Selasa, 23 April 2019

TERIMA KASIH ATAS ILMU YANG DIBERIKAN


Berikut ini merupakan catatan seorang muslim yang dulu pernah belajar di lembaga pendidikan syiah milik jalaludin rahmat. Karena memang disekolah itu tidak dilakukan perekrutran secara langsung, maka almuni sekolah tersebut tidak menjadi syiah. Orang tersebut baru tahu syiah setelah bekerja dan mendapat info dari dunia luar. Namun sebagai sebuah misi dakwah, maka lembaga tersebut sudah berhasil merubah pemikiran seorang yang bisa jadi akan memusuhi syiah dia menjadi netral. Tidak memusuhi dan membenci syiah adalah sebuah keberhasilan dakwah syiah.

Sebuah acara diskusi syiah tanggal 15 Maret 2019


Berikut catatannya : 
Ustadz Jalaluddin Rakhmat yang saya hormati dan saya kagumi... Perkenalkan, nama saya Remandhia Mulcki atau biasa dipanggil Bima. Saya alumni SMUTH angkatan 11, saat ini bekerja sebagai Dosen Desain Komunikasi di Cikarang.
Sejujurnya selama tiga tahun saya bersekolah di Muthahhari, saya tidak terlalu mengenal dalam tentang sosok Ustadz Jalal. Mungkin karena pola pikir saya saat itu yang baru menginjak usia 15-16 tahun masih berada di hal-hal yang saya suka seperti menggambar, film animasi, dan game. Rasanya belum muncul urgensi untuk memahami pemikiran Islam. Saat itu saya melihat Islam hanya sebatas syariat dan tuntunan berkehidupan sebatas melakukan yang diwajibkan dan menjauhi yang dilarang.
Urgensi tentang Islam seutuhnya mulai terasa ketika saya masuk kuliah di ITB jurusan Seni Rupa. Saya melihat berbagai macam personality manusia dan latar belakang kehidupannya yang bermacam-macam. Dari yang atheis, agnostic, sampai yang begitu soleh kepribadiannya. Saya ingat dulu pernah berdebat tentang eksistensi Tuhan dengan teman saya yang menjadi atheis gara-gara semasa sekolahnya selalu di bully dan dilukai oleh teman-temannya. Dia menganggap Tuhan tidak pernah ada dan menolongnya ketika dia disakiti. Hal itu menyadarkan saya tentang setiap orang diberikan jalan hidup yang berbeda-beda. Dan disaat itu juga saya merasakan pemahaman saya tentang agama, khususnya Islam, tidak sedalam itu. Merasa begitu cetek. Moment itu yang menjadi turning poin bagi saya dalam mempelajari agama, khususnya Islam.
Singkat cerita, suatu saat saya melihat salah satu alumni Muthahhari berbagi tautan Soundcloud Misykat Bandung. Saya iseng membukanya dan akhirnya mendengarkan salah satu ceramah Ustadz Jalal disana. Ada sensasi yang berbeda ketika mendengarkannya. Ada emosi yang meluap-luap dan mencerahkan pemikiran saya tentang sejarah Islam.
Sejak saat itu saya rutin mendengarkan ceramah-ceramah Ustadz Jalal, terlebih saya setiap minggu pulang pergi menggunakan bis ke Cikarang selama 2-3 jam. Di moment itu saya selalu mendengarkan setiap ceramah, baik bepergian di pagi hari, atau pulang disore hari. Dan tidak terasa, saya telah mendengar lebih dari 500 tracks dan hampir tidak ada yang terlewat.
Beberapa track yang saya sukai saya unduh dan saya sering ulang-ulang. Banyak ilmu dari ceramah-ceramah tersebut yang saya ceritakan kembali kepada mahasiswa-mahasiswa saya ketika mengantarkan perkuliahan. Salah satunya adalah tentang neuroscience, otak dan kaitannya terhadap perilaku manusia.
Hal yang paling saya sukai dari ceramah Ustadz Jalal adalah beliau selalu membahas satu fenomena terkini, menyampaikan berita keilmuan terbaru, mengutip kata-kata dari filsuf maupun akademisi, dan mengkajinya dengan literatur Islam yang non-mainstream, atau jarang diangkat oleh Ustadz-ustadz kebanyakan.
Saya juga sampai saat ini sering mendengar ceramah-ceramah dari berbagai macam ustadz yang bisa diakses secara online, tapi dari semua orang itu, dua orang yang saya kagumi adalah Ustadz Jalal dan Cak Nun (Emha Ainun Najib). Dua orang tersebut benar-benar mengajarkan toleransi yang luar biasa dan membuka horizon saya tentang dunia ini menjadi lus.
“Orang itu akan diuji berdasarkan apa yang datang kepadanya”. Itu adalah salah satu ucapan Ustadz Jalal yang selalu saya ingat dan membuat saya lebih toleran kepada orang lain, khususnya yang berbeda agama. Di momen ini izinkan saya menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya atas ilmu yang Ustadz berikan. Selamat ulang tahun, semoga dijauhi dari semua marabahaya dan diberikan keberkahan atas seluruh ilmu yang diberikan sampai detik ini. Sebuah catatan dari Remandhia Mulcki


Tidak ada komentar:

Posting Komentar