Rabu, 23 September 2020

AKANKAH SYIAH HILANG DARI MADURA? (9 – terakhir dari 9 tulisan berseri)

 
11 Januari 2012
Bakorpakem Sampang mengeluarkan keputusan yang menyatakan Syiah sesat dan keputusan ini dimuat secara eksklusif di Koran Radar Madura. Keputusan Bakorpakem ini jelas bertentangan dengan nota kesepatan yang dibuat sehari sebelumnya di mana setiap para-pihak dilarang mengeluarkan pernyataan bermusuhan. Keputusan Tim Bakorpakem yang terdiri dari Polres Sampang, Dandim 0828, Bakesbangpol, Kemenag, Disbudparpora dan MUI didasarkan pada hasil penelitian Bakorpakem yang menemukan bahwa dalam syiah terdapat adajar Rukun iman ada lima, Rukun Islam ada delapan, dan shalat hanya tiga kali. Akibat statement yang dikeluarkan oleh Bakorpakem itu, situasi pun kembali labil. Tajul Muluk menganggap bahwa statement itu sama artinya dengan pengesahan atas tindak kekerasan terhadap pengikutnya di masa-masa berikutnya.

Maret 2020
Tajul muluk berniat untuk taubat dan kembali ke Ahlu Sunnah wal Jama’ah setelah mengetahui dan mengumpulkan data tentang ajaran syiah.




September 2020
Tinggalkan Syiah, Tajul Muluk Dibaiat Kembali ke Aswaja. Ali Murtadho alias Ustad Tajul Muluk di tempat pengungsian Jemundo Sidoarjo. Seperti diberitakan oleh beritajatim.com bahwa Ali Murtadho alias Ustad Tajul Muluk beserta pengikutnya pengungsi Syiah yang berada di rusun Puspa Agro, Jumondo, Sidoarjo sepertinya bisa pulang dan akan kembali ke kampung halamannya di Desa Karang Gayam Kecamatan Omben dan Desa Blu’uran, Kecamatan Karang Penang.
Para pengungsi bisa balik setelah syarat utama untuk kembali kepada ajaran Ahlussunah Wal Jamaah (Aswaja) telah diterima Tajul muluk dkk.
Keinginan untuk kembali ke Aswaja atau Sunni, itu dibuktikan dengan surat bermaterai 6000  perihal permohonan baiat kembali ke Aswaja yang ditujukan kepada Bupati Sampang, H.Slamet Junaidi, ditandatangani oleh Ali Murthado tertanggal 10 September 2020.
Dalam isi surat tersebut menegaskan bahwa Tajul Muluk beserta keluarganya termasuk pengikutnya siap sedia dibaiat.
“Keinginan untuk kembali ke Aswaja ini sebenarnya sudah dua tahun yang lalu, tetapi tekat bulat untuk mengirim surat permintaan baiat kepada Bapak Bupati sekitar Maret-April 2020 kemarin,” ucap Tajul Muluk, saat ditemui di pengungsian Rusun Puspo Argo, Jemundo, Sidoarjo, Senin (21/9/2020).
Tajul juga menceritakan selama mempertahankan keyakinanya terhadap faham Syiah, itu semua adalah bagian dari proses pencarian kebenaran dan pembuktian. Sebab, semua faham dia pelajari termasuk Syiah yang kala itu baru masuk pasca revolusi di Iran.
Kemudian, Setelah berhasil mengumpulkan dokumen, maka dirinya sepakat bahwa Syiah menyimpang dari ajaran agama. Karena tidak mengajarkan kasih sayang dan kebaikan.
“Syiah itu secara akidah sesat,” singkatnya.
Meski demikian, Tajul beserta pengikutnya menegaskan bahwa kembalinya ke ajaran Aswaja bukan semata-mata ingin pulang ke Sampang. Melainkan, memang diyakini bahwa ajaran Syiah sesat. Sehingga, meski nantinya ditolak untuk kembali ke Sampang. Tajul Muluk beserta pengikutnya tetap meninggalkan ajaran Syiah dan kembali ke Sunni di manapun berada.
“Dilarang kembali ke Sampang atau tidak kami tetap meminta untuk dibaiat kembali ke ajaran Ahlussunah Wal Jamaah,” imbuhnya.
Tak hanya itu, bukti bahwa Tajul Muluk bertekat untuk kembali ke Aswaja juga dikuatkan dengan penarikan 51 anak pengungsi dari lembaga-lembaga pendidikan Syiah, lalu dipindah ke Pondok Pesantren (Ponpes) Lirboyo dan Tebu Ireng.
“Harapan kami segera dilakukan baiat, syarat apapun yang diinginkan oleh kyai akan kita patuhi selama itu demi kebaikan,” harapnya. (di rangkum dari berbagai sumber )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar