Rabu, 23 September 2020

AKANKAH SYIAH HILANG DARI MADURA? (7 dari 9 tulisan berseri)

 
Juli 2011
Tajul mendapat informasi bahwa situasi di Karang gayam telah kembali normal dan hal ini adalah kesempatan bagi dirinya untuk kembali pulang. Maka pada 24 Juli 2011 dia pulang ke Karanggayam. Berita kepulangan Tajul segera diketahui masyarakat disekitarnya, dan keesokan harinya pada 26 Juli 2011, ratusan massa kembali mengepung kediaman Tajul Muluk dan mengancam akan membakar rumah itu. Akhirnya, untuk yang kedua kali Tajul Muluk kembali diamankan oleh petugas Polres Sampang. Dan seperti pada kejadian sebelumnya, Tajul kembali ditempatkan di kantor polres Sampang layaknya tahanan rumah. Karena khawatir Tajul akan ditahan oleh Polisi, sekitar seratus warga syiah sampang pada 28 juli 2011 datang ke Kantor Polres Sampang dan menuntut kepada Polisi agar Tajul dijinkan pulang bersama mereka ke Karanggayam. Tentu saja pihak Polres Sampang tidak mengijinkan tuntutan tersebut, bahkan para pejabat Polres Sampang menegaskan tidak akan dapat mengendalikan keamanan desa Karang gayam apabila Tajul kembali kesana. Akhirnya, Tajul membatalkan niatnya pulang ke Karang gayam dan demi keselamatan jamaah syiah di desa Karang gayam dia memutuskan kembali lagi ke Malang.1

7 Agustus 2011
Pada bulan ramadan, Tajul diam-diam pulang ke desa untuk merayakan awal ramadhan bersama keluarga. Rupanya petugas polisi mengetahui hal ini, dan keesokan harinya sejumlah petugas Polisi menjemput dan mengantarnya keluar desa

20 Desember 2011
Di dusun Gedeng laok, rumah Muhammad Sirri, salah satu pengikut syiah dan masih kerabat Tajul, dibakar massa. Sebelum dibakar pintu rumah di tutup dengan palang kayu dari depan, untunglah Sirri berhasil menyelamatkan diri dan tidak ada korban jiwa pada insiden ini. Polisi terkesan mengabaikan peristiwa ini dan tidak menangkap pelaku pembakaran. Hal ini disimpulkan oleh masyarakat desa bahwa beramai-ramai membakar rumah orang-orang syiah tidak akan ditindak Polisi.



29 Desember 2011
Ibu Misnawi (salah satu pengikut syiah di Karang gayam) menelphone Tajul Muluk, dan menjelaskan telah tersiar kabar bahwa hari ini akan terjadi penyerangan ke pesantren dan rumahnya. Tajul kemudian menginformasikan hal ini kepada Iklil dan Riyanto, salah satu intel Polres Sampang yang kerap berjaga disana. Tajul juga berusaha menghubungi beberapa pimpinan Polres Sampang, akan tetapi tidak ada yang bisa dihubungi. Alimullah yang sehari-hari bertugas memimpin pesantren pada sekitar pukul 08.00 mengetahui ada massa berkumpul dan akan bergerak membakar pesantren. Ali segera menginformasikan hal ini kepada Iklil dan untuk mencegah adanya korban, Ali meminta sebanyak 20 santri yang menginap di pesantren untuk segera pulang ke rumah masing-masing, sedangkan Ali dan pengajar lainnya serta istri dan anak-anak Tajul mengungsi ke rumah Nurhalimah yang rumahnya terletak sekitar 200 meter sebelah timur pesantren. Ali tidak bisa berbuat apa-apa, dirinya tidak berani mendatangi apalagi menghalau massa, lantaran takut dibunuh (bersambung)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar