Oleh: Muhammad Pizaro Novelan Tauhidi
MESKI berbagai data keterlibatan pihak Syiah sebagai provokator dalam
konflik Sampang jilid II ini benar-benar nyata, tokoh Syiah Indonesia,
Hasan Daliel justru menuding adanya tangan-tangan Zionis Israel
bermain dalam konflik Sampang. Ketua Dewan Pimpinan Pusat Ahlul Bait
Indonesia, itu menilai Israel memiliki kepentingan untuk memecah
Syiah-Sunni Indonesia. Sebab, kata Hasan Daliel, Syiah dan Sunni punya
potensi menjadi kekuatan besar yang ditakuti dunia. "Jika dua sayap ini
bersatu maka bisa menghadang kekuatan-kekuatan jahat dunia," terangnya
dalam doa bersama Ahlul Bait Indonesia untuk korban Sampang di Tugu
Proklamasi, Jakarta Selatan, Selasa malam (28/08/2012).
Ucapan
Hasan Daliel ini bagai panah beracun, yang masuk menembus tubuh tapi
diam-diam punya efek mematikan. Kenapa? Karena ucapan ini tidak lain
adalah penggiringan opini bahwa kebencian umat Islam terhadap kaum
Syiah adalah skenario yang dimainkan Israel, bukan dilandasi faktor
akidah. Jadi membincangan konflik Suni-Syiah menjadi tidak relevan
karena perbedaan diantara kelompok tersebut menjadi gugur dengan
sendirinya.
Pertanyaannya adalah betulkah selama ini konflik
Suni-Syiah adalah skenario yang dimainkan Zionis Yahudi? Bukankah
selama ini umat Islam di Iran justru mengalami penindasan oleh rezim
Syiah? Mereka ditindas, tidak boleh sholat dan beribadah justru karena
ulah tangan-tangan Syiah sendiri tanpa keterlibatan Israel. Jadi ucapan
Hasan Daliel menjadi tidak relevan.
Kehidupan Yahudi di Iran
pun selama ini tenang-tenang saja, mereka diberi hak-haknya. Tidak ada
tanda permusuhan dari seorang Ahmadinejad. Bahkan Iran adalah Negara di
Timur Tengah yang menampung Yahudi terbanyak setelah Israel dengan
jumlah populasi yang mencapai 50.000 orang dan tersebar di tiga kota,
Teheran, Isfahan, dan Shiraz. Berbeda dengan umat Islam (untuk menyebut
Suni) yang mengalami penindasan.
Umat Islam di Iran juga
mengalami penekanan yang sistematik selama bertahun-tahun. Pemimpin
mereka, seperti Ahmed Mufti Zadeh dan Syeikh Ali Dahwary, dipenjarakan
kemudian dibunuh. Pemerintah Iran juga menghancurkan masjid-masjid kaum
Sunni, bahkan adzan kaum Sunni pun dilarang oleh pemerintah Iran.
Hebatnya, seakan berbanding terbalik, Sinagog Yahudi justru banyak
bertebaran di seantero Iran, di Teheran sendiri ada 10 tempat ibadah
kaum Yahudi laknatullah tersebut. Mereka aman, sejahtera, dan sentosa.
Beberapa waktu lalu seorang Ulama Syiah sempat membuat pernyataan
mengejutkan, Menurut Ulama Syiah Mahmud Nubia, bahwa penasehat teras
atas Ahmadinejad, Esfandiar Rahim Mashaei, menyatakan bahwa Iran harus
memiliki “hubungan yang bersahabat” dengan Negara Yahudi, namun
Ahmadinejad menahan diri dari posisi ini di depan umum karena pemimpin
tinggi Syiah Iran Ayatollah Ali Khamenei sangat keberatan dengan hal
ini.
Nubia lebih lanjut menyatakan bahwa Presiden Iran secara
pribadi mengatakan kepadanya bahwa ia mendukung pernyataan Mashaei, tapi
tidak bisa berkata apa-apa karena menghormati pemimpin tertinggi Syiah
Iran, Ali Khamenei.
Sejatinya, menurut Husain Ali Hasyimi,
dalam tulisannya, Al-Harbul Musytarakah Iran wa Israil bahwa sejak zaman
Syiah Pahlevi, Iran telah menjalin hubungan perdagangan dengan Zionis
Yahudi. Dan hubungan dagang ini berkelanjutan hingga setelah revolusi
Syiah yang dipimpin oleh Khumaini.
Bahkan pada tahun 1980-1985,
Zionis Yahudi merupakan Negara pemasok senjata terbesar ke Iran.
Sandiwara “permusuhan” Iran dan Yahudi mulai terbongkar, ketika pesawat
kargo Argentina yang membawa persenjataan dari Yahudi ke Iran tersesat,
sehingga masuk ke wilayah Uni Soviet, dan akhirnya di tembak jatuh
oleh pasukan pertahanan Uni Soviet. Dikisahkan, Iran membeli
persenjataan dari Yahudi seharga 150 juta dolar Amerika, sehingga untuk
mengirimkan seluruh senjata tersebut, dibutuhkan 12 kali penerbangan.
Lebih dari itu, Amerika juga pernah terlibat skandal dengan Iran
dimana Ronald Reagen, (yang kala itu menjadi Capres) pernah
berpura-pura memerangi Khomeini, akan tetapi di belakang layar justru
Amerika gencar mengirimkan senjata-senjata mutakhir untuk memenangkan
Khomeini.
Lewat investigasi berkepanjangan akhirnya skandal
Iran Gate ini pun akhirnya terbongkar. Reagan dianggap menjurus pada
tindakan kriminal, terlebih telah melibatkan CIA dan Partai Republik
dengan seluruh kegiatannya menjalin hubungan dengan Iran. Reagan pun
akhirnya membuat pernyataan resmi kepresidenan tentang hubungan
AS-Iran. Dikatakan tidak ada masalah apa pun dalam hubungan kedua
negara. Negeri ini juga tidak lagi memberi indikasi teror yang
mengancam AS. Dan hingga kini “kedekatan” ini terus berlangsung. Meski
mengecam keberadaan Iran, belum ada satupun peluru Amerika turun di
Teheran. Begitu juga sebaliknya, tidak ada satu peluru dari senjata
Iran turun memberondong tentara Amerika. Perlawanan terhadap
imperialism Amerika di Timur tengah justru dilakukan oleh para
mujahidin Islam yang berfaham Ahlus Sunnah wal jama’ah. padahal di
dekat Iran, ada Afghanistan dan Irak yang tengah bergejolak akibat
invasi tentara Amerika.
Jadi dengan sederet fakta ini, ucapan
Hasan Dalel menjadi gugur sendirinya. Sebaiknya, pihak Syiah tidak
membuat analisis yang justru mengaburkan konflik sebenarnya di Sampang.
Kita ketahui bersama melalui investigasi, bentrok di Sampang tidak
lain murni diawali oleh pengikut Syiah. Ajaran Syiah yang memang
berbeda dengan Islam justru dikampanyekan door to door ke
rumah-rumah warga yang sudah teguh memilih jalan Islam. Umat Islam di
Sampang hanyalah melakukan pembelaan atas ajaran Syiah yang dianggap
mencela para Sahabat Nabi. [baca; 50 Ulama Telah Peringatkan Ajaran Tajul Muluk]
MUI pusat bersama MUI Jatim pun seringkali turun ke Sampang untuk
mendamaikan konflik Syi’ah dan umat Islam yang sudah berlangsung lama.
Namun pihak Syi’ah dinilai selalu memancing perkara dengan materi
pengajian-pengajian yang provokatif, hal inilah yang menyulut kemarahan
warga. Namun belakangan selalu diabaikan, bahkan diarahkan seolah-olah
persoalannya hanya urusan cinta dan keluarga.*
Penulis adalah Koordinator Kajian Zionisme Internasional
sumber : hidayatullah.com
Rep: Administrator
Red: Cholis Akbar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar