Hidayatullah.com--Ketua Dewan Syuro Ikatan Jamaah Ahlul
Bait Indonesia (Ijabi), sebuah organisasi Syiah di Indonesia, Dr.
Jalaludin Rakhmat memaparkan wacana buku elektronik yang biasa disebut
dengan e-book, di Konferensi Penerbit Dunia Islam yang dihadiri Presiden
Iran Mahmoud Ahmadinejad.
Tokoh Syiah Indonesia yang akrab
dipanggil Kang Jalal ini mengatakan, “Hari ini, kita menghadapi
tantangan baru di dunia penerbitan. Kini ada 3 juta judul buku baru yang
siap untuk didownload,” katanya.
Menurut Jalal, e-book bisa
jadi menjadi ancaman bagi penerbit konvensional. Meski demikian, dalam
pidatonya yang disampaikan di depan Presiden Republik Islam Iran,
Mahmoud Ahmadinejad, Kang Jalal mengatakan, “Para penerbit tidak perlu
khawatir akan maraknya e-book. E-Book tidak akan mampu menggeser buku
konvensional,” katanya.
Kang Jalal menyatakan, e-book memang
mudah diakses dalam waktu singkat dan dari jarak jauh. Akan tetapi
revolusi e-book mempunyai banyak kekurangan sehingga tidak dapat
menggeser fungsi buku konvensional.
Kepada wartawan IRIB (RRI-nya
Iran) yang khusus mewawancarainya di Hotel Esteghlal, Teheran,
menjelaskan, “Ada beberapa alasan e-book tidak dapat menggantikan buku
konvensional. Dari sisi ekonomi, e-book tidak menjangkau seluruh lapisan
masyarakat.
Untuk menggunakan e-book dibutuhkan perangkat
perantara yang harganya relatif mahal. Orang-orang desa tidak akan
menggunakan e-book sebagai sarana untuk mencari informasi.
Selain
itu, e-book hanya menguntungkan para kapitalis yang bermodal besar.
Investasi untuk e-book membutuhkan dana yang cukup besar. Kondisi ini
tentunya tidak sama dengan penerbit-penerbit buku konvensional yang
cukup bermodalkan dana yang minim.
“Adapun dari sisi pendidikan,
e-book membutuhkan keterampilan berkomputer. Dari sisi sosial, e-book
tidak mampu menggantikan pengalaman sosial-psikologis saat bercengkrama
dengan buku cetak.
Sementara buku konvensiobal mudah dikemas
menjadi hadiah yang kemudian diikat dengan pita. Aspek ini tidak bisa
ditemukan di e-book. Selain itu, buku konvensional menuntut pembaca
menyelami lembaran-lembaran dengan seksama dan ikatan emosi.
Uniknya,
pengalaman semacam itu tidak bisa dinikmati para pengakses e-book,
sehingga terkadang memaksa mereka untuk men-print teks yang tertuang
dalam e-book,” ujar Kang Jalal menjelaskan.
Dalam konferensi ini,
Kang Jalal menyimpulkan bahwa penerbit buku konvensional tidak akan
kehilangan fungsinya di tengah maraknya e-book. Apalagi untuk dunia
Islam, e-book masih dianggap tidak relevan.
Setelah Kang Jalal
berpidato, Ahmadinejad menyampaikan pidatonya dan menyinggung beberapa
poin yang disampaikan Kang Jalal terkait e-book. Menurut Ahmadinejad,
e-book akan menjadi ancaman global. Ahmadinejad juga meminta umat Islam
supaya lebih waspada. [pos/cha/hidayatullah.com]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar