Rabu, 09 Mei 2012

Akhlak Kang Jalal (8)

Prof Dr Kang Jalal menuduh Abu Bakar As Shiddiq mengabaikan hadits,  tapi seperti biasanya, kita harus meneliti lebih jauh sebelum menerima pernyataan Prof Dr Kang Jalal. Jangan percaya begitu saja pada Profesor kita ini.
Dalam menganalisa fiih sahabat, Prof Dr Kang Jalal menyimpulkan bahwa para sahabat sering mengabaikan sunnah Nabi shallallahu alaihi wasallam. Katanya :

Pada tahap pertama, para Al Khulafa Ar Rasyidin selain Ali, tampaknya lebih memustakan perhatian pada ayt-ayat Al Qur’an (atau ruh ajaran al Qur’an) dengan agak mengabaikan (kadang-kadang menafikan) hadis. Di bawah ini saya kutipkan berbagai riwayat berkenaan dengan sikap Al Khulafa Ar Rasyidin pada hadits (sunnah). Dahulukan Akhlak di atas Fikih hal 166

Kemudian Prof Dr Kang Jalal menukilkan beberapa riwayat, Insya kami akan membahasnya satu persatu. Kita mulai dari no 2, yaitu nukilan dari Tazkiratul Huffaz tentang Abubakar membakar hadis. Kami telah jelaskan bahwa nukilan itu diedit, pada akhir riwayat Ad Dzhahabi jelas-jelas mengatakan bahwa riwayat ini dhaif. Kemudian ada riwayat lagi yang dinukil oleh Prof Dr Kang Jalal, juga dari Tazkiratul Huffaz, yaitu:

Al Dhahabi meriwayatkan bahwa Abu Bakar mengumpulkan ornag setelah Nabi wafat dan berkata,: “ Kalian meriwayatkan hadis Rasulullah Saw. Yang kalian pertengkarkan. Nanti orang-orang setelah kalian akan lebih bertikai lagi. Janganlah meriwayatkan satu hadis pun dari Rasulullah Saw. Jika ada yang bertanya kepada kalian, jawablah: Di antara Anda dan kami ada Kitab Allah, halalkanlah apa yang dihalalkannya, dan haramkanlah apa yang diharamkannya.

Dari sini nampak Abu Bakar melarang periwayatan hadits, yaitu yang dituduhkan oleh Prof Dr Kang Jalal  terhadap Abu Bakar. Riwayat ini menjadi bukti bagi klaimnya, yaitu Abubakar melarang periwayatkan hadits. Tapi jangan percaya begitu saja pada bukti-bukti Prof Dr Kang Jalal, karena bukan sekali dua kali Prof Dr Kang Jalal menipu pembaca.


Kita lihat langsung ke sumber referensi, yaitu Tazkiratul Huffaz:
ومن مراسيل بن أبي مليكة أن الصديق جمع الناس بعد وفاة نبيهم فقال: إنكم تحدثون عن رسول الله صلى الله عليه وسلم أحاديث تختلفون فيها والناس بعدكم أشد اختلافا فلا تحدثوا عن رسول الله شيئا، فمن سألكم فقولوا بيننا وبينكم كتاب الله فاستحلوا حلاله وحرموا حرامه.

Riwayat yang dinukil oleh Prof Dr Kang Jalal diawali dengan kata : min marasil, yaitu mursal. Ibnu Abi Mulaikah tidak pernah bertemu dengan Abubakar As Shiddiq, maka riwayatnya dibilang mursal, yaitu riwayat yang putus sanadnya di awal, atau bisa dinyatakan dengan definisi lain, yaitu seorang tabi’in yang meriwayatkan hadits langsung dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Riwayat mursal adalah tertolak, karena ada satu perawi yang putus, dan tidak disebutkan identitasnya. Maka riwayat ini tertolak.

Tapi selama menghujat sahabat Nabi shallallahu alaihi wasallam, riwayat dusta pun boleh digunakan. Inilah kaedah tak tertulis yang “dipegang erat-erat” oleh para ulama syiah. Prof Dr Kang Jalal yang pernah menjadi murid para ulama syiah di Qum, menerapkan kaedah ini dengan baik pada tulisan-tulisanya. Tak heran, Prof Dr Kang Jalal adalah seorang yang cerdas dan mudah menerima pelajaran baru. Sayangnya dia belajar di tempat yang keliru, tempat para ulama yang hobi menipu, akhirnya jadilah dia seperti sekarang ini.

Tepat di bawah riwayat itu, Ad Dzahabi menuliskan:
فهذا المرسل يدلك أن مراد الصديق التثبت في الأخبار والتحري لا سد باب الرواية، ألا تراه لما نزل به أمر الجدة ولم يجده في الكتاب كيف سأل عنه في السنة، فلما أخبره الثقة ما اكتفى حتى استظهر بثقة آخر ولم يقل حسبنا كتاب الله كما تقوله الخوارج.

Riwayat mursal ini menunjukkan bahwa yang dimaksud oleh As Shiddiq adalah berhati-hati dan meneliti dalam menerima riwayat, bukan menutup pintu periwayatan sama sekali, bukankah engkau melihat ketika menghadapi kasusu warisan nenek, dan Abu Bakar tidak mendapatkan hal itu dalam Al Qur’an, bagaimana Abu Bakar mencari jawabannya dari sunnah, ketika ada orang terpercaya memberitahukan riwayat hadits padanya, dia tidak puas, dan bertanya pada orang terpercaya lainnya, dan tidak mengatakan cukuplah bagi kami kitab Allah, seperti kaum khawarij.

Meskipun Prof Dr Kang Jalal menukil dari Tazkiratul Huffaz, tapi ketika keterangan ini tidak mendukung tujuannya, yaitu menghujat sahabat Nabi shallallahu alaihi wasallam, maka keterangan ini tidak dinukil, karena akan mengubah pandangan pembaca dari tujuan utama Prof Dr Kang Jalal.
sumber : hakekat.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar