Selasa, 02 Juli 2013

Kang Jalal Pidato di Depan Presiden Ahmadinejad

Hidayatullah.com--Ketua Dewan Syuro Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (Ijabi), sebuah organisasi Syiah di Indonesia, Dr.  Jalaludin Rakhmat memaparkan wacana buku elektronik yang biasa disebut dengan e-book, di Konferensi Penerbit Dunia Islam yang dihadiri Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad.

Tokoh Syiah Indonesia yang akrab dipanggil Kang Jalal ini mengatakan, “Hari ini, kita menghadapi tantangan baru di dunia penerbitan. Kini ada 3 juta judul buku baru yang siap untuk didownload,” katanya.

Menurut Jalal,  e-book bisa jadi menjadi ancaman bagi penerbit konvensional. Meski demikian, dalam pidatonya yang disampaikan di depan Presiden Republik Islam Iran, Mahmoud Ahmadinejad, Kang Jalal mengatakan, “Para penerbit tidak perlu khawatir akan maraknya e-book. E-Book tidak akan mampu menggeser buku konvensional,” katanya.

Kang Jalal menyatakan, e-book memang mudah diakses dalam waktu singkat dan dari jarak jauh. Akan tetapi revolusi e-book mempunyai banyak kekurangan sehingga tidak dapat menggeser fungsi buku konvensional.

Kepada wartawan IRIB (RRI-nya Iran) yang khusus mewawancarainya di Hotel Esteghlal, Teheran, menjelaskan, “Ada beberapa alasan e-book tidak dapat menggantikan buku konvensional. Dari sisi ekonomi, e-book tidak menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

Untuk menggunakan e-book dibutuhkan perangkat perantara yang harganya relatif mahal. Orang-orang desa tidak akan menggunakan e-book sebagai sarana untuk mencari informasi.

Selain itu, e-book hanya menguntungkan para kapitalis yang bermodal besar. Investasi untuk e-book membutuhkan dana yang cukup besar. Kondisi ini tentunya tidak sama dengan penerbit-penerbit buku konvensional yang cukup bermodalkan dana yang minim.

“Adapun dari sisi pendidikan, e-book membutuhkan keterampilan berkomputer. Dari sisi sosial, e-book tidak mampu menggantikan pengalaman sosial-psikologis saat bercengkrama dengan buku cetak.

Sementara buku konvensiobal mudah dikemas menjadi hadiah yang kemudian diikat dengan pita. Aspek ini tidak bisa ditemukan di e-book. Selain itu, buku konvensional menuntut pembaca menyelami lembaran-lembaran dengan seksama dan ikatan emosi.

Uniknya, pengalaman semacam itu tidak bisa dinikmati para pengakses e-book, sehingga terkadang memaksa mereka untuk men-print teks yang tertuang dalam e-book,” ujar Kang Jalal menjelaskan.

Dalam konferensi ini, Kang Jalal menyimpulkan bahwa penerbit buku konvensional tidak akan kehilangan fungsinya di tengah maraknya e-book. Apalagi untuk dunia Islam, e-book masih dianggap tidak relevan.

Setelah Kang Jalal berpidato, Ahmadinejad menyampaikan pidatonya dan menyinggung beberapa poin yang disampaikan Kang Jalal terkait e-book. Menurut Ahmadinejad, e-book akan menjadi ancaman global. Ahmadinejad juga meminta umat Islam supaya lebih waspada. [pos/cha/hidayatullah.com]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar