A.
YAYASAN SYIAH DAN SEJARAH SYIAH MASUK NTB
Ada 2 yayasan syiah di NTB yaitu :
a.
Yayasan Alqurba
b.
Yayasan Alhasyimi
SYIAH DI NTB 2008
Penolakan acara syiah di NTB
Pada tahun 2008, telah terjadi penolakan acara syiah oleh masyarakat sekitar
Pernyataan Ketua MUI NTB, Saiful Islam tentang syiah di NTB :
Ketua MUI NTB, Saiful Islam pada media Massa :
1.
“Menurut MUI, Ajaran Syiah Tidak Sesat”
2.
“Ajaran Syiah tidak sesat. Dan tidak ada yang mengatakan bahwa ajaran Syiah itu sesat.”
3.
“Bahwa selama ini MUI tidak pernah menyatakan bahwa Syiah itu sesat. Memang ada beberapa perbedaan antara ajaran Ahlussunnah dengan Syiah. Namun, Aqidah, Rukun Islam, Rukun Iman, dan yang lainnya sama”
Sumber : Harian Lombok Post ( Selasa, 15 Januari 2008 ) dan juga Harian NTB Post, pada Selasa 22 Januari 2008
Tentunya judul besar tersebut bukan tanpa sebab. Semua berawal dari keresahan dan protes warga muslim Ampenan terhadap ritual pengikut Syiah mengenang peristiwa wafatnya cucu Nabi Muhammad, Husein radhiallahu’anhu. Nah, rupa-rupanya ketidaksetujuan akan sikap warga Ampenan inilah yang mendorong Ketua MUI NTB melontarkan statement, “Ajaran Syiah tidak sesat. Dan tidak ada yang mengatakan bahwa ajaran Syiah itu sesat.”
Beliau (Ketua MUI NTB) juga lebih lanjut menjelaskan, bahwa selama ini MUI tidak pernah menyatakan bahwa Syiah itu sesat. Memang, ungkap beliau, ada beberapa perbedaan antara ajaran Ahlussunnah (baca: Islam) dengan Syiah. Namun, Aqidah, Rukun Islam, Rukun Iman, dan yang lainnya sama.
Juga dimuat di republika online :
Mataram-RoL– Pembina Al Qurba, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Hasyim Umar menyatakan, aktivitas keagamaan yang menganut aliran Syiah tidak ada yang menyimpang dari ajaran yang diajarkan Nabi Muhammad SAW.
“Pernyataan pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat menegaskan bahwa pengikut Syiah bukan penganut aliran sesat, sebagaimana yang sengaja dilontarkan elit tertentu di daerah ini,” katanya kepada wartawan di Mataram, Minggu malam, sehubungan adanya penyerangan sejumlah warga di Ampenan. Menurut dia, penyerangan sejumlah warga Ampenan terhadap kelompok Syiah yang sedang melakukan aktivitas pembacaan surat Yasin, takbir dan ceramah agama menyambut tahun baru Islam merupakan tindakan tidak terpuji dari provokator yang sengaja menyebarkan fitnah.
Aktivitas keagamaan yang dilakukan dalam menyambut tahun baru Islam tidak ada yang menyimpang dari ajaran Nabi Muhammad dan kitab yang digunakan adalah Al Quran serta Al Hadist. “Tetapi elit yang menjadi provokator sengaja menyebarkan rumor yang mendeskreditkan bahwa seolah-olah pengikut Syiah melakukan aktivitas yang menyesatkan,” katanya.
Salah seorang ustad syiah Nasional mengisi acara syiah di NTB
Dikatakan, rumor negatif yang sengaja dihembuskan bahwa pengikut Syiah membenarkan perkawinan tanpa disaksikan wali ataupun pengikut Syiah memiliki nabi lain selain Nabi Muhammad SAW adalah tidak benar. Pihaknya melaksanakan rukun Islam sebagaimana yang diajarkan dan tidak ada penyimpangan sebagaimana yang diisukan selama ini terhadap masyarakat awam, sehingga menyebabkan mereka melakukan pelemparan-pelemparan saat melaksanakan aktivitas pengajian.
“Nabi yang kami agungkan adalah Muhammad, kitab Sucinya adalah Al Quran, bahkan pelaksanaan ibadah haji juga sama tidak ada yang menyimpang, tetapi mengapa mereka harus melakukan tindakan tidak terpuji seperti ini,” katanya. Hasyim menjelaskan pihaknya dalam melaksanakan aktivitas menyambut tahun baru Islam telah memberi tahu lurah dan masyarakat setempat dan dinyatakan tidak ada masalah, artinya sudah ada restu dan izin.
Aktivitas tersebut juga tidak sampai menimbulkan kebisingan bagi warga setempat sehingga tidak ada alasan sejumlah warga yang datang berbondong-bondong melakukan penyerangan. Penyerangan yang dilakukan sejumlah masyarakat tersebut terjadi sekitar pukul tujuh malam sehabis salat Maghrib, sekelompok massa melakukan penyerangan namun berhasil dihalau oleh aparat kepolisian, sehingga tidak sampai terjadi kerusakan maupun korban jiwa.
Polisi meminta acara syiah dibubarkan karena rawan konflik
Kapolres Mataram AKBP Triyono yang datang bersama dengan Walikota Mataram, H. Moh. Ruslan, SH, meminta pihak Al Qurba untuk menghentikan sementara aktivitas itu dan memulangkan sejumlah undangan ke tempat masing-masing menggunakan kendaraan kepolisian.
Pihaknya sempat mendapat penjagaan dan pengawalan pihak kepolisian guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, meskipun sempat terjadi pelemparan polisi berhasil mencegah sehingga tidak ada kerusakan yang berarti.
Dari pantauan wartawan, pengawalan polisi dari Polsek Ampenan dan Polres Mataram berlangsung hingga larut malam, setelah sejumlah massa yang sempat berkonsentrasi berhasil dibujuk membubarkan diri.
bersambung ...