Abdullah bin Saba’ adalah seorang pendeta Yahudi dari Yaman yang
pura-pura masuk Islam pada akhir kekhalifahan ‘Utsman radiallahu ‘anhu.
Dialah orang yang pertama mengisukan bahwa yang berhak menjadi khalifah
setelah Rasulullah Shallallahu’Alaihi Wasallam adalah Ali Shallallahu
‘AlaihiWasallam. Tetapi pada abad ke-14, dimunculkanlah isu bahwa
Abdullah bin Saba’ itu adalah manusia bayangan. Mungkin didorong oleh
rasa tidak enak, karena timbul imajinasi bahwa ajaran Syi’ah itu berasal
dari Yahudi.Tetapi itu merupakan fakta sejarah yang telah
dibakukan,diakui oleh ulama-ulama Syi’ah pada jaman dahulu hingga
sekarang. Sungguh keliru orang yang mengatakan bahwa tidak ada perbedaan
antara Sunni dan Syi’ah, kecuali sebagaimana perbedaan yang terjadi
antara madzhab yang empat (Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali) dan
masalah-masalah furu’iyah ijtihadiyyah! Ketahuilah bahwa Syi’ah adalah
agama di luar Islam.Perbedaan antara kita kaum Muslimin dengan Syi’ah
sebagaimana berbedanya dua agama dari awal sampai akhir yang tidak
mungkin disatukan, kecuali salah satunya meninggalkan agamanya.Agar para
pembaca mengetahui bashirah (yakni hujjah yang kuat dan terang
naqliyyun dan aqliyyun) bahwa Syi’ah adalah dien/agama, maka di bawah
ini kami tuliskan sebagian dari aqidah Syi’ah yang tidak seorang Muslim
pun meyakini salah satunya melainkan dia telah keluar dari Islam.
1. Mereka mengatakan bahwa Allah Ta’ala tidak mengetahui bagian tertentu sebelum terjadi.
Dan mereka sifatkan Allah Ta’ala dengan al-Bada’ yakni Allah Subhanahu
wa Ta’ala baru mengetahui sesuatu setelah terjadi. (Dinukil dari kitab
Syi’ah wa Tahrifu al-Qur’an olehSyaikh Muhammad Malullah halaman 17,
nukilan dari kitab al-Anwaaru an-Nu’maaniyyah (I/31) salah satu kitab
terpenting Syi’ah).
2. Tahriful Qur’an (Perubahan Al-Qur’an).
Yakni mereka mengi’tiqadkan telah terjadi perubahan besar-besaran di
dalam Al-Qur’an. Ayat-ayat dan surat-suratnya telah dikurangi atau
ditambah oleh para shahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam di bawah
pimpinan tiga khalifah yang merampas hak ahlul bait, yaitu AbuBakar,
‘Umar dan ‘Utsman radhiallahu ‘anhum ajmain. (ibid)
3. Al Qur’an yang sekarang sudah tidak asli.
Mereka juga mengatakan bahwa Al-Qur’an yang ada ditangan kaum Muslimin
dari zaman shahabat sampai hari ini tidak asli lagi. Kecuali Al-Qur’an
mereka yang tiga kali lebih besar dari Kitabullah yang mereka namakan
mushaf Fatimah yang akan dibawa oleh Imam Mahdi. (ibid)
Al-Kusyi pula berkata: “Tidak sedikitpun isi kandungan di dalam al-Quran
(yang digunakan oleh Ahli Sunnah wal-Jamaah sekarang, Pent.) yang boleh
kita jadikan pegangan”.[ Lihat: As-Safi. (1/33)]
4. Menuhankan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu.
Lihatlah kepada sebagian perkataan ulama mereka tentang Ali bin Abi
Thalib yang kata mereka –secara dusta- telah mengatakan:Demi Allah.
Sesungguhnya akulah yang bersama Ibrahim di dalam api, dan akulah yang
menjadikan api itu dingin dan selamatlah Ibrahim. Dan aku bersama Nuh
didalam bahtera (kapal), dan akulah yang menyelamatkannya dari
tenggelam. Dan aku bersama Musa, lalu aku ajarkan ia Taurat. Dan akulah
yang membuat Isa dapat berbicara di waktu masih bayi dan akulah yang
mengajarkannya Injil. Dan aku bersama Yusuf di dalam sumur, lalu aku
selamatkan ia dari tipu daya saudara-saudaranya. Dan aku bersama
Sulaiman di atas permadani (terbang),dan aku-lah yang menundukkan angin
untuknya).
5. Bahwa Imam-imam mereka lebih tinggi derajatnya daripada para malaikat dan para Rasul/Nabi.
Lihatlah apa yang dikatakan Khomeini, pemimpin besar agama Syi’ah di
dalam kitabnya al-Hukuumatu al-Islamiyyah (hal. 52): ”Dan sesungguhnya
yang terpenting dari madzhab kami, sesungguhya imam-imam kami mempunyai
kedudukan (maqam) yang tidak bisa dicapai oleh seorang pun malaikat yang
muqarrab/dekat dan tidak oleh seorangpun Nabi yang pernah
diutus.”Maksudnya, imam-imam mereka itu jauh lebih tinggi daripara
malaikat dan sekalian Nabi yang pernah diutus. Inilah salah satu
penghinaan terbesar Khomeini kepada seluruh Malaikat dan para Nabi
semuanya (termasuk Jibril dan Muhammad Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam,berpegang kepada keumuman lafadz yang diucapkan Khomeini).
6. Percaya kepada Reinkarnasi.
Di antara I’tiqad Syi’ah yang terpenting dan menjadi salah satu asas
agama mereka adalah aqidah raj’ah, yaitu keyakinan hidup kembali di
dunia inisesudah mati, atau kebangkitan orang-orang yang telah mati di
dunia. Peristiwanya terjadi ketika Imam Mahdi mereka bangkit dan bangun
dari tidur panjangnya yang sampai sekarang telah seribu tahun lebih
(karena selama ini ia bersembunyi di dalam gua). Kemudian dihidupkanlah
kembali seluruh imam mereka dari yang pertama sampai yang terakhir tanpa
terkecuali Rasulullah Shallallahu’Alaihi Wa Aalihi Wasallam dan putri
beliau Fatimah. Kemudian dihidupkan kembali pula musuh-musuh Syi’ah yang
terdepan yakni Abu Bakar, Umar dan Utsman dan seluruh shahabat dan
seterusnya. Mereka semua akan diadili, kemudian disiksa di depan
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Aalihi Wasallam karena telah
mendzalimi ahlul bait, merampas imamah dan seterusnya.(Lihat kitab
mereka, Haqqul Yaqin, Hal. 347).
7. Taqiyyah (berdusta).
Berkata Mufid dalam kitabnya Tashhiihal-I’tiqaad, menerangkan pengertian
taqiyah dikalangan Syi’ah:”Taqiyah adalah menyembunyikan kebenaran dan
menutupi keyakinannya, serta menyembunyikannya dari orang-orang yang
berbeda dengan mereka dan tidak menampakkannya kepada orang lain karena
dikhawatirkan akan berbahaya terhadap aqidah dan dunianya.” Ringkasnya,
taqiyah adalah berdusta untuk menjaga rahasia. Bahkan terkadang mereka
berpenampilan seolah-olah mencintai Ahlus Sunnah, sehingga semua ini
menjadikan orang-orang yang polos di kalangan Ahlus Sunnah tertipu dan
terpedaya oleh mereka. Syi’ah mensyari’atkan dusta yang merupakan aqidah
yang harus dipercayai dan bahkan masuk dalam rukun iman, sebagaimana
disebutkan dalam kitab mereka:
- ”Kulani menukil dari Abdullah, ia berkata: Taqwalah atas agamamu dan
berhijablah dengan “taqiyah”, maka sesungguhnya tidak sempurna iman
seseorang apabila tidak berdusta (taqiyah). (Ushulul Kaafi hal. 483. Al
Kaafi merupakan salah satu kitab pegangan pokok mereka dalam hal aqidah
dan agama Syi’ah Imamiah).
- Kulaini mengatakan dari Abdullah ia berkata: Adalah Bapakku
mengatakan: “Dan apakah yang dapat menenangkan pikiranku selain berdusta
(taqiyah). Sesungguhnya taqiyah adalah surga bagi orang yang beriman.”
(Ushul Al-Kaafi hal.484).
- Jagalah agama kalian dan lindungilah dengan taqiyah, sesungguhnya
tidak beriman bagi siapa yang tidak bertaqiyah. (Al Kulani dalam Ushul
Al-Kafi, I/218).
- Diriwayatkan dari Ali bin Muhammad: “Wahai Daud! Sekiranya kamu
mengatakan bahawa orang yang meninggalkan taqiyah sama seperti orang
yang meninggalkan solat, maka sesungguhnya betullah kata-katamu itu”.[
Lihat: Wasail asy-Syiah (X1/466). Cetakan Tehran.]
Dengan taqiyah, seakan mereka menunjukkan iltizam-nya tehadap hukum
Islam. Saling menolong dengan dasar cinta dan kasih sayang dengan kaum
Muslimin. Padahal kenyataannya mereka berlepas diri dari kaum
Muslimin.Mereka menganggap bahwa Ahlus Sunnah lebih kafir daripada
orang-orang Yahudi, Majusi dan Musyrik. Mereka juga memandang bahwa
mereka tidak mungkin bertemu dengan kaum Muslimin dalam masalah agama.
8. Mengkafirkan para Shahabat Nabi.
- Abu Ja’far berkata: “Semua manusia (kaum muslimin Ahli Sunnah
wal-Jamaah) menjadi Ahli Jahiliyah (kafir/murtad setelah kewafatan
Rasulullah) kecuali empat orang, Ali, Miqdad, Salman dan Abu Dzar”.[
Lihat: Tafsir as-Safi. (1/389)]
- Al-Kulaini [nama penuhnya Muhammad bin Yakub al-Kulaini. Meninggal
dunia pada 328H] mensifatkan Abu Bakar, ‘Umar dan ‘Utsman telah keluar
dari kalangan orang yang beriman (murtad/kafir) lantaran tidak melantik
Ali sebagai khalifah setelah Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam
wafat. [Lihat: Usul al-Kafi. (1/488).]
- Malah al-Kulaini mengkafirkan seluruh penduduk Mekkah dan Madinah.
Menurut Kulaini: “Penduduk Madinah lebih buruk dari penduduk Mekkah dan
penduduk Mekkah telah kufur kepada Allah dengan terang-terang”. [Ibid.
(2/409)]
- Al-Kulaini juga menetapkan dalam kitabnya al-Kafi:
“Sesiapa yang tidak beriman kepada Imam Dua Belas maka dia adalah kafir
walaupun dia keturunan Ali atau Fatimah”.[ Lihat: Al-Kafi. (1/372-374)]
- Al-Majlisi seorang ulama besar Syiah menegaskan: “Bahwa mereka (Abu
Bakar, ‘Umar dan ‘Utsman) adalah pencuri yang khianat dan murtad, keluar
dari agama, semoga Allah melaknat mereka dan semua orang yang mengikut
mereka dalam kejahatan mereka, sama ada orang dahulu atau orang-orang
kemudian”.[ Lihat: بحار الانوار. (4/385). Muhammad Baqir al-Majlisi]
- Budak Ali bin Husin berkata: “Saya pernah bertanya kepada Ali bin
Husin tentang Abu Bakar dan ‘Umar. Maka dia menjawab: Keduanya kafir dan
sesiapa yang mencintainya juga kafir”. [ Ibid. (2/216)]
- Abu Basir (ulama Syiah) menegaskan: “Sesungguhnya penduduk Mekkah
telah kufur kepada Allah secara terang-terang dan penduduk Madinah lebih
buruk dari penduduk Mekkah, lebih buruk tujuh puluh kali dari penduduk
Mekkah”.[ Ibid. (2/410)]
9. Menolak Hadits-hadits walaupun hadits tersebut shahih yang
datang dari Muhaddits Ahlus Sunnah, seperti Imam Bukhari, Muslim,
Turmizi dan yang lainnya. Syiah hanya menerima hadis yang
diriwayatkan oleh perawi Ahli Bait. Menurut Syiah hadis bukan
semata-mata dari Nabi tetapi dari Imam Dua Belas yang maksum. Nilai
perkataan imam yang maksum senilai dengan wahyu dan sabda nabi.
[Keyakinan bahawa para imam maksum menjadikan semua perkataan yang
keluar dari mereka adalah sahih. Maka tidak diperlukan menyandarkan
sanadnya kepada Rasulullah s.a.w sebagaimana di kalangan Ahlu Sunnah
wal-Jamaah. Lihat: Tarikh al-Imamiyah. Hlm. 140. Abdullah Faiyad.]
10. Mengkafirkan Ahlus Sunnah wal Jama’ah dan menyatarakannya dengan orang-orang kafir, musyrikin lagi najis.
Begitu juga ulama Syiah mengkafirkan pengikut mazhab Syafi’i, Hambali,
Maliki dan Hanafi karena mereka digolongkan sebagai an-Nasibi.
- Menurut ulama Syiah lagi: “Dalam kalangan ulama (Ahli Sunnah) dari
Malik, Abi Hanifah, Syafi’i, Ahmad dan Bukhari semua mereka kafir dan
terlaknat”. [Lihat: Asy-Syiah wa as-Sunnah. Hlm. 7. Ihsan Ilahi Zahiri.]
- Keyakinan Syiah yang sesat ini diambil dari keterangan ulama mereka
Syeikh Husin al-’Usfur ad-Darazi al-Bahrani. Beliau menegaskan:
“Riwayat-riwayat para imam menyebutkan bahawa an-Nasibi (si Kafir)
adalah mereka yang digelar Ahli Sunnah wal-Jamaah”. [Lihat: Al-Masail
al-Khurasaniyah. Hlm. 147]
- Berkata Abu Qasim al-Musawi al-Khuri (ulama besar Syiah): “Najis ada
sepuluh jenis, yang ke sepuluh adalah orang kafir, iaitu yang tidak
beragama atau yang beragama bukan Islam atau beragama Islam menolak yang
datang dari Islam. Dalam hal ini tidak ada perbezaan antara murtad,
kafir asli, kafir zimmi, Khawarij yang ghalu atau an-Nasibi (Ahli Sunnah
wal-Jamaah)”.[ Lihat: Manhaj Shalihin. (1/116).]
- Berkata Ruhullah al-Musawi (ulama Syiah): “Sesungguhnya an-Nasibi
(Ahli Sunnah wal-Jamaah) dan Khawarij dilaknati Allah Subhanahu
wa-Ta’ala. Keduanya adalah najis tanpa diragukan lagi”.[ Lihat: Tahrirul
al-Wasilah. (1/116). Cetakan Beirut.]
11. Meyakini bahwa darah dan harta orang-orang Ahlus Sunnah adalah Halal.
- Berkata Muhammad bin Ali Babawaihi al-Qummi, dia meriwayatkan dari
Daud bin Farqad: “Aku bertanya kepada Abu Abdullah ‘alaihis salam:
Bagaimana pendapat engkau membunuh an-Nasibi (Ahli Sunnah wal-Jamaah)?
Dia menjawab: Halal darahnya akan tetapi lebih selamat bila engkau
sanggup menimpakan dengan tembok atau menenggelamkan (mati lemas) ke
dalam air supaya tidak ada buktinya. Aku bertanya lagi: Bagaimana dengan
hartanya? Dia menjawab: Rampas sahaja semampu mungkin”.[ Lihat: 'Ilal
asy-Syar'i. Hlm. 44. Cetakan Beirut.]
- Berkata Abu Ja’far ath-Thusi (ulama Syiah): “Berkata Abu Abdullah
‘alaihis salam (Imam as-Sadiq): Ambillah harta an-Nasibi (Ahli Sunnah
wal-Jamaah) dari jalan apapun kamu mendapatkannya dan berikan kepada
kami seperlima”.[ Lihat: Tahzibul Ahkam. (1V/122) Cetakan Tehran.]
- Yusuf al-Bahrani berkata (ulama Syiah): “Dari dahulu sehinggalah
sekarang, bahawa an-Nasibi kafir dan najis secara hukum, dibolehkan
mengambil segala harta benda mereka bahkan dihalalkan membunuhnya”.[
Lihat: Al-Hadiq an-Nadirah Fi Ahkam al-Atraf at-Tahirah. (X11/323-324).]
12. Menghalalkan Nikah Mut’ah (Kawin Kontrak).
- Mereka juga berdusta atas nama Ja’far Ash-Shadiq, alim yang menjadi
lautan ilmu ini! dikatakan oleh mereka telah bersabda: “Mut’ah itu
adalah agamaku dan agama bapak-bapakku. Yang mengamalkannya, mengamalkan
agama kami dan yang mengingkarinya mengingkari agama kami, bahkan ia
memeluk agama selain agama kami. Dan anak dari mut’ah lebih utama dari
pada anak istri yang langgeng. Dan yang mengingkari mut’ah adalah kafir
murtad.” (Tafsir Manhaj Asshadiqin Fathullah Al-Kasyani hal.356)
- Mereka juga berbohong atas nama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
wasallam, mereka mengatakan bahwa beliau bersabda: “’Barangsiapa
melakukan mut’ah sekali dimerdekakan sepertiganya dari api neraka, yang
mut’ah dua kali dimerdekakan dua pertiganya dari api neraka dan yang
melakukan mut’ah tiga kali dimerdekakan dirinya dari neraka.”
- Mereka menambah tingkat kejahatan dn kesesatan merea dengan
meriwayatkan atas nama Rasulullah Shallallhu‘alihi wasallam:
“Barangsiapa melakukan mut’ah dengan seorang wanita Mukminah, maka
seoloh-olah dia telah berziarah ke Ka’bah (berhaji sebanyak 70
kali).(‘Ujalah Hasanah Tarjamah Risalah Al Mut’ah oleh Al-Majlisi
Hal.16).
- Abu Ja’far Ath-Thusi menukil bahwa Abu Abdillah Alaihis-Salam (Imam
mereka yang di anggap suci) ditanya tentang mut’ah apakah hanya dengan
empat wanita? Dia menjawab, “Tidak, juga tidak hanya tujuh puluh.
”Sebagaimana dia juga pernah ditanya apakah hanya dengan empat wanita?
Dia menjawab, “Kawinlah (secara mut’ah) dengan seribu orang dari mereka
karena mereka adalah wanita sewaan, tidak ada talak dan tidak ada waris
dia hanya wanita sewaan.”(At-Tahdzif oleh Abu Ja’far Aht-Thusi, Juz
III/188)
- Mereka menisbatkan kepada imam keenam. yang ma’shum dia bersabda,
“Tidak mengapa mengawini gadis jika dia rela tanpa ijin bapaknya.”
(At-Tahdzif Al-Ahkam juz VII/256)
Silahkan yang belum tahu tentang syiah atau anti syiah, saya sarankan untuk membaca tulisan dari link dibawah ini sebagai referensi dan bentuk tabayyun pada syiah, jangan sampai anda belum tahu sedikitpun tentang syiah, tapi sudah mengatakan sesat dan kafir kepada orang yang bermazhab syiah, boleh jadi karena anda hanya ikut-ikutan atau anda hanya mendapat info sepihak tentang syiah...dan di akhirat nanti anda akan menyesalinya, dan hal itu sudah terlambat, karena pada saat itu penyesalan sudah tiada guna.
BalasHapushttps://simpatisansyiah.wordpress.com/
di web ini hanya ada 1 catatan: "Tabayyun Kepada Syiah: Saya Dari Anti Syiah Menjadi Simpatisan Syiah" saja.
Semoga bermanfaat. :)