RMOL. Indonesia dan Iran diharapkan dapat kembali membangkitkan kejayaan Islam. Karena itu, hubungan persahabatan dan kerjasama antara kedua negara berpenduduk mayoritas Islam itu harus terus ditingkatkan untuk mengejar berbagai ketertinggalan dari negara-negara lain.
Salah satu bentuk kerjasama yang paling dibutuhkan adalah kerjasama antara para ulama Indonesia dan para ulama Iran. Melalui forum para ulama inilah diharapkan tercipta kesalingpahaman (al-tafahum) dan saling mencintai (al-mahabbah) antara masyarakat Muslim di kedua negara.
Demikian ditakan Ayatollah Muhammad Ali Tashkiri pada saat menyambut rombongan Majelis Ulama Indonesia di kantor pusat organisasi internasional Majma’ al-‘alami li al-taqrib bain al-mazahib al-Islamiyyah, Teheran, Minggu (24/4).
"Paham keagamaan yang berbeda antara masyarakat Muslim Indonesia (sunni) dan Muslim Iran (syiah) sudah sepatutnya tidak menjadi penghalang. Perbedaan itu harus dijadikan sebagai rahmat dalam menjaga persatuan dan kesatuan umat Islam dunia," imbaunya.
Umat Islam di seluruh penjuru dunia, katanya menekankan, tidak boleh saling memusuhi. Karena umat Islam telah diikat dengan satu aqidah yang sama.
"Kini saatnya umat Islam mewarnai peradaban dunia dengan peningkatan ilmu pengetahuan, teknologi, dan sosial budaya. Andaikata umat Islam bersatu, maka Islam akan menjadi satu kekuatan baru yang diperhitungkan di pentas global,” Tashkiri menambahkan.
Menanggapi pernyataan tersebut, Ketua Komisi Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri MUI, Saleh Partaonan Daulay, menyebutkan bahwa ungkapan tulus Ayotallah Tashkiri itu perlu mendapat apresiasi dari seluruh umat Islam. Umat Islam diminta untuk segera meningkatkan komunikasi dan silaturrahim antara semua komponen umat Islam dari seluruh penjuru dunia.
"Perpecahan dan saling curiga di antara umat Islam kadang-kadang dipicu oleh ketidakpahaman di antara sesama mereka. Banyak kelompok umat Islam yang tidak mau membuka diri untuk mempelajari dan memahami ajaran kelompok umat Islam yang lain," terang Saleh.
Dalam konteks itulah, Saleh melanjutkan, MUI merasa perlu melaksanakan muhibbah dan silaturrahim ke Iran untuk melihat lebih dekat praktik keagamaan di tengah-tengah masyarakat Muslim Iran.
Kunjungan ini dilaksanakan selama sepekan mulai dari 21-27 April. Kunjungan ini diisi dengan berbagai kegiatan antara lain MUI bertemu Menlu Iran, Menteri Urusan Haji, Penasehat Presiden Ahmad Dinejad, Penasehat Wali al-Faqih, Lembaga-lembaga pendidikan Islam Iran, berkunjung ke Mashhad dan Qom, serta bertemu dengan para ulama-ulama senior Iran.
Delegasi Indonesia berjumlah delapan orang yang dipimpin Ketua MUI Pusat, Prof. Dr. Umar Syihab.[zul]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar