Hidayatullah.com—Acara launching Sekolah
Tinggi Filsafat Islam (STFI) Sadra hari Kamis, (12/07/2012) kemarin di
Gedung Sucofindo, Jakarta Selatan dihadiri para tokoh. Di antaranya
Wakil Menteri Agama, Prof Dr Nasarudin Umar, perwakilan Direktorat
Pendidikan Tinggi Islam Prof M. Zein, Dewan Penyantun STFI Sadra, Prof.
Umar Shihab, Ketua STFI Sadra Umar Shahab serta Direktur Mizan Haidar
Bagir dan para undangan.
Dalam pembukaannya, Prof Umar Shihab
menyatakan kehadiran Sekolah Tinggi Filsafat Islam (STFI) Sadra
sangatlah diperlukan, mengingat sekolah yang mengajarkan filsafat
sangatlah sedikit.
“Mungkin STFI Sadra adalah Sekolah Filsafat Islam pertama di Jakarta,” tegas ketua MUI tersebut.
Seperti diketahui, filsafat adalah induk dari segala ilmu
pengetahuan. Dengan mempelajari filsafat, manusia dapat mengetahui
hal-hal yang tidak diketahui sebelumnya.
“Karena Filsafat tidak saja mempelajari teori, tapi juga sistematika
ilmu pengetahuan,” ujarnya di depan ratusan peserta yang menghadiri
acara tersebut.
Umar Shihab juga mengutip pendapat Ibnu Miskawih, seorang filsuf
Muslim abad 10 Masehi. Ulama klasik Islam ini, katanya, pernah
mengatakan bahwa mempelajari filsafat adalah sesuatu yang mutlak. Sebab
orang yang tidak mempelajari filsafat dapat terjerumus pada dunia
materialistis. Al Qur’an juga tegas meminta umat Islam untuk belajar dan
mengajar, katanya.
Prof Umar Shihab juga menampik bahwa filsafat identik dengan hal
abstrak dan sarat khayalan. Baginya, itu tidak benar. Karena filsafat
mengajarkan manusia untuk menganalisa setiap masalah.
“Yang benar akan diikuti, yang salah ditinggalkan,” ujarnya.
Menandai
peluncuran, STFI Sadra membuka dua program studi yakni Filsafat Islam
dan Ilmu Qur’an dan Tafsir. Pada angkatan pertama sekolah yang berlokasi
di Jalan Pejaten Raya ini menampung 80 mahasiswa baik jalur beasiswa
maupun berbayar.
Beberapa pengajar dalam sekolah tinggi filsafat
ini adalah lulusan Iran. Di antaranya, Dr. Khalid Walid, alumnus dari
Qom dengan desertasinya “Pandangan Eskatologi Mulla Shadra”. Walid juga
Wakil Ketua Yayasan Hikmat Al-Mustofa Jakarta. Pengajar lain juga ada
Abdullah Beik, MA, lulusan Qom tahun 1991.
Sementara masuk dalam
kepengurusan STFI Sadra, antara lain; Dr Umar Shahab, MA (Ketua Prodi
Filsafat Agama STFI Sadra), Dr. Haidar, MA (Ketua Prodi Ilmu Al-Quran
dan Tafsir), Dr. Kholid Walid, MA (Wakil Ketua Yayasan Hikmat Al-Mustofa
Jakarta), Abdullah Beik, MA (Dosen STFI Sadra Jakarta.
Acara
ditutup dengan seminar yang diisi beberapa nama di antaranya Prof.
Karim D. Crow (IAIS Malaysia), Prof. Dr Amin Abdullah (Staf Ahli Menteri
Agama dan Mantan rektor UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta, Prof Dr Azhar
Ashad (UIN Alauddin Makasar), dan Haidar Bagir (Doktor Filsafat UI dan
Dosen STFI Sadra).
Sebelumnya, Ahmad Jubaili, Ketua Tim Perumus Kurikulum dikutip radio Iran, IRIB, mengatakan,
kuliah di kampus ini merupakan tempat kajian ilmiah yang merujuk pada
Filsafat Mulla Sadra yang mampu menggabungkan seluruh pendekatan
keilmuan, terutama teologi, filsafat dan Tasawuf.
Mulla Shadra
mempunyai nama lengkap Shadr al Din Muhammad Ibn Ibrahim Ibn Yahya
Qawami al Syiraz, seorang filsuf terbesar mazhab Syiah Imamiyah.
Sementara
itu, Fahmi Salim, MA, Wakil Sekjen Majelis (Waskjen) Intelektual dan
Ulama Muda Indonesia, serta Komisi Pengkajian di MUI Pusat mengatakan,
dari bentuk, link (jalur), lembaga ini dinilai berbau dengan Syiah.
Termasuk jalur ke Jamiah Almustafa, Qom, Iran.
“Karena selama ini, gerakan Syiah masuk melalui filsafat,” ujarnya kepada hidayatullah.com, Jumat (13/07/2012) siang.*
Rep: Pizaro
Red: Administrator
sumber : hidayatullah.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar