Rabu, 09 Mei 2012

Akhlak Kang Jalal (5)

Yang dihujat kali ini adalah Abubakar As Shiddiq. Tapi modalnya adalah riwayat yang lemah.
Menurut Prof Dr Kang Jalal, sahabat banyak melakukan pembaruan atas hukum Islam, yang menyelisihi nash yang tegas. Salah satunya adalah Abubakar As Shiddiq.

Kita jangan lupa bahwa syiah memiliki dendam khusus pada Abubakar, karena dianggap merampas jabatan khalifah, yang mana menurut syiah jabatan itu adalah hak mutlak Ali bin Abi Thalib. Maka tidak heran jika Prof Dr Kang Jalal di sini ingin menciptakan image buruk terhadap Abubakar.

Prof Dr Kang Jalal –pada hal 169 buku Dahulukan Akhlak di atas Fikih - menyebutkan riwayat bahwa Abubakar pernah menghukum Fuja’ah dengan membakarnya. Bagaimana status riwayat ini? Ini yang anda tidak akan temukan dalam buku Dahulukan Akhlak di Atas Fikih.

Riwayat pertama

Syu’aib bin Ibrahim Al Kufi

Tidak diketahui validitasnya, Ibnu Adi mengatakan dia bukan perawi yang dikenal.

Riwayat kedua


Sementara dalam riwayat kedua juga lemah, salah seorang perawinya bernama Ibnu Humaid: Muhammad bin Humaid bin Hayyan At Tamimi.


Dzahabi berkata: lebih baik ditinggalkan. Ya’qub bin Syaibah mengatakan: banyak haditsnya yang munkar.


Kata Ibnu Hajar: dia seorang penghafal yang lemah.


Riwayat pertama tentang Abubakar menyesal telah membakar fuja’ah, ternyata juga lemah, karena ada perawi bernama Alwan bin Dawud.


Kata Bukhari: Alwan bin Dawud lemah haditsnya.


Al Uqaili berkata: dia meriwayatkan hadits yang tidak ada pada orang lain.


Abu Said bin Yunus berkata: haditsnya munkar.

Riwayat kedua tentang penyesalan Abubakar, juga lemah, karena ada perawi yang sama, Alwan bin Dawud.

Riwayat ketiga tentang penyesalan Abubakar, lemah , karena ada perawi bernama Muhammad bin Ismail Al Muradi. Abu Hatim berkata: dia meriwayatkan dari ayahnya, dan keduanya tidak dikenal.

Juga ada Alwan bin Dawud

Begitu juga Hamid bin Abdurrahman bin Auf, dia tidak pernah bertemu dengan abubakar as Shiddiq

Abu Zur’ah berkata: Hadits riwayat Hamid dari Abubakar As Shiddiq dan Ali bin Abi Thalib adalah mursal.

Al Ala’I juga menyebutkan dalam Jami’ut Tahshil fi Ahkam Al Marasil bahwa Hamid memursalkan hadits dari Abubakar.

Riwayat-riwayat di atas adalah dari Tarikh At Thabari, sedangkan metodologi At Thabari dalam menuliskan kitabnya sudah jelas, yaitu menuliskan semua riwayat yang ada tanpa menghukumi sanadnya. Maka tidak setiap riwayat yang ada dalam kitab Tarikh At Thabari adalah shahih.
Riwayat Al Uqaili

Riwayat kisah penyesalan Abubakar juga disertakan oleh Al Uqaili dalam kitab Ad Dhu’afa Al Kabir. Dari judul kitabnya saja kita sudah tahu bahwa kitab ini berisi riwayat-riwayat yang lemah, dhaif, tidak valid untuk dijadikan argumen dan dalil bagi sebuah masalah.

Riwayat pertama ada perawi bernama Alwan bin Dawud dari Hamid bin Abdurrahman bin Hamid bin Abdurrahman bin Auf, dan Alwan tidak terbukti pernah mendengar dari Hamid bin Abdurrahman bin Hamid bin Abdurrahman bin Auf. Di samping itu Alwan adalah seorang perawi yang lemah, seperti telah dijelaskan di atas.

Riwayat kedua:

Ada Alwan bin Dawud, dan Hamid bin Abdurrahman bin Auf, yang memursalkan hadits dari Abubakar. Cacat riwayat ini sama dengan cacat riwayat yang berasal dari Tarikh Thabari.

Riwayat ketiga dan keempat:

Ada Alwan bin Dawud juga, dan dia tidak terbukti pernah mendengar dari Shalih bin Kaisan.

Riwayat kelima

Ada Alwan bin Dawud dan Ahmad bin Ibrahim bin Muhammad bin Maisan Al Khaulani, dia adalah seorang yang majhul.

Riwayat At Thabrani

Juga dhaif, karena perawinya bernama Hamid bin Abdurrahman bin Hamid bin Abdurrahman bin Auf, dia tidak terbukti pernah mendengar dari Shalih bin Kaisan. Juga ada Alwan bin Dawud.

Riwayat Abu Nu’aim AL Ashfahani

Sama seperti riwayat-riwayat sebelumnya, Juga dhaif, karena Hamid bin Abdurrahman bin Hamid bin Abdurrahman bin Auf, dia tidak terbukti pernah mendengar dari Shalih bin Kaisan. Juga ada Alwan bin Dawud.
Riwayat Ibnu Asakir

Riwayat pertama, lemah, karena ada perawi bernama Khalid bin Qasim Abul Haitsam, dia adalah perawi yang matruk, yaitu tertuduh berdusta. Ibnu Asakir mengatakan Khalid menghapus nama Alwan dari sanad. Sedangkan Alwan adalah perawi yang haditsnya munkar.

Riwayat kedua , ada Alwan bin Dawud di sanadnya, artinya riwayat ini juga lemah.

Riwayat ketiga,

Ada perawi bernama Abul Qasim As Susi, dia bukan seorang ahli hadits, juga ada Alwan bin Dawud.

Riwayat keempat, juga lemah, karena ada Alwan bin Dawud di sanadnya.
Prof Dr Jalaludin Rahmat, yang katanya menempuh studi doktoral bidang hadits, memang hanya bermodalkan riwayat-riwayat yang lemah.

Abubakar tidak terbukti pernah membakar orang, yang terbukti pernah membakar orang adalah Ali bin Abi Thalib. Ini memang sengaja dilewatkan oleh Prof Dr Kang Jalal, karena ini menyangkut kredibilitas imamnya yang maksum, karena imam maksum itu menyelisihi perintah Nabi Shallallahu alaihi wasallam, yang melarang umatnya menghukum dengan api. Tapi karena yang melakukan adalah Ali, Prof Dr Kang Jalal diam saja.

Tapi ketika ada riwayat bahwa Abubakar melakukannya, dengan serta merta Prof Dr Kang Jalal percaya, tanpa mau memverifikasi riwayat itu, dan menuliskannya seolah-olah riwayat itu benar adanya.

Jika kita perhatikan, Prof Dr Kang Jalal menggunakan metodologi yang sama dengan yang digunakan oleh abdul husein al musawi saat menghujat Abu Hurairah, yaitu menggunakan riwayat-riwayat lemah untuk menghujat sahabat Nabi shallallahu alaihi wasallam . Keduanya –Prof Dr Kang Jalal dan ayatollah abdul husein- sama-sama memiliki ilmu banyak, juga gelar akademik, tapi keduanya tidak memiliki akhlak mulia. Ilmu yang banyak dan gelar akademik bukan jaminan integritas.
sumber : hakekat.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar