Assalamu Alaikum Ustadz
Saya ingin bertanya banyak tentang
Syiah, saya lihat di media maupun media sosial kembali menghangat masalah
Syiah ini,…banyak yang pro dan kontra, semuanya mengusung alasan dan
dalilnya atas setiap pembelaan maupun penentangannya mengenai syiah ini,
apalagi terkait dengan perang di suriah dan hizbullah, yang saya tanyakan
sebenarnya syiah ini aliran politik atau ideologi tersendiri ya?
Yunan
Assalamu Alaikum Wr Wb,
Di dalam menjawab ini, saya tidak
akan membicarakan tentang Aqidah Syiah secara rinci dan mendetail, karena
selain membutuhkan tulisan panjang, yang dirasa tidak efektif dan
kurang efesien dalam tanya jawab yang sangat terbatas, begitu juga pembahasan
tentang Syiah sudah ditulis oleh para uilama-ulama dahulu di dalam buku-buku
mereka, serta bisa didapati juga pada buku-buku kontemporer dalam berbagai
bahasa, disamping itu bisa diakses dari internet.
Saya hanya menyampaikan pandangan
secara umum terkaitan dengan bahaya Aqidah Syiah dalam tataran politik dan
keyakinan kaum muslimin secara bersamaan. Kenapa bisa dikatakan seperti itu ?
Kalau kita mau meneliti, akan kita
dapatkan bahwa pembicaraan tentang Syiah sudah dilakukan oleh para ulama
terdahulu di dalam buku-buku mereka yang menyatakan bahwa Syiah pada
awalnya adalah kelompok-kelompok menyimpang ( firqah ) dalam Islam, seperti
halnya Khowarij, Mu’tazilah, Qadariyah, Jabariyah dan lain-lainnya.
Yang menarik, bahwa pembicaraan
tentang Syi’ah muncul lagi pada abad sekarang, khususnya sejak munculnya
Revolusi Iran yang dipimpin oleh Khomeni pada tahun 1979 H, yang pada awalnya
disebut-sebut sebagai Revolusi Islam Iran, tetapi ternyata adalah Revolusi
Syiah Iran. Banyak dari kalangan Ahlus Sunnah yang terpedaya dengan
slogan yang diusung oleh Revolusi ini dengan menyebutkan :
لا شرقية لا غربية إسلامية إسلامية
لا شيعية لا سنية إسلامية إسلامية
Mereka dari kalangan Ahlus Sunnah
banyak yang menggantungkan harapan dari Revolusi ini. Tetapi beriring dengan
pergantian hari, ternyata terungkap sedikit demi sedikit maksud dan tujuan
utama revolusi ini, yaitu menguasai dunia dengan menyebarkan ajaran Syiah
Imamiyah.
Tashdir Tsaurah ( Pengiriman
Revolusi) dan Imam Mahdi
Di dalam ajaran Syiah Imamiyah
disebutkan bahwa Imam Mahdi ( Imam Ke -12 ) akan muncul di akhir zaman dengan
tugas sebagai berikut :
- Membawa Syariat Baru, yaitu Syariat Nabi Daud dan Sulaiman as, sebagaimana yang disebutkan oleh Al Kulaini dalam “Al Kafi”, [1]
- Membawa al Qur’an baru yaitu Mushaf Fatimah,
- Merobohkan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi,
- Membongkar kuburan Abu Bakar dan Umar bin Khottab, kemudian dibakarnya dan dihambur-hamburkan abunya[2]. Artinya mereka akan menyerang negara-negara Arab yang ada disekitarnya. Saat ini, mereka telah merebut Iraq dengan membonceng pasukan Amerika Serikat. Sesuatu yang pernah dilakukan oleh al Alqami dan Nashiruddin Ath Thusi yang memprovokasi Pasukan Tatar untuk membantai kaum muslimin yang ada di Baghdad, dan sejarah itupun terulang kembali [3].
- Membalas dendam bangsa Arab [4]
- Membunuh Nawashib ( Anti Syiah ) yang selama ini menentang aqidah mereka, kecuali yang ikut mereka. [5]
Yang perlu diperhatikan disini,
bahwa tugas-tugas Imam Mahdi di atas – menurut kesepakatan para pemikir Syiah
kontemporer – khususnya yang berhubungan dengan perluasaan kekuasaan dan hak
untuk membunuh lawan-lawan politik mereka, terutama Ahlus Sunnah telah diambil
alih oleh Negara Iran yang didirikan dan dipimpin oleh Khomeni.[6]
Hal ini diperkuat dengan adanya
ad-Dustur al- Islami Negara Iran yang menyatakan bahwa tentara negara Iran
bukan saja menjaga perbatasan negara, tetapi juga bertugas untuk berjihad di
seluruh penjuru dunia. Dan disebutkan juga di dalam Dustur tersebut bahwa di
saat belum munculnya Imam Mahdi, maka kekuasaan dan kepemimpinan Negara Iran
dipegang oleh al Faqih [7],
yang kemudian terkenal dengan konsep “ Wilayatul Faqih “ yang disusun oleh
Khomeni sebelum terjadinya revolusi.
Disebutkan juga di dalam Dustur
tersebut bahwa Revolusi Iran bertanggung jawab untuk membantu orang-orang
tertindas menghadapi para penguasa di negaranya masing-masing, sehingga
memudahkan untuk membangun sebuah umat internasional yang bersatu di bawah satu
kepemimpinan, inilah yang disebut oleh banyak pengamat dengan istilah “ Tasdir
Tsaurah “ ( Pengiriman Revolusi ) .
Tentunya, Al Khomeni dengan
pernyataan-pernyataan tersebut[8] telah
menyelisihi apa yang telah menjadi kesepakatan para ulama Syiah sepanjang
sejarah bahwa yang mengaku Mahdi sebelum waktu keluarnya dinyatakan kafir. Akan
tetapi karena Khomeni berhasil mendirikan sebuh negara dengan seluruh
kekuatannya, maka keyakinan yang selama ini dipegang teguh oleh ulama-ulama
pendahulu mereka menjadi luntur. Sehingga kita dapatkan ulama-ulama kontemporer
Syiah mulai mendukung konsep Wilayatul Faqih Khomeni tersebut. Bagi mereka yang
menyelisihinya akan dikucilkan, bahkan kalau perlu dibunuh. [9]
Yang menguatkan adanya hubungan erat
antara gerakan politik syiah dengan aqidah mereka adalah para imam 12 yang
mereka yakini setelah Ali, Hasan dan Husen semuanya adalah keturunan Husen.
Pertanyaannya adalah kenapa harus keturunan Husen ? Kenapa orang-orang
Syiah cintanya kepada Husen jauh berlebihan jika dibandingkan dengan cinta
mereka kepada Hasan ? Bahkan Hasan tidak disebut-sebut dalam buku-buku mereka
kecuali sangat sedikit sekali ? Setelah ditelusuri ternyata istri dari Husen
adalah seorang putri istana kerajaan Persia yang bernama Syahrubanu, yang
merupakan putri raja Persia terakhir yang bernama Yazdajrid, disinilah terjadi
pertemuan darah al Hasyimiyah dan darah as Sataniyah. [10]
Kekuasaan dan Imamah
Konsep Imamah adalah doktrin syiah
yang paling mendasar. Sebuah doktrin yang sudah merupakan harga mati dan tidak
bisa ditawar-tawar lagi. Mungkin saja, seorang syiah menutupi-nutupi ajaran
lainnya dengan konsep “ Taqiyah “. Tetapi dalam masalah Imamah ini, seperti
mereka tidak bisa bertaqiyah. Ulama kontemporer mereka Muhammad Husen Ali
Kasyif al Ghitoi mengarang buku “ Ashlu Syiah wa Usuluha “ dalam rangka untuk (
At-Taqrib ) mendekatkan antara Syiah dan Sunnah, maka buku ini dikirim ke
seluruh dunia dan diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Di dalam buku tersebut
Muhammad Husen Ali Kasyif al Ghitoi menjelaskan dengan gamblang bahwa masalah
Imamah adalah masalah yang paling mendasar dalam Syiah Imamiyah dan merupakan
titik perbedaan yang paling penting antara Syiah dengan Sunnah. [11]
Di dalam konsep Imamah ini
didapatkan poin-poin sebagai berikut :
- Imamah merupakan jabatan Ilahi, maka yang memilih para imam-imam mereka adalah Allah swt secara langsung melalui nash.[12]
- Wilayah ( Kepimpinan ) merupakan rukun Islam yang kelima. [13]
- Para Imam yang berjumlah 12 orang mempunyai kedudukan yang tidak bisa dicapai oleh malaikat yang paling dekat dengan Allah, maupun oleh nabi yang diutus. [14]
- Para imam mereka lebih utama dari ulul azmi dari kalangan nabi.[15]
- Yang mengingkari salah satu Imam sama dengan mengingkari kenabian, artinya telah kafir dan sesat serta masuk dalam neraka selama-lamanya [16]. Dengan alasan seperti ini mereka mengkafirkan seluruh sahabat kecuali tiga orang yaitu Miqdad, Salman dan Abu Dzar, bahkan mereka mengkafirkan seluruh kaum muslimin non syiah, serta menghalalkan darah mereka.
- Imam mereka mengetahui kapan mereka mati, dan mereka tidak akan mati kecuali dengan mereka. [17]
- Para Imam adalah maksum ( terjaga) dari berbuat salah dan dosa, baik yang kecil maupun yang besar, baik sengaja maupun tidak sengaja. Mereka juga terjaga dari kelengahan, kekeliruan dan lupa.[18]
Doktrin Imamah ini sebagaimana telah
disebut di atas, merupakan doktrin yang paling penting. Doktrin inilah yang
mewarnai hampir seluruh ajaran Syiah secara umum, seperti Tahrif al Qur’an,
Pengkafiran para sahabat dan umat Islam non Syiah, penghalalan darah mereka,
dan lain-lainnya.
Hal itu sangat dimaklumi, karena di
dalam konsep Imamah inilah kekuasaan akan bisa diraih, semua pengikutnya
diwajibkan untuk mentaati imam-imam mereka yang maksum dan tidak pernah berbuat
salah, apalagi mereka diangkat langsung oleh Allah swt dengan melalui nash dan
wasiat dari Rasulullah saw. Tentunya, dengan diterapkannya konsep Imamah ini
dalam tataran politik, akan membentuk kekuatan yang luar biasa, karena akan
didukung oleh para pengikutnya yang sangat fanatik dan rela mengorbankan apa
saja demi tercapai tujuan-tujuan yang telah diletakkan oleh para Imam mereka.
Revolusi Iran merupakan contoh nyata dari penerapan konsep Imamah tersebut.
Tahrif al Qur’an.[19]
Doktrin tentang Tahrif al Qur’an
dimunculkan syiah untuk mendukung konsep Imamah, oleh karenanya, kita dapati
hampir seluruh ayat-ayat Al Qur’an ditakwilkan untuk mendukung
kekhilafahan Ali bin Abu Thalib ra, seperti dalam QS Al Maidah : 55 dan
67. Bahkan untuk tujuan tersebut, mereka tidak segan-segannya untuk menambah
ayat –ayat di dalam Al Qur’an. Sehingga muncullah doktrin-doktrin di bawah ini
:
- Al Qur’an yang sebenarnya terdiri dari 17.000 ayat. [20]
- Yang bisa mengumpulkan dan menghafal al Qur’an persis seperti apa yang diturunkan oleh Allah hanyalah para imam. [21]
- Mereka mempunyai Mushaf Fatimah, yang tebalnya tiga kali lipat dari al Quran yang dipegang kaum muslimin sekarang, dan tidak ada satu hurufpun yang ada dengan al Qur’an sekarang.[22]
Tentunya, masih banyak
doktrin-doktrin Syiah yang bertentangan dengan aqidah umat Islam, bahkan
doktrin-doktrin tersebut bisa mengganggu keamanan masyarakat, karena berujung
pada revolusi berdarah untuk merebut kekuasaan. Oleh karenanya, umat Islam
harus selalu waspada dengan gerakan-gerakan seperti ini, agar
peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau seperti pembantaian umat
Islam secara masal yang terjadi di Baghdad pada masa Khilafah Abbasiyah,
kemudian terulang kembali di saat jatuhnya Saddam Husen, begitu juga
sabotase berdarah yang terjadi di Mekkah al Mukarramah yang diikuti dengan
pencurian Hajar Aswad, konflik berdarah yang tidak kunjung selesai yang terjadi
di Pakistan, Yaman, dan Bahrain serta peristiwa –peristiwa lainnya, agar semua
itu bisa dihindari khususnya di negara Indonesia yang mayoritas umat Islamnya
bermadzhab Ahlus Sunah.
Yang terakhir, kami mengajak umat
Islam, khususnya para ulama dan cendikiawan untuk banyak membaca buku-buku
literatur aliran Syiah ini, dan mengikuti perkembangan politik yang ada di
Timur Tengah, supaya kita benar-benar mengetahui hakekat gerakan aliran ini,
sehingga tidak mudah terkecoh dengan slogan-slogan kosong yang sering diusung,
padahal kenyataannya tidak demikian.
Mudah-mudahan Allah membimbing kita
kepada jalan-Nya yang lurus, dan memberikan kepada kita kekuatan untuk selalu
memegang kebenaran hingga akhir hayat kita, Amien.
Dr Ahmad Zain
[1] Lihat
Al Kulaini dalam Al Kafi : 1/397. Disini sangat kelihatan persamaan keyakinan
Syiah dengan keyakinan Yahudi, yang hendak menghancurkan Masjid al- Aqsa dan
membangun di atas reruntuhannya kuil Nabi Daud dan Sulaiman, dan dari
situ orang-orang Yahudi akan memimpin dunia ini. Hal ini semakin menyakinkan
kajian yang menyatakan bahwa aliran Syiah ini pertama kali dimunculkan
oleh Abdullah bin Saba’ yang merupakan orang Yahudi yang berpura-pura
masuk Islam dengan tujuan merusak Islam dari dalam. Abdullah bin Saba’ ini
bukanlah tokoh fiktif seperti yang diisukan oleh sebagian ulama syiah
kontemporer seperti Murtadha al Askari dan Muhammad Husen Ali Kasyif
Ghitoi dalam bukunya: Ashlu asy Syiah wa Ushuluha. Para ulama syiah
terdahulu sendiri mengakui keberadaan Abdullah bin Saba’, seperti Sa’ad Al Qummi
yang terkenal dengan ats Tsiqah di dalam bukunya al Maqalat wa al Firaq, An
Nubakhty di dalam bukunya Firaqu as Syi’ah, dan al Kusi di dalam Rijal al
Kusi, dan ahli sejarah mereka al Ya’qubi dalam bukunya Tarikh al Ya’qubi.
[2] Lihat
At Thusi di dalam bukunya : “ Al Istibshor “ dan “ AtTahdzib “, Al Majlisi di
dalam Bihar al Anwar 52/ 386.
[3] Lihat
umpamanya : DR. Imad Ali Abdus Sami’ di dalam bukunya “ Khiyanat asy Syi’ah wa
Atsaruha fi Hazaim al Ummah al-Islamiyah.”
[4] Al
Majlisi, Bihar Al Anwar : 52/ 338
[5] Al
Majlisi, Bihar Al Anwar : 52 / 373
[6] Lihat
Ali Al Kurani, al Mumahidun lil al Mahdi, hlm 126- 127, sebagaimana dinukil
oleh Mundzir as Syarif dari Ulama Najef, dalam bukunya : Al Mukhaththath Al
Ijrami Li Ibadati Umat Al Islam Tahta Musamma Khuruj Al Imam Al Mahdi, hlm :62
[7] Lihat
Dustur al Islami Negara Iran, hlm : 18
[8] Lihat
lebih lengkap dalam al Khomeni, al Hukumat al Islamiyah,hlm : 26, 48, 80, 113
[9] Mundzir
as Syarif, Al Mukhaththath Al Ijrami, hlm : 61
[10] Utsman
bin Muhammad al Khomis, Madza Ta’rif ‘an Dien as Syiah , hlm : 87
[11] Muhammad
Husen Ali Kasyif Ghitoi, Ashlu asy Syiah wa Ushuluha, hlm : 133
[12] Muhammad
Husen Ali Kasyif Ghitoi, Ashlu asy Syiah wa Ushuluha, hlm : 134
[13] Al
Kulaini, Al Kafi : 2/ 18
[14] Al
Khomeni, al Hukumat al Islamiyah, hlm : 52
[15] Abdul
Husain Nikmatullah al Jazairi, al Anwar an Nukmaniyah : 1/ 20-21
[16] Al
Majlisi, Bihar al Anwar : 27/ 62
[17] Al
Kulaini, al Kafi : 1/258
[18] Al
Majlisi, Bihar al Anwar : 25/ 191
[19] At
Tabrisi, seorang ulama syiah telah menulis sebuah buku yang menyatakan adanya
doktrin Tahrif al Qur’an dalam ajaran Syiah, buku tersebut diberi judul : “
Fashl al Khithab fi Itsbati Tahrif Kitabi Rabb al Al Arbab. “
[20] Al
Kulaini, al Kafi : 2/ 634.
[21] Al
Kulaini, al Kafi : 1/ 228.
[22] Al
Kulaini, al Kafi : 1/ 239.
sumber : eramuslim.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar