mushola ke mushola
2. mengadakan peringatan-peringatan wiladah dan syahadah para ma’sumin
3. mengadakan peringatan syahadah Imam Husein khusus akhwat se-Jawa Tengah
4. mengadakan peringatan Milad Sayyidah Fathimah se-Jawa Tengah
5. mengadakan bakti sosial
6, mengadakan training untuk anak-anak di bulan Ramadhan
Sumber : www.darut-taqrib.org/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar