Kamis, 09 Oktober 2014

IDUL GHADIR – hari besar umat apa ???



Asaallamu’allaikum mass n’ miss sadayana.
Kali ini, mumpung lagi hangat-hangat nya berita tentang digelarnya perayaan idul ghadir di jakarta..saya akan sedikit mengulas tentang idul ghadir itu sendiri..
Mungkin massbro banyak yang belum tahu apa itu idul ghadir.
Kita mulai yuk pembahasannya :

Mengenal idul ghadir

Menurut pemuka Syiah, Idul Ghadir adalah hari ketika Nabi Shallallahu alaihi wa Salam menunjuk Ali bin Abi
Thalib menjadi Khalifah penerus kepemimpinan umat setelah wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
Sallam. Yang kata mereka Jibril turun menyampaikan wahyu kepada Nabi berkenaan dengan hal ini, bahkan
Idul Ghadir menurut mereka adalah Hari Raya terbesar yang melebihi keagungan ‘Idul Fithri dan ‘Idul Adha. ‘Idul Ghadir adalah sebuah perayaan atas anggapan mereka mengenai pengangkatan Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu sebagai khalifah di kebun Ghadir Khum.
Peristiwa Ghadir terjadi pada tahun 10 H di suatu wilayah bernama Ghadir Khum yang terletak antara Mekkah dan Madinah. Pada masa itu, Rasulullah saw sekembalinya dari haji wada, mengumumpulkan seluruh jamaah haji untuk memperkenalkan Ali bin Abi Thalib as sebagai Imam dan pengganti Rasuluullah yang ditunjuk langsung oleh Allah swt. Dalam peristiwa pelantikan itu, Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa yang
menjadikanku sebagai pemimpinnya, maka Ali as adalah pemimpinnya juga”.
Dalil mereka :
Ketika itu seseorang bertanya kepada imam Abu Abdillah :
Apakah kaum Muslimin memiliki hari raya selain Jum’at, Idul Adha dan Idul Fitri?,
Sang Imam menjawab: Ya, Itulah yang paling agung. “Hari raya apakah itu, saya jadikan diriku sebagai tebusanmu, beritahu saya” Abu Abdillah menjawab: Hari ketika Rasulullah saw menyematkan kepada Amirul Mukminin (Ali bin Abi Thalib) alaihis
salam perkataan “Man Kuntu Maulahu Fa ‘Aliyyun Maulahu”.

Sejarah Idul Ghadir
Para ulama dan sejarawan muslim terkemuka mencatat, tradisi perayaan Idul Ghadir baru dimulai sejak era Daulah Buwaihi menguasai sebagian wilayah Irak di abad ke-4 H.
Itu artinya perayaan tersebut tidak
pernah dilakukan oleh kaum muslimin di zaman Rasulullah SAW dan para sahabatnya hidup, maupun di era tabi’in dan tabi’ tabi’in yang disebutkan oleh Rasul bahwa mereka adalah 3 periode Islam yang terbaik.
Bahkan tidak pula diperingati pada saat AmirulMu’minin Ali bin Abi Thalib
ra berkuasa pasca syahidnya Sayidina Utsman bin Affanra…artinya perayaan ini hanya buatan sekelompok orang saja setelah para khalifah wafat..atau dengan kata lain mengada-ada.
Sudah sangat gamblang, hari raya umat Islam di Indonesia dan seluruh dunia hanya 2 yaitu Idul Fitri dan
Idul Adha. Diluar kedua hari raya itu jelas suatu bid’ah agama yang sesat. Ia bukan hanya merusak akidah umat Islam Indonesia, tetapi juga mengancam keutuhan dan persatuan umat Islam di Indonesia ini yang
meyakini dan mengamalkan akidah ahlusunnah wal jama’ah.
Perayaan Hari Raya Idul Ghadir ini semakin membuktikan bahwa Syiah memang satu aliran yang secara mendasar berbeda dengan kaum Muslim lainnya.
Penolakan dan penistaan kepada para sahabat Nabi yang utama justru dirayakan sebagai ibadah yang agung menjadi Hari Raya tersendiri.

Bagaimana tanggapan MUI

Pengamat gerakan Syi’ah sekaligus Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Prof. DR. H. Muhammad Baharun lewat pesan singkat menyampaikan agar
umat Islam merespon perkara ini dengan cerdas.
“Momentum ini digunakan untuk mengangkat ideologi Imamah.
Prof. Baharun juga berpendapat bahwa acara Idul Ghadir ini akan disusul acara-acara lain untuk mempromosikan Syi’ah, seperti perayaan Assyuro/ Ta’ziyeh ( insya Allah kita bahas di lain waktu ).
Masih menurut Prof Baharun ,munculnya acara ini dimuka publik khususnya indonesia adalah indikasi bahwa jaringan Syi’ah sudah melakukan infiltrasi ke semua struktur, baik melalui proyek syi’ahisasi amupun militansi di dalam negeri.
Terkait sikap MUI terhadap acara ini perayaan idul gadhir ini, Prof Baharun
menyampaikan bahwa MUI tidak akan pernah surut menentang kesesatan Syi’ah dengan merujuk pada fatwa-fatwa tentang bahaya Syi’ah dan haramnya mut’ah, serta pedoman kriteria aliran menyimpang.

Walaupun secara resmi MUI pusat belum mengeluarkan fatwa sesat tentang ajaran ini, tapi MUI sudah ada progress untuk menindak lanjuti masalah ini.
Guna merespon kian maraknya kesesatan ajaran Syiah, Majelis Ulama Indonesia (MUI) berencana
mengeluarkan buku terkait ajaran Syiah.
“MUI akan mengeluarkan buku yang menjelaskan penyimpangan ajaran Syiah,” kata Ketua MUI Bidang
Hukum Prof Baharun dalam kajian kesesatan Syiah.
Prof Baharun mengatakan posisi MUI Pusat secara tegas merekomendasikan fatwa sesat Syiah yang dikelurkan MUI Jatim. “Bahwa Syiah Sampang adalah
Syiah yang sesat menyesatkan,” tandas ulama yang menulis disertasi tentang Syiah di Jatim ini.
Menurut pakar Syiah ini, MUI sudah mengeluarkan fatwa tahun 1984 agar umat Islam Indonesia mewaspadai bahaya Syiah.
Dalam fatwa tersebut, MUI menyebut perbedaan antara Syiah dan Ahlussunah sudah memasuki wilayah ushuliyyah (pokok-pokok agama)
“Seharusnya fatwa MUI tahun 1984 direpson secara tegas dan cepat oleh masyarakat. Karena akidah
syiah dengan Ahlussunah berbeda secara tajam,” ungkap guru besar Sosiologi Agama ini.

oke massbro…masalah syiah di indonesia memang selalu menjadi perbincangan hangat dan menarik di setiap saat, khususnya bagi anda yang sering mengikuti perkembangan islam di indonesia.

Sumber : masshar2000.wordpress.com/2013/10/03/syiah-di-indonesia-masalah-agama-atau-sosial/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar