Syiah di Garut sudah ada sejak beberapa waktu yang lalu. Hal ini
dibuktikan dengan adanya sebuah ormas Syiah yang resmi memang diakui oleh
pemerintah Indonesia. Ormas ini hampir tersebar luas di seluruh Indonesia. Tidak
terkecuali di Garut. Ormas Ikatan Jemaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI)
sudah masuk dalam daftar Yayasan Dan Lembaga Kemasyarakatan Yang Tercatat di Kantor Kesbang
Dan Linmas Kabupaten Garut. Yayasan tersebut beral mat Jl.Patriot No.54 Garut .
Yayasan itu diketuai Drs. Sulaeman dan Unuk sebagai sekertarisnya. (sumber : http://garutkab.go.id/statics/detail/sosbud_sosial_lainnya_lsm_yayasan/
).
Warga menolak
keberadaan Syiah di Garut
Pada Hari Jumat (27 Januari 2012)
Kepolisian Resort Garut, Jawa Barat, melindungi 19 penganut ajaran Islam Syiah
di Desa Margaluyu, Kecamatan Cikajang. Polisi memboyong warga Syiah itu ke
Markas Kepolisian Resort Garut di Jalan Sudirman, Karangpawitan, karena merasa
terancam oleh warga setempat.
Hal sebagaimana diberitakan di
situs tempo.co.id. Berikut kutipan
lengkapnya:
TEMPO.CO, Garut - Kepolisian Resort Garut, Jawa
Barat, melindungi 19 penganut ajaran Islam Syiah di Desa Margaluyu, Kecamatan
Cikajang. Polisi memboyong warga Syiah itu ke Markas Kepolisian Resort Garut di
Jalan Sudirman, Karangpawitan, karena merasa terancam oleh warga setempat.
“Pengamanan ini sengaja kami lakukan untuk mengantisipasi terjadinya hal yang tidak diinginkan,” ujar Kepala Kepolisian Resort Garut, Ajun Komisaris Besar Polisi Enjang Hasan Kurnia, kepada Tempo, Jumat, 27 Januari 2012. Apalagi, katanya, tindakan perlindungan itu atas permintaan penganut Syiah.
Menurut dia, perselisihan ini akibat warga setempat tersinggung atas tindakan penganut Syiah ketika berlangsung salat Jumat pada 20 Januari lalu. Saat khotib khotbah, semua penganut Syiah meninggalkan masjid. Jemaah lain kaget. Warga menilai kepergian warga Syiah itu dipicu isi khotbah Jumat. Karena ingin kejelasan, sejumlah warga mendatangi penganut ajaran Syiah. “Warga merasa tersinggung mau melakukan konfrontasi dengan tujuan menanyakan dulu,” ujar Enjang.
Namun kedatangan warga ini dianggap sebagai ancaman oleh panganut Syiah. Mereka langsung mendatangi Kantor Kepolisian Sektor Cikajang untuk meminta perlindungan. Karena takut terjadi pertikaian yang lebih besar, warga Syiah pun diboyong ke Markas Kepolisian Resort Garut.
Untuk meredam pertikaian ini, lanjut Enjang, pihaknya telah berupaya melakukan mediasi dengan warga. Bahkan dialog pun digelar antara warga dan jajaran musyawah pimpinan kecamatan hingga Jumat dini hari tadi. “Hasilnya belum 100 persen tapi sudah ada kesepakatan untuk menjaga Garut kondusif, seluruh warga Syiah sudah kami kembalikan ke rumah masing-masing tadi pagi,” ujar Enjang.
Perselisihan warga Syiah ini bukan yang pertama kali terjadi. Berdasarkan informasi yang dihimpun Tempo, dalam tiga tahun terakhir ini telah terjadi dua kali perselisihan antara penganut Syiah dan warga setempat. Pemicunya diduga karena berbeda pandangan dalam memahami ajaran Islam. SIGIT ZULMIR
“Pengamanan ini sengaja kami lakukan untuk mengantisipasi terjadinya hal yang tidak diinginkan,” ujar Kepala Kepolisian Resort Garut, Ajun Komisaris Besar Polisi Enjang Hasan Kurnia, kepada Tempo, Jumat, 27 Januari 2012. Apalagi, katanya, tindakan perlindungan itu atas permintaan penganut Syiah.
Menurut dia, perselisihan ini akibat warga setempat tersinggung atas tindakan penganut Syiah ketika berlangsung salat Jumat pada 20 Januari lalu. Saat khotib khotbah, semua penganut Syiah meninggalkan masjid. Jemaah lain kaget. Warga menilai kepergian warga Syiah itu dipicu isi khotbah Jumat. Karena ingin kejelasan, sejumlah warga mendatangi penganut ajaran Syiah. “Warga merasa tersinggung mau melakukan konfrontasi dengan tujuan menanyakan dulu,” ujar Enjang.
Namun kedatangan warga ini dianggap sebagai ancaman oleh panganut Syiah. Mereka langsung mendatangi Kantor Kepolisian Sektor Cikajang untuk meminta perlindungan. Karena takut terjadi pertikaian yang lebih besar, warga Syiah pun diboyong ke Markas Kepolisian Resort Garut.
Untuk meredam pertikaian ini, lanjut Enjang, pihaknya telah berupaya melakukan mediasi dengan warga. Bahkan dialog pun digelar antara warga dan jajaran musyawah pimpinan kecamatan hingga Jumat dini hari tadi. “Hasilnya belum 100 persen tapi sudah ada kesepakatan untuk menjaga Garut kondusif, seluruh warga Syiah sudah kami kembalikan ke rumah masing-masing tadi pagi,” ujar Enjang.
Perselisihan warga Syiah ini bukan yang pertama kali terjadi. Berdasarkan informasi yang dihimpun Tempo, dalam tiga tahun terakhir ini telah terjadi dua kali perselisihan antara penganut Syiah dan warga setempat. Pemicunya diduga karena berbeda pandangan dalam memahami ajaran Islam. SIGIT ZULMIR
(sumber :
http://www.tempo.co/read/news/2012/01/27/178380060/Diusir-Warga-Garut-Polisi-Lindungi-Penganut-Syiah)
Fakta lain
yang menunjukkan keberadaan aliran syiah di Garut adalah partisipasi mereka
dalam mengikuti acara tahunan yang wajib biasanya bagi mereka untuk
menghadirinya. Pada hari Selasa tanggal 6 Desember 2011 , Ribuan Jamaah dari Garut, Cirebon, Sukabumi, Sumedang, dan daerah lainnya di
Jawa Barat menghadiri
perayaan Asyura di kediaman Habib Alwi Khadim Assegaf di kawasan
Jln. Kembar
VI No. 8 Bandung dan di GOR Kawaluyaan yang
diselenggarakan Yayasan Muthahhari Bandung.
Berikut kutipan
berita selengkapnya :
Ribuan Umat Muslim Hadiri Malam Asyura
Ada dua peristiwa besar pada bulan Muharam ini yang sering
diperingati kaum muslim. Pertama, peringatan tahun baru Hijriah yang jatuh pada
tanggal 1 dan kedua, tragedi terbunuhnya Imam Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu
Nabi Muhammad SAW di padang Karbala, Irak pada tanggal 10 Muharam. Tahun ini,
10 Muharam bertepatan dengan tanggal 6 Desember.
Dari keduanya,
peringatan tragedi Karbala memiliki dimensi tersendiri meskipun lebih sedikit
yang memperingatinya. Begitu membekasnya peristiwa itu, sehingga menumbuhkan
sebuah tradisi di tengah masyarakat sebagai bentuk penghormatan atas syahidnya
Imam Husein. Telah lahir demikian banyak puisi, prosa, buku, drama, bahkan film
yang mengambil tema Karbala. Terkait dengan peringatan tersebut, Selasa (6/12)
malam, ribuan jemaah menghadiri malam Asyura yang digelar di kediaman Habib
Alwi Khadim Assegaf di kawasan Jln. Kembar VI No. 8 Bandung dan di GOR
Kawaluyaan yang diselenggarakanYayasan Muthahhari.
Pada acara di
kediaman Habib Alwi Assegaf, Asyura dihadiri Menteri Kehutanan RI, Zulkifli
Hasan serta sejumlah anggota DPR, DPRD Jabar, dan Kota Bandung. Sedangkan Wali
Kota Bandung Dada Rosada yang dijadwalkan datang ternyata berhalangan hadir.
Para jemaah berdatangan dari wilayah Garut, Cirebon, Sukabumi, Sumedang, dan
daerah lainnya di Jawa Barat. Mereka dengan khusyuk mendengarkan ceramah dari
Habib. Hujan yang mengguyur Kota Bandung tidak membuat para jemaah mengurungkan
niatnya menuntut ilmu dalam peringatan kematian cucu Nabi Muhammad SAW ini.
Sisi hitam
Peristiwa di Karbala
adalah fragmen yang mengabarkan salah satu sisi hitam dalam sejarah Islam. Imam
Husein bin Ali bin Abi Thalib, penerus ajaran Nabi dan lambang kesucian,
berhadapan dengan Yazid bin Muawiyah, penguasa tiran dan lambang kezaliman.
Sudah digariskan hukum alam, kesucian dan kezaliman tidak bisa berjalan
bergandengan.
Sebuah perang yang
tidak seimbang terjadi. Imam Husein dengan sekitar 70 pengikutnya berhadapan
dengan sekitar 30.000 tentara Yazid yang dikomandani Ubadilillah bin Ziyad.
Dalam rasa haus yang sangat, karena Yazid menutup akses rombongan Husein ke
Sungai Eufrat, anggota kafilah kecil ini satu per satu gugur dengan
mengenaskan. Termasuk anakanak kecil dan para wanita yang tidak berdaya.
Puncaknya, Imam Husein
syahid dan kepalanya dipenggal, lalu diarak ke istana Yazid bin Muawiyah.
Banyak penduduk Irak meratapinya, karena mereka tahu persis siapa lelaki yang
disebut Rasulullah sebagai pemuka para penghuni surga itu. Rasulullah sendiri
telah meramalkan kematian tragis cucu kesayangannya ini jauh-jauh hari.
Peristiwa terbunuhnya
Imam Husein terjadi pada tanggal 10 Muharam 61 Hijriah. Tanggal tersebut
dikenal dengan nama Hari Asyura. Lidah Jawa melafalkannya menjadi suro. Kaum
muslimin di beberapa negara menyelenggarakan peringatan Asyura secara
besar-besaran. Asyura menjadi ritual wajib tahunan yang tidak bisa
ditinggalkan. Mereka mengadakan semacam teater massal di tempat terbuka. Lalu
kisah penderitaan Husein dibacakan.
Kemudian mereka
melakukan arak-arakan sambil meneriakkan kalimat, “Setiap hari adalah Asyura,
setiap tempat adalah Karbala.” Kalimat yang bermakna sangat dalam. Bahwa tidak
ada waktu dan tempat yang kosong bagi perjuangan menegakkan kebenaran dan
keadilan. Hanya ada dua pilihan, berjuang bersama kafilah Husein atau berada
dalam barisan Yazid.
Menyejukkan
Sementara itu, acara
yang digelar Habib Assegaf berlangsung dengan sangat menyejukkan. Bahkan tidak
sedikit anak-anak kecil yang turut serta tertidur pulas. Sementara para jemaah
berzikir mengikuti Habib yang terus memanjatkan doa.
Semakin malam, jemaah
terus bertambah sekalipun penjagaan sangat ketat diberlakukan panitia.
Untuk mengantisipasi
membludaknya jemaah, panitia sangat sigap dengan menyediakan tenda yang
memanjang dari rumah Habib sampai ke Jln. Sriwijaya. Sejumlah aparat keamanan
dari kepolisian maupun TNI juga berjaga- jaga. Namun hingga acara selesai
suasana tetap kondusif.
Menurut ketua
panitia, Risyad, peringatan Asyura diisi dengan ceramah dan senandung duka
(maktam) guna mengenang perjuangan Imam Husein.
Tepat pukul 21.00 WIB
acara usai dan ribuan jemaah pulang dengan tertib. Panitia mengatur mereka
menuju kendaraan yang akan membawanya kembali ke daerahnya masing-masing.
Menurut ketua
panitia, Risyad, peringatan Asyura diisi dengan ceramah dan nyanyian senandung
duka (maktam) guna mengenang perjuangan Imam Husein bin Ali, yang tak lain cucu
Nabi Muhammad SAW.
Asyura diperingati
kaum Syiah untuk mengenang kematian Imam Husein pada 10 Muharam 61 Hijriah.
Hari Asyura adalah
hari ke- 10 pada bulan Muharam dalam kalender Islam. Sedangkan Asyura sendiri
berarti kesepuluh. Hari ini menjadi terkenal karena bagi kalangan Syiah dan
sebagian kaum sufi, Asyura merupakan hari berkabung atas syahidnya Husein bin
Ali, cucu Nabi pada pertempuran Karbala (680 M).
Tetapi kalangan Sunni
meyakini Nabi Musa berpuasa pada hari tersebut untuk mengekspresikan
kegembiraan karena kaum Yahudi sudah terbebas dari Firaun (eksodus). Menurut
tradisi Sunni, Nabi berpuasa pada hari tersebut dan meminta orang-orang untuk
berpuasa.
Penganut
syiah
Sementara itu,
Yayasan Muthahhari yang dipimpin cendekiawan Jalaluddin Rakhmat juga
melaksanakan peringatan Asyura di GOR Kawaluyaan, Kompleks Istana Kawaluyaan,
Jln. Soekarno-Hatta Bandung. Diperkirakan 4.000 penganut Syiah di Jawa Barat
menghadiri peringatan Asyura yang digelar Yayasan Muthahhari.
Peringatan tragedi
Karbala selalu digelar setiap tahun oleh Yayasan Muthahhari yang terletak di
Jln. Kiaracondong Bandung.
Peringatan dimulai
pukul 18.30 WIB dan dihadiri jemaah dari berbagai daerah, di antaranya Garut,
Tasikmalaya, dan Ciamis. Panitia juga mengundang organisasi kemasyarakatan
Islam.
Peringatan Asyura
diisi dengan berbagai kesenian, di antaranya pertunjukan teater “Palagan
Karbala” yang menceritakan tewasnya Imam Husein, cucu Nabi Muhammad SAW pada 10
Muharram 61 H. Acara puncak berupa renungan yang dipimpin Jalaluddin Rakhmat.
Sayangnya pada
peringatan tahun ini Yayasan Muthahhari tidak menampilkan tarian sufi yang
memiliki daya tarik tersendiri. Namun meski tidak menyajikan tarian sufi,
panitia menyajikan kesenian lokal di mana syair Imam Husein dibawakan dengan
budaya Indonesia.
Bukti lain
keberadaan Syiah di Garut adalah adanya seorang anak yang masuk ke Syiah
setelah adanya perkawinan dengan penganut Syiah. Terjerumusnya seorang wanita
yang bernama Leli-25 tahun (nama samaran) ke dalam Syiah - putri pertama dari Bpk Agus-60 tahun (nama samaran), warga Perum
Tanjung Tarogong Kaler Garut- karena pengaruh dari seorang gurunya sewaktu di
bangku SMP di Cibatu. Pengaruh Syiah masih terus berkanjut selepas SMP hingga Leli masuk
ke Perguruan Tinggi di STAIPI Garut. Dan berujung pada pernikahannya dengan seorang lelaki Syiah (kira-kira tahun
2010 lalu).
Bukti terakhir adanya syiah di Garut
menurut data yang kami miliki adalah adanya pengajian Syiah Desa Ciparay, Suci,
Garut yang di asuh Oleh Ust. Wahyu Yunus.
Abu Miqthal,
sumber info : kontributor faktasyiah.blogspot.com Garut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar