Hakimah berkata, “Hari ini, saya sudah cukup merepotkan kalian.”
Imam menjawab, “Malam ini akan lahir
seorang bayi laki-laki dari keluarga kami yang akan menerangi bumi
dengan ilmu, iman dan petunjuknya setelah bumi diliputi kezaliman dan
kegelapan.”
Hakimah dengan heran bercampur gembira bertanya, “Bayi tersebut anak Nargis?”
Imam menjawab, “Benar anak tersebut dilahirkan Nargis.”
Setidaknya ada dua versi ihwal jatidiri
juru selamat dunia ini. Sebagian besar golongan Ahlusunnah menganggap
bahwa Imam Mahdi itu bernama Muhammad bin Abdullah, yang akan muncul
menjelang Hari Kiamat tiba. Ini berdasarkan sebuah hadis dari Nabi Saw
yang mengatakan bahwa nama Imam Mahdi itu sama dengan namaku, ayahnya
sama dengan nama ayahku.
Sementara, di pihak lain, kalangan Syiah
Imamiyah meyakini bahwa Imam Mahdi itu adalah gelar untuk Muhammad bin
Hasan Askari bin Ali Hadi bin Muhammad Jawad bin Ali Ridha bin Musa
Kazhim bin Jafar Shadiq bin Muhammad Baqir bin Ali Zainal Abidin bin
Husein bin Ali bin Abi Thalib, menantu Rasulullah saw. Ulama Sunni yang
mengurutkan dua belas imam dari jalur Ahlulbait ini adalah Syekh Qanduzi
al-Hanafi dalam kitab Yanabi al-Mawaddah.
Telah berabad-abad umat manusia menanti
datangnya penyelamat yang dijanjikan. Orang-orang yang terzalimi pun
mengharap penuh kedatangan sang penyelamat untuk mengentas mereka dari
kezaliman. Penantian dan harapan ini dari satu sisi meniupkan ruh segar
ke hati manusia dan dari sisi lain, perdamaian serta kebahagiaan segera
terwujud dengan kedatangannya.
Imam Mahdi, anak dari Imam Hasan Askari
as merupakan anak cucu dari Rasulullah Saw (Ahlul Bait). Ibunda beliau
masih cucu dari raja Romawi yang menjadi istri Imam Hasan melalui proses
yang menakjubkan. Setelah Imam Mahdi lahir, ayah beliau, Imam Hasan
merawat sang bayi dan menjaganya secara ketat. Imam keduabelas umat
Syiah ini lebih banyak disembunyikan karena ancaman yang datangnya dari
pemerintah zalim saat itu.
Sejak masa kanak-kanak, Imam Mahdi telah
dianugerahi oleh Allah swt hikmah dan ilmu pengetahuan serta
menjadikannya sebagai tanda bagi umat manusia. Namun karena selalu
mendapat ancaman dari pemerintah saat itu, Imam Mahdi tidak tampil ke
publik dan dijaga dengan ketat oleh ayah beliau. Untuk beberapa waktu,
umat Islam jika ingin berhubungan dengan Imam Mahdi melalui orang-orang
kepercayaan beliau. Setelah membimbing umat dalam waktu yang singkat di
zaman ghaibah shugra (kegaiban kecil), Imam Mahdi kemudian mengalami ghaibah kubro (kegaiban besar).
Kegaiban pertama dimaksudkan, di antara
beberapa alasan, untuk menghindari terjadinya pembunuhan pada diri Imam
Mahdi, yang kabar tentang kelahirannya telah masyhur di kalangan umat
Islam, termasuk penguasa Bani Abbasiah saat itu. Mereka memata-matai
rumah Imam Hasan Askari yang dinubuatkan sebagai tempat kelahiran Imam
Mahdi. Alasan lain adalah untuk mempersiapkan umat Syiah dalam menerima
otoritas ulama yang kompeten selama kegaiban beliau.
Pada masa kegaiban pendek, umat Syiah
menyampaikan masalah-masalah mereka kepada wakil khusus Imam as, yang
terkenal sebanyak empat orang. Empat wakil ini kemudian menyampaikan
permasalahan tersebut kepada Imam Mahdi as. Pasca kegaiban pendek, yang
ditandai dengan berakhirnya perwakilan khusus Imam, akhirnya umat Syiah
terbiasa untuk menerima kepemimpinan ulama mereka dalam kegaiban panjang
ini.
Kabar tentang datangnya juru selamat
dunia telah dikenal manusia sepanjang sejarah. Berita gembira ini dan
isyarat kedatangan juru selamat dapat ditemukan disabda dan ajaran para
Nabi. Konsep soal datangnya juru selamat ketika dunia mendekati hari
Kiamat merupakan ideologi agama Samawi termasuk, Yahudi, Kristen,
Zoroaster dan khususnya Islam.
Di dalam Alquran yang mulia tidak
terdapat ayat-ayat yang jelas dan tegas tentang imamah, khilafah, dan
kepemimpinan al-Imam al-Mahdi ‘alaihissalam, tetapi isyarat-isyarat ke
arah itu ada, misalnya, saja dalam firman-firman Allah Azza wa Jalla
berikut ini :
“Mereka hendak memadamkan cahaya
Allah dengan mulut-mulut mereka, Allah tidak menghendaki selain
menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak
menyukainya.” (QS At-Taubah, 9 : 32)
“Dia yang telah mengutus Rasul-Nya
dengan membawa petunjuk dan ajaran yang benar untuk dimenangkan-Nya atas
seluruh ajaran, kendatipun orang-orang musyrik membencinya.” (QS At-Taubah, 9 : 33)
“Dia yang telah mengutus Rasul-Nya
dengan membawa petunjuk dan ajaran yang benar untuk dimenangkan-Nya atas
seluruh ajaran, kendatipun orang-orang musyrik membencinya.” (QS Ash-Shaff, 61: 9)
“Dia yang telah mengutus Rasul-Nya
dengan membawa petunjuk dan ajaran yang benar untuk dimenangkannya atas
ajaran seluruhnya, dan cukuplah Allah sebagai saksi. ” (QS Al-Fath, 48 : 28)
Di kitab suci Zoroaster disebutkan
musnahnya kezaliman dan kegelapan serta munculnya pewaris orang saleh.
Di kitab ini diisyaratkan peperangan perkepanjangan antara kebaikan dan
kejahatan. Di kitab agama Hindu juga menyebutkan juru selamat yang
dijanjikan. Pengikut agama Yahudi yang menganggap dirinya pengikut Nabi
Musa as juga memiliki keyakinan soal konsep juru selamat. Mereka
senantiasa menunggu kedatangan sosok yang dijanjikan ini. Di kitab suci
mereka seperti Taurat dan kitab lainnya ditekankan soal juru selamat
tersebut. Adapun agama Kristen melalui kitab Injilnya baik itu Injil
Matius, Lukas, Markus dan Barnabas serta injil Yohanes juga menyebutkan
banyak isyarat tentang juru selamat akhir zaman.
Keyakinan akan konsep juru selamat di
akhir zaman ketika dilontarkan Islam memiliki dimensi khusus. Dalam
pandangan Islam juru selamat dunia memiliki kriteria khusus. Juru
selamat ini termasuk janji Islam untuk mengakhiri kezaliman yang
memenuhi bumi. Islam senantiasa menjanjikan bahwa kebahagiaan dan
kesejahteraan hidup dibarengi dengan keadilan, kebebasan serta keamanan.
Dan ini bukan sekedar mimpi dan pasti terwujud.
Salah satu kriteria penting Imam Mahdi
adalah menghancurkan diskriminasi, ketidakadilan dan penyelewengan. Di
sisi lain, juru selamat ini akan mewujudkan kebahagiaan, kesejahteraan
dan kehidupan yang penuh keadilan serta kebebasan dan keamanan. Ia akan
membangun tatanan dunia baru yang dipenuhi keamanan dan keadilan. Pada
akhirnya kekuasaan dunia akan diperintah oleh orang-orang saleh.
Sementara itu, harapan dan penantian
(intizar) kemunculan Imam Mahdi selain memberikan spirit bagi manusia
juga mempersiapkan jalan masa depan. Penantian mampu memberi manusia
kekuatan stabil dan spirit ini diwariskan dari generasi ke generasi
berikutnya hingga masa kemunculan Imam Mahdi. Hal inilah yang membuat
manusia memiliki semangat kuat untuk menentang kezaliman sepanjang masa.
Sejatinya, penantian berarti tidak puas
akan kondisi yang ada. Manusia menanti kebaikan menguasai dunia. Ketika
manusia memiliki keyakinan seperti ini. Penantian adalah sebuah kondisi
psikologis yang memunculkan persiapan terhadap sesuatu yang dinantikan
dan lawan kata dari hal itu adalah putus asa. Setiap kali penantian
meningkat, maka persiapan semakin banyak. Tidakkah Anda merasakan jika
menanti seseorang yang akan datang, maka akan bertambah pula persiapan
Anda ketika kedatangan seseorang itu semakin dekat.
Dari sisi ini, setiap kali tingkatan
penantian mengalami perbedaan maka terjadi pula perbedaan kecintaan
terhadap orang yang Anda nantikan. Manakala kecintaan semakin besar maka
bertambah besar pula persiapan menyambut kedatangan orang yang
dicintai. Perpisahan dengan sang kekasih membuatnya sedih. Sampai-sampai
orang yang menanti melupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan
penjagaan dirinya, dia tidak lagi merasakan apa yang menimpa dirinya
dari rasa sakit ataupun tekanan yang menyayat.
Seorang mukmin yang menanti pemimpinnya,
manakala penantiannya semakin besar maka semakin besar pula upaya
dirinya untuk mempersiapkan baik dengan berbuat warak, berupaya
sungguh-sungguh, melakukan pembenahan diri, menghindari akhlak-akhlak
yang buruk, menghiasi dengan akhlak-akhlak yang terpuji sehingga ia
berhasil menjumpai pemimpinnya, menyaksikan keindahannya di masa
kegaibannya. Sebagaimana hal ini terjadi pada sejumlah besar orang
saleh. Karena itu, para imam maksum memerintahkan para pengikut mereka,
sesuai dengan yang tercantum dalam riwayat-riwayat, untuk melakukan
upaya pembenahan diri dan melaksanakan segala bentuk ketaatan.
SUMBER : (DarutTaqrib/IRIB/Adrikna!)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar