KAMPANYE SYIAH OKTOBER 2014 DI JAKARTA
Dalam rangka memperingati Hari Raya Ghadir Kum, ulama dan tokoh syiah Indonesia mengadakan seminar. Tahun 2014 ini yang menjadi target adalah mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah. Meski tidak semuanya, tapi yang dari Fakultas Usuludin diwajibkan hadir. Mereka yang tampaknya masih lugu dan sedang butuh ilmu dicekokin doktrin bahwa syiah adalah benar, tidak ada yang salah dengan syiah. Mereka dirangsang agar mau belajar pada buku rujukan syiah yaitu Nahjul Balaghah.
Tidak tanggung-tanggung, yang berbicara di depan adalah dosen mereka dan tokoh syiah yang diimpor langsung dari pusatnya. Langkah syiah semakin mulus karena di UIN memang sudah berdiri Iranian Corner. Sehingga seolah-olah acara tersebut adalah acara budaya. Padahal visi dan misi acara tersebuat adalah mensyiahkan para pelajar dan mahasiswa yang sedang mencari ilmu untuk diajarkan kepada umat Islam Sunni di Indonesia.
Setelah
malamnya mengisi perayaan di ICC, (http://ahlulbaitindonesia.org/berita/5573/dr-mundzir-al-hakim-al-ghadir-nikmat-terbesar-allah-swt/)
siangnya mereka rally ke UIn. Entah malamnya kemana lagi. Bahkan dubes iran pun
ikut turun tangan, sampai memberikan sambutan yang isinya kayak ceramah berisi
doktrin ajaran sesat syiah.
Ini adalah
bentuk undangannya yang tersebar :
Undangan Terbuka. Gratis !!!
Hadirilah Seminar Nasional dg tema "Dunia Tanpa Kekerasan Prespektif Nahjul Balaghah" yang akan dilaksanakan pada
Hari/Tgl : Rabu, 15 Oktober 2014
Waktu : 08:00-13:00
Tempat : Auditorium Harun Nasution UIN Jakarta
Narasumber:
Keynote Speaker :
1. Prof.Dr. Komaruddin Hidayat, MA >>> tidak bisa hadir, akhirnya diwakili oleh salah satu dosen yang ada
2. Zara Fandeh (Duta Besar Iran) >>> menyampaikan sambutan cukup lama dengan memakai bahasa Persi dan diterjemahkan oleh Abdullah Beik, salah satu tokoh syiah alumni QUM
Pemateri:
1. Prof.Dr. Sayyed Monza Monzer
(Pakar Tafsir Iran)
3. Prof.Dr. Sukron Kamil, MA
(Dosen Adab dan Humaniora)
4. Prof.Dr. Zainun Kamaluddin, MA
(Guru Besar Ushuluddin)
5. Prof. Dr. Umar Shahab
(Dewan Pakar MUI) >>>> tidak hadir
Fasilitas: Snack, Makan, Sertifikat.
Daftarkan diri anda Segera
Hadirilah Seminar Nasional dg tema "Dunia Tanpa Kekerasan Prespektif Nahjul Balaghah" yang akan dilaksanakan pada
Hari/Tgl : Rabu, 15 Oktober 2014
Waktu : 08:00-13:00
Tempat : Auditorium Harun Nasution UIN Jakarta
Narasumber:
Keynote Speaker :
1. Prof.Dr. Komaruddin Hidayat, MA >>> tidak bisa hadir, akhirnya diwakili oleh salah satu dosen yang ada
2. Zara Fandeh (Duta Besar Iran) >>> menyampaikan sambutan cukup lama dengan memakai bahasa Persi dan diterjemahkan oleh Abdullah Beik, salah satu tokoh syiah alumni QUM
Pemateri:
1. Prof.Dr. Sayyed Monza Monzer
(Pakar Tafsir Iran)
3. Prof.Dr. Sukron Kamil, MA
(Dosen Adab dan Humaniora)
4. Prof.Dr. Zainun Kamaluddin, MA
(Guru Besar Ushuluddin)
5. Prof. Dr. Umar Shahab
(Dewan Pakar MUI) >>>> tidak hadir
Fasilitas: Snack, Makan, Sertifikat.
Daftarkan diri anda Segera
Berikut liputannya sebagaimana disampaikan
oleh wartawan syiahindonesia.com.
Waspadalah! Syiah Menyusup ke Kampus-Kampus
Negeri Di Indonesia
Jakarta. Tampaknya gerakan Syiahisasi di
Indonesia sudah mulai memperihatinkan. Syiah di Indonesia sudah mulai frontal
menunjukan gigi taringnya di depan khalayak ramai.
Baru beberapa hari yang lalu diberitakan
tentang tersusupnya paham Syiah di salah satu buku Kurikulum Agama Islam untuk
Sekolah Dasar, kini bau Syiah juga tercium di kampus-kampus Negeri tanah air.
Kamis lalu (15/10/14), Kampus UIN Syarif
Hidayatullah Ciputat bekerjasama dengan Kedutaan Besar Iran untuk Indonesia
menggelar Seminar Nasional yang bertajuk “Dunia Tanpa Kekerasan Perspektif
Nahjul Balaghah”, di Auditorium Harun Nasution, Kampus UIN Syarif Hidayatullah,
Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan (Tangsel).
Acara tersebut juga merupakan iringan
agenda perayaan Ghadir Khum yang jatuh pada tanggal 14 Ooktober lalu. Seminar
yang dihadiri oleh ratusan Mahasiswa dari Kampus UIN itu mendatangkan ulama
Syiah iran bernama Prof.Dr. Sayyed Monza Monzer dan Dr. Sayed Mufid Husaini
serta dua Guru Besar UIN Prof.Dr. Zainun Kamaluddindan Prof.Dr. Sukron Kamil,
MA sebagai narasumber.
Dalam pemaparannya, ke empat narasumber
berbicara mengenai kedamaian dunia dalam prespektif Nahjul Balaghoh yang merupakan
buku referensi primer aliran sesat Syiah. Secara tersirat mereka menyampaikan
“dakwah taqorrub” atau dakwah pendekatan kepada kaum muslimin sebagai upaya
memahamkan bahwa aliran Syiah adalah salah satu madzhab dalam Islam, dan tidak
perlu ada pertikaian antara Ahlus Sunnah dan Syiah lantaran perbedaan dalam
keduanya hanyalah bersifat furu’, sedang Islam adalah agama kasih sayang bagi
seluruh alam.
“kalau umat islam mau ada perdamaian
internal atau yang disebut ukhuwah islamiyah, maka yang diperhatikan bukan
titik furu’iyah tetapi titik ushul, itu pasti terjadi perdamaian.” Pungkas
Zainun Kamaluddin, salah satu narasumber acara.
Lebih lanjut, Dosen Adab dan Humaniora ini
menganggap bahwa rukun Iman dalam Islam adalah hal furu’iyah yang sejatinya tidak
perlu diperdebatkan dan menjadi bahan perpecahan, sehingga Syiah dan sunni bisa
“bersatu”.
“Orang sering berbeda antara sunni dan
Syiah misalnya, nah sebenarnya orang kalau kembali kepada titik ushul yang ada
di Quran terutama yang ushul rukun imannya kan sama dalam tiga hal yaitu
beriman kepada Allah, beriman kepada hari akhir, dan beriman kepada nubuwat ..., hanya saja
sunni mengambil rukun iman dari hadits nabi yang ketika ditanya apa itu iman,
maka nabi menjawab 5 hal itu.” Tambahnya.
Padahal, rukun dalam islam adalah hal
prinsip atau ushul, yang kalau salah satu dari rukun itu tidak dikerjakan atau
bahkan tidak dipercayai, maka Iman tersebut tidaklah sah.
Selain usaha pendekatan seperti diatas,
diungkap juga bahwa Nahjul Balaghoh merupakan salah satu kitab yang di kaji di
kampus UIN Syarif Hidayatullah Ciputat di Fakultas Adab dan Humaniora.
Kaum muslimin perlu waspada terhadap
gerakan Syiah semacam ini. Dengan halus mereka menyampaikan bahwa mereka adalah
teman akrab kaum muslim, namun disisi lain, mereka punya proyek terselubung
dalam misi mereka. Lihatlah sejarah! Bagaimana Syiah dengan liciknya membaur
dengan kaum muslimin, dan usai mereka punya kekuatan, mereka akan menusuk kaum
muslimin dari belakang, sebagaimana sejarah membuktikannya, juga sebagaimana
negeri-negeri Arab seperti Irak dan Suriah. Semoga kita termasuk dari
orang-orang yang dibukakan matanya oleh Allah akan makar Syiah. Wallohu
musta’an.
Ulama Syiah ungkap keyakinan sesat mereka
di depan Mahasiswa UIN
Jakarta - Kampus UIN Syarif Hidayatullah
Ciputat bekerjasama dengan Kedutaan Besar Iran untuk Indonesia menggelar
Seminar Nasional yang bertajuk “Dunia Tanpa Kekerasan Perspektif Nahjul
Balaghah”, di Auditorium Harun Nasution, Kampus UIN Syarif Hidayatullah,
Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Rabu (15/10).
Acara yang berlangsung dari pukul 08.00 WIB
hingga Dzuhur itu menghadirkan ulama Syiah iran bernama Prof.Dr. Sayyed Monza
Monzer sebagai salah satu narasumber. Ia merupakan pakar tafsir Iran sekaligus
Hujjatullah Ayatullah Syiah di Iran. Adapun narasumber yang lainnya berasal
dari Kampus UIN, yaitu Prof.Dr. Zainun Kamaluddin dan Prof.Dr. Sukron Kamil, MA
yang diduga cenderung punya cara berfikir ala orang Syiah.
Dalam kesempatan tersebut Prof. DR. Sayyed
Monzer Hakim melakukan pendekatan kepada audiance sebagai upaya “dakwah
taqorrub” atau dakwah pendekatan sebagai upaya memahamkan bahwa aliran Syiah
adalah salah satu madzhab dalam Islam, dan tidak perlu ada pertikaian antara
Ahlus Sunnah dan Syiah, karena Islam adalah
agama Rahmah (agama kasih sayang).
Pemateri dari UIN, Sukron Kamil
menyampaikan bahwa jika perlu ada “perdamaian”, maka haruslah memperhatikan
titik ushul, bukan furu’.
“kalau umat islam mau ada perdamaian
internal atau yang disebut ukhuwah islamiyah, maka yang diperhatikan bukan
titik furu’iyah tetapi titik ushul, itu pasti terjadi perdamaian.” Pungkas
Sukron Kamil, salah satu narasumber acara.
Lebih lanjut, Dosen Adab dan Humaniora ini
menganggap bahwa rukun iman dalam Islam adalah hal furu’iyah yang sejatinya
tidak perlu diperdebatkan dan menjadi bahan perpecahan, sehingga Syiah dan
sunni bisa “bersatu”.
“Orang sering berbeda antara sunni dan
Syiah misalnya, nah sebenarnya orang kalau kembali kepada titik ushul yang ada
di quran terutama yang ushul rukun imannya kan sama dalam tiga hal yaitu
beriman kepada Allah, beriman kepada hari akhir, dan beriman kepada nubuwat . . . . hanya saja
sunni mengambil rukun iman dari hadits Nabi yang ketika ditanya apa itu iman,
maka Nabi menjawab 5 hal itu,” tambahnya.
Padahal, rukun dalam islam adalah hal
prinsip atau ushul, yang kalau salah satu dari rukun itu tidak dikerjakan atau
bahkan tidak dipercayai, maka Iman tersebut tidaklah sah.
Lebih jauh dari itu, Guru Besar UIN
Prof.Dr. Zainun Kamaluddin membuat statemen bahwa sejatinya kekhilafahan
sepeninggal Nabi dipegang oleh Ali bin Abi Thalib, namun untuk mencegah
kekerasan dan pertikaian, maka hak kekhilafahan Ali bin Abi Thalib diberikan
kepada Abu Bakar, kemudian Ummar dan Utsman kala itu.
Nampaknya, seminar yang dihadiri sekitar
600 mahasiswa UIN dan orang umum itu menjadi bumerang bagi Syiah. Hal ini
karena justru pemaparan mereka mengungkap segala keyakinan mereka dalam ajaran
Syiah. Pasalnya, audiance yang diberi kesempatan untuk bertanya dalam sesi tanya
jawab membantah beberapa statement-statement nyleneh yang paparkan oleh
narasumber, dan dalam bantahannya itu para mahasiswa yang merupakan peserta
seminar memberikan apresiasi dan dukungan kepada si penanya.
Dalam sesi tanya jawab tersebut, ada juga
salah seorang penanya dari Lembaga Bantuan Hukum Indonesia menyampaikan ucapan
terimakasih dan penghargaan kepada UIN Syarif Hidayatullah yang telah
menyelenggarakan dialog semacam ini, karena sungguh jarang Syiah sekaligus
Ulamanya langsung mengungkapkan keyakinan mereka di depan khalayak ramai,
apalagi dalam dialog berupa seminar bertaraf Nasional.
“saya ingin menyampaiakn penghargaan
setinggi-tingginya kepada pihak Universitas Syarif Hidayatullah yang telah
berkenan menyelenggarakan acara dari pagi hingga siang hari ini. Hal ini paham
buat saya, pak moderator, karena acara semacam ini apalagi di hadiri oleh kaum
minoritas atau syiah atau ahlul bait, boro-boro merkea menyampampaikan buah
pikiran mereka ..... penghormatan kami kepada pak moderator, pak zaitun dan pak
kamil juga kepada para mahsiswa berkenan membuka diri untuk mendengarkan secara
sekilas mengenai prespektif Nahjul Balaghoh yang sejatinya ini adalah inti dari
ajaran Syiah” ungkap salah seorang penanya.
Memang betul, acara semacam ini bisa memukul
balik Syiah, proyek yang tujuannya adalah mendoktrin kaum muslimin untuk
berpemahaman ala syiah malah justru menjadi moment untuk menyingkap ta’bir
syubhat sesat pemikiran syiah lewat mulut-mulut mereka sendiri. Namun, hal itu
tentu dengan dibarengi pemahaman yang lurus sesuai akidah Ahlus Sunnah wal
Jama’ah, dan memahamkan pula kepada peserta akan kekeliruan materi yang
disampaikan. (Nisyi/Syiahindonesia.com)
Syiah gelar seminar “Dunia Tanpa Kekerasan
Perspektif Nahjul Balaghah” di UIN Ciputat
Jakarta - Rabu lalu (15/10) , Kampus UIN
Syarif Hidayatullah Ciputat bekerjasama dengan Kedutaan Besar Iran untuk
Indonesia menggelar Seminar Nasional yang bertajuk “Dunia Tanpa Kekerasan
Perspektif Nahjul Balaghah”, di Auditorium Harun Nasution, Kampus UIN Syarif
Hidayatullah, Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan.
Acara yang dihadiri sekitar 600 mahasiswa
dan peserta umum itu menghadirkan ulama Syiah Iran Prof.Dr. Sayyed Monza Monzer
dan dan Dr. Sayed Mufid Husaini serta dua Guru Besar UIN Prof.Dr. Zainun Kamaluddindan
Prof.Dr. Sukron Kamil, MA sebagai narasumber.
Acara semacam ini tak lain adalah agenda
kaum Syiah dalam upaya pendekatan kepada Ahlus Sunnah. Dimana mereka menanamkan
pemahaman bahwa aliran Syiah adalah salah satu madzhab dalam Islam dan tidaklah
perlu ada perselisihan antara keduanya.
“kalau umat islam mau ada perdamaian
internal atau yang disebut ukhuwah islamiyah, maka yang diperhatikan bukan
titik furu’iyah tetapi titik ushul, itu pasti terjadi perdamaian.”Pungkas
Zainun Kamaluddin, salah satu narasumber acara.
Lebih lanjut, Dosen Adab dan Humaniora ini
menganggap bahwa rukun iman dalam Islam adalah hal furu’iyah yang sejatinya
tidak perlu diperdebatkan dan menjadi bahan perpecahan, sehingga Syiahdan sunni
bisa “bersatu”.
“Orang sering berbeda antara sunni dan
Syiah misalnya, nah sebenarnya orang kalau kembali kepada titik ushul yang ada
di quran terutama yang ushul rukun imannya kan sama dalam tiga hal yaitu
beriman kepada Allah, beriman kepada hari akhir, dan beriman kepada hari akhir ... sedangkan
dalam Syiah ada Imamah dan Nubuwat .... sebenarnya keduanya sama, hanya saja
memang sunni mengambil rukun iman dari hadits nabi yang ketika ditanya apa itu
iman, maka nabi menjawab 5 hal itu.” Tambahnya.
Padahal, rukun dalam islam adalah hal prinsip
atau ushul, yang kalau salah satu dari rukun itu tidak dikerjakan atau bahkan
tidak dipercayai, maka tidak sah Iman itu.
Jika kita hendak belajar Islam, maka kita
harus belajar dari sumbernya, maka jika kita hendak mempelajari aliran sesat,
tentu kita juga layak mempelajari dari sumbernya pula. Tema yang diangkat dalam
seminar adalah membahas tentang prespektif kedamaian dalam kitab Nahjul
Balaghoh, kitab referensi primer Syiah.
Bagaimana sebenarnya hakikat Kitab Nahjul
Balaghoh? Siapakah pengarangnya? Bagaimakah ulama Islam memandang kitab
tersebut? Apakah boleh mengambil riwayat dari kitab tersebut? dan Apa perlu
kitab tersebut dijadikan rujukan?
Berikut beberapa komentar ulama
mengenai kitab Nahjul Balaghoh yang dikarang oleh seorang Syi’ah Rafidhah
bernama al-Murtadla Abi Thalib Ali bin Husein bin Musa Al Musawi (w th. 436
Hijriyah):
Imam adz-Dzahabi berkata –ketika membahas
biografi orang ini– sebagai berikut: “Dia adalah penghimpun kitab Nahjul
Balaghoh yang menyandarkan kalimat-kalimat yang ada dalam kitab ini kepada Imam
Ali radhiallahu ‘anhu tanpa disebutkan sanad-sanadnya. Sebagian besar
kalimat-kalimat itu batil, meskipun juga di dalamnya ada hal yang benar. Namun
ucapan-ucapan palsu yang terdapat dalam kitab ini mustahil diucapkan oleh Imam
Ali”. (Siyar A’lamin Nubala,17/589-590).
Beliau juga berkata:”…Barang siapa yang
melihat buku Nahjul Balaghoh ini, maka ia akan yakin bahwa ucapan-ucapan itu
adalah dusta atas nama Amirul Mukminin Ali radhiallahu ‘anhu , karena di
dalamnya terdapat caci-makian yang sangat jelas terhadap dua tokoh besar
shahabat yaitu Abu Bakar dan Umar radhiallahu ‘anhuma . Juga tedapat
ungkapan-ungkapan yang kaku (menurut kaidah sastra arab, pent) yang bagi orang
yang telah mengenal jiwa bangsa Quraisy (dan tingginya bahasa mereka, pen. )
dari kalangan para shahabat dan orang-orang setelahnya akan mengerti dengan
yakin bahwa kebanyakan isi kitab tersebut adalah batil. (Mizanul i’tidal 3/124
Lisanul Mizan 4/223).
Ibnu Sirin menilai bahwa seluruh apa yang
mereka (kaum Syi’ah) riwayatkan dari Ali radhiallahu ‘anhu semuanya kedustaan.
(Al-‘ilmus Syamikh, hal 237)
Demikian pula Al-Khathib al-Baghdadi dalam
kitabnya Al-Jami’ Li Akhlaqir rawi wa adibis sami’ telah memberikan isyarat
tentang Kedustaan kandungan kitab ini”.
Beliau berkata : “Adapun yang mirip dengna
apa yang kita sebutkan tai adalah hadits-hadits tentang malahim (peperangan).
Tidaklah didalamnya itu terdapat hadits-hadtis nabi, namun sesungguhnya
kebanyakan yang ada adalah palsu, dan mayoritas hanya dibuat-buat, seperti
kitab yang dinisbatkan kepada daniyal (daniel), dan khutbah yang (dinisbatkan)
periwayatannya kepada ali bin abi thalib.” (juz 2 hal. 161)
Syaikhul IslamIbnu Taimiyah berkata: “…
sebagian besar khutbah-khutbah yang dinukil penyusun kitab Nahjul Balaghoh
adalah dusta atas nama Ali radhiallahu ‘anhu . Beliau terlalu mulia dan terlalu
tinggi kapasitasnya untuk berbicara dengan ucapan seperti itu. Tetapi mereka
mereka-reka kebohongan dengan anggapan bahwa hal itu sebagai sanjungan. Sungguh
Itu bukanlah kebenaran, bukan pula merupakan sanjungan…. (Minhajus Sunnah
an-Nabawiyah, 8/55-56)
Al qodhiy muhammad bin 'abdillah abu bakr
bin al 'arobiy al ma'aririfiy al asybiliy al maliki (W 543 H) berkata : “Kitab
Nahjul Balaghoh adalah satu diantara kitab-kitab yang dijadikan referensi oleh
Syi’ah. Mereka menyandarkan (perkataan2 didalanmnya) kepada ‘ali radhiyallahu
‘anhu. Namun hakikatnya adalah sebagian saja. Malahan kebanyakan adalah
(perkataan2nya) ridho dan murtadho dua orang yang bermadzhab Syi’ah. Didalam
kitab tersebut terdapat tipu muslihat, fitnah (kebohongan) yang sangat banyak.”
(Al'awashim Minal Qowashim Fie Tahqiq Muwafaqoshohabah Ba'da Wafatinnabiy
Shalallahu 'Alaihi Wasalam, Darul Jil, Berut, Lebanon, Cet 2, Tahun 1987 M/1407
H, Juz 1hal 274).
sumber : syiahindonesia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar