SALAH satu ‘kehebatan’
bangsa kita adalah mampu memproduksi pernyataan bombastis, walau belum
tentu atau belum pernah dibuktikan dengan praktek nyata di lapangan.
‘Kehebatan’ seperti itu bisa ditemukan pada segala kategori sosial,
termasuk di kalangan yang mengusung symbol pembela agama.
Diantara yang memiliki ‘kehebatan’ itu
tampaknya termasuk juga Habib RS, Ketua Front Pembela Islam (FPI), yang
oleh sebagian kalangan dituding cenderung kepada paham syi’ah
laknatullah yang sesat menyesatkan. Faham sesat syiah itu diantaranya
menghina para sahabat Nabi yang mulia.
Sebagaimana diberitakan hidayatullah.com
edisi Kamis, 15 November 2012, Habib RS mengatakan: “Saya ingatkan
kepada para laskar FPI, jika ada yang menghina Ali ra, Fatimah ra dan
istri-istri Rasulullah dan Ahlul Bait, bakar mimbar mereka lalu perangi
mereka… Begitupun jika ada yang menghina Sayyidina Abubakar, Sayyidina
Umar, Sayyidina Ustman dan para Sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam. Bakar mimbarnya dan perangi mereka…”
Lima bulan yang lalu, di Bulan Juni
2012 sudah ada tulisan di nahimunkar.com yang menagih “janji” Habib RS
di Majalah Hidayatullah tahun 2010 berjudul Serambi Qom di Desa Kenep Laporan Utama on
05 26th, 2010. Karena Habib RS bersuara lantang “Bakar mimbarnya”
untuk siapa saja yang mencaci maki sahabat ataupun ahlul bait. Tulisan
semacam penagihan janji itu sebagai berikut:
Kita tunggu sikap Habib Rizieq Shihab
Ketika Husein Alattas juga mengakui
mengkritik dan menghujat Muawiyah RA, seharusnya Habib Rizieq Shihab
dengan tegas mengumumkan bahwa Husein Alattas adalah musuhnya. Demikian
pula terhadap Radio Rasil yang menjadi sarana menyiarkan apa-apa yang
dilontarkan Husein Alattas. Karena Habib Rizieq di media lain pernah
diberitakan:
Sebagai ketua FPI, meski masih bersedia dialog dengan kalangan Syi’ah, Rizieq punya garis tegas mengenai masalah Syi’ah. Suatu hal yang katanya sering ia sampaikan kepada anggota FPI dan di hadapan habaib Syi’ah sendiri. “Kalau ada dai-dai di atas mimbar mencaci maki ahlul bait atau sahabat Nabi, turunkan! Bakar mimbarnya! Ana nggak mau tahu, mau Syi’ah kek, wahabi kek. Caci maki sahabat, caci maki ahlul bait, berarti musuh ana”. *Surya Fachrizal/Suara Hidayatullah/http://majalah.hidayatullah.com/?p=262
Tinggal kita tunggu saja, bagaimana sikap Habib Rizieq dalam kasus ini.
Kini semakin jelas, mana yang membela
Islam dan mana yang sejatinya memusuhi Islam. Karena semakin tampak
adanya orang yang terang-terangan menghujat sahabat Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ketika Allah Ta’ala ridha kepada para sahabat Nabi, lalu ada orang yang menghujatnya, maka secara gampang dimengerti bahwa penghujat itu adalah orang yang menentang Allah Ta’ala.Tidak mungkin orang yang mencintai Allah Ta’ala bersikap memusuhi orang yang diridhaiNya. ( Husein Alattas mengkafirkan Mua’wiyah? 28 June 2012 | Filed under: Aliran Sesat,Dunia Islam,Featured,Indonesia,Syi’ah,Tokoh | Posted by:nahimunkar.com http://nahimunkar.com/16095/husein-alattas-mengkafirkan-muawiyah/ ).
Jadi, sebelum pernyataan bombastis Habib
RS itu disuarakan pada bulan November 2012, dia juga sudah menyuara
seperti tersebut dan dimuat di suarahidayatullah.com tahun 2010. Lalu
ketika sejumlah sosok terkenal menyuarakan penghinaannya terhadap
sahabat Nabi, ada yang menulis berupa tagihan pelaksanaan bakar mimbar
yang telah disuarakan itu, namun koq suara sang habib nyaris tak
terdengar. Suaranya saja tak terdengar, apalagi sampai bakar-bakaran
segala. Tahu-tahu menyuara lagi dengan nada yang tidak kalah serunya dan
pada kesempatan mendeklarasikan PusHAMI (Pusat HAM Islam Indonesia), di
Jakarta, November 2012.
***
Dokter ahli penyakit dalam yang juga aktivis dakwah, Haidar Abdullah Bawazier, sebagaimana diwartakan voa-islam edisi 08 Mei 2012, pernah mengatakan bahwa ia berkali-kali mendengar penghinaan Husein bin Hamid Alattas
(narasumber Rasil AM72) atas Muawiyah, salah satu sahabat Nabi: “…kalau
ada orang yang mengatakan Muawiyah sebagai sahabat, saya (maksudnya
Husein bin Hamid Alattas) akan tuntut di Yaumil Kiamah. Kalau ada
penjahat di Indonesia, maka Muawiyah lebih jahat…”
Pernyataan yang nadanya menghina sahabat
Nabi itu, kembali ditegaskan Husein bin Hamid Alattas pada acara dialog
dan mubahalah antara dirinya dengan Haidar Abdullah Bawazir, di Radio
Silaturahim, Jl. Masjid Silaturahim No. 36, Cibubur, Bekasi, pada hari
Rabu tanggal 27 Juni 2012.
Ketika itu Husein bin Hamid Alattas
mengatakan, dirinya tidak menganggap Muawiyah RA sebagai sahabat Nabi
SAW. Selain itu, ia juga membolehkan Muawiyah RA untuk dihujat dan
dikritik.
Ketika itu Husein juga berpendapat,
bahwa Muawiyah RA cenderung memecah-belah umat dan menguasai harta.
Bahkan, menurut Husein Muawiyah RA bertanggung jawab atas terbunuhnya
orang beriman dan Amar bin Yasir ketika terjadi perselisihan antara
Muawiyah RA dengan Ali bin Abi Tholib RA yang berujung dengan
peperangan.
Husein juga menuding Muawiyah RA sebagai
pihak yang melakukan kesalahan dalam merubah sistem kekhilafahan
menjadi kerajaan, dengan mengangkat anaknya sebagai penerus
kekhalifahan. Juga, Muawaiyah RA dituding Husein sebagai penyebab
terjadinya peristiwa berdarah-darah di masa itu.
Hujatan terang-terangan terhadap
Muawiyah sahabat Nabi itu telah diberitakan di media massa. Namun,
sampai saat ini umat Islam belum pernah mendengar ada laskar dari front
ini dan itu yang mendatangi Husein bin Hamid Alatas maupun Rasil AM720,
untuk sekedar menegur. Apalagi sampai bakar-bakaran segala. Nggak
kedengeran tuh…
***
Sebelumnya, sekitar Februari 2012 lalu, LPPI Makassar pernah menyampaikan temuannya, bahwa di sejumlah tulisan Jalaludin Rakhmat (Ketua Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia) dapat ditemukan dengan tegas pernyataan yang mengkafirkan sahabat Nabi.
Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia atau
biasa disingkat IJABI, merupakan salah satu ormas syi’ah yang
mati-matian memasarkan paham sesat syi’ah laknatullah, namun mati-matian
pula menolak dirinya berpaham syi’ah; serta mati-matian pula menjajakan
kebohongan bahwa syi’ah itu tidak sesat, dan merupakan salah satu
mazhab dalam Islam yang diakui dunia internasional.
Pernyataan mengkafirkan sahabat itu bisa
ditemukan melalui salah satu tulisan (artikel) Jalaludin yang dimuat di
Buletin al Tanwir Yayasan Muthahhari, Edisi Khusus No. 298 tanggal 10
Muharram 1431 H, halaman 3 dan 4. Melalui tulisannya itu, Jalaludin
mengatakan bahwa para sahabat merobah-robah agama, dan para sahabat
sudah murtad.
Sedangkan dalam salah satu kitab berjudul Al Mushthafa (Manusia Pilihan yang Disucikan) yang diterbitkan Simbiosa Rekatama Media (Bandung, 2008), Jalaludin
mengatakan bahwa Muawiyah tidak hanya fasik bahkan kafir, serta tidak
meyakini kenabian (hal. 24). Sedangkan di halaman 73, Jalaludin
mengatakan bahwa Muawiyah RA bersama dengan Abu Sufyan dan Amr bin Ash
telah dilaknat oleh Nabi Muhammad SAW.
Namun, sampai saat ini umat Islam belum
pernah mendengar ada laskar dari front ini dan itu yang mendatangi
Jalaludin Rakhmat maupun Markas IJABI, untuk sekedar menegur. Apalagi
sampai bakar-bakaran segala. Nggak kedengeran tuh…
***
Kalau menegur Husein bin Hamid Alattas
dan Jalaludin Rahmat saja ‘tidak berani’ (?) apalagi kalau yang
melakukan penghinaan terhadap sahabat adalah Ahmadinejad, Presiden Republik Syi’ah Iran (sejak 2005). Dan Iran merupakan pusat penyebaran paham sesat syi’ah yang kian tumbuh kembang.
Menurut kutipan Arrahmah.com edisi 13 November 2011, Ahmadinejad
pernah mengatakan: “Talhah dan Zubair adalah dua orang sahabat Rasul,
tapi setelah kepergian Rasul, mereka berdua kembali kepada ajaran
sebelumnya dan mengikuti Muawiyah!”
Pernyataan itu dilontarkan Ahmadinejad dalam sebuah acara live di stasiun TV Iran Shabaka 3, beberapa hari sebelum pelaksanaan pemilu Iran.
Padahal, dalam pandangan ahlussunnah wal
jama’ah, Thalhah dan Zubair tak pernah murtad, dan meninggal dunia
dalam keadaan syahid, serta sama sekali tidak pernah menyelisihi
perintah Rasul. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam wafat dalam
keadaan ridha pada keduanya.
Berita hujatan Ahmadinejad presiden
Iran terhadap Thalhah dan Zubair dua sahabat Nabi dianggap murtad lagi
padahal Thalhah dan Zubeir itu diberi khabar gembira oleh Nabi termasuk
10 sahabat yang masuk surga, itupun tersebar di dunia. (Innalillahi,
Ahmadinejad Menghina Dua Sahabat Rasul! 22 June 2009 | Filed under: Syi’ah | Posted by: nahimunkar.com http://nahimunkar.com/562/innalillahi-ahmadinejad-menghina-dua-sahabat-rasul/ ).
Di Bulan November sebelum Habib RS
mengulangi pernyataan bombastisnya itu, Ahmadinejad datang ke Indonesia
untuk acara forum demokrasi di Bali. Namun penghujat sahabat Nabi itu
tidak terdengar diapa-apakan oleh lascar atau front ini dan itu. Padahal
kalimat Habib RS adalah: “Kalau ada dai-dai di atas mimbar mencaci maki
ahlul bait atau sahabat Nabi, turunkan! Bakar mimbarnya! Ana nggak mau
tahu, mau Syi’ah kek, wahabi kek. Caci maki sahabat, caci maki ahlul
bait, berarti musuh ana.”
***
Penghinaan sebagaimana dilontarkan
Husein bin Hamid Alattas, Jalaludin Rakhmat, dan Ahmadinejad terhadap
para sahabat, sebenarnya hanya mengulang-ulang doktrin syi’ah yang sudah
sejak lama dikumandangkan, termasuk oleh Khomeini sang penggerak
revolusi syi’ah di Iran (1979).
Dalam sebuah kitab karangan Khomeini berjudul Al-Thaharah, khususnya di juz 3 halaman 337, komandan paham sesat syi’ah ini mengatakan: “Jika
seorang pemimpin memberontak terhadap amirul mukminin (Ali) untuk
melawan dia dalam kepemimpinan atau tujuan lain seperti Aisyah, Zubair,
Thalhah dan Muawiyah…, atau jika dia menampakkan permusuhan terhadap
Amirul Mukminin atau setiap Imam, walaupun mereka tidak terlalu (najis)
dalam penampilan luar… namun ketahuilah mereka lebih najis dari Anjing
dan Babi…”
Kenyataannya, sampai hari ini umat Islam
belum pernah mendengar ada laskar dari front ini dan itu yang
mendatangi Ahmadinejad di Iran untuk sekedar menegur misalnya. Apalagi
sampai bakar-bakaran segala. Nggak kedengeran tuh…
Jadi, apa maksud pernyataan bombastis
tadi? Setidaknya mengurangi tekanan dan resistensi umat Islam yang
selama ini memandang Habib RS sebagai sosok yang cenderung syi’ah meski
hanya pernah tujuh hari berkunjung ke Iran.
Dulu, Bung Karno (Presiden Soekarno)
juga nggak lama-lama amat berkunjung ke Moscow, namun sepulang dari
Moscow, keberpihakannya kepada komunisme (PKI) semakin terasa, hingga
akhirnya digulingkan oleh revolusi rakyat yang anti PKI. Meski begitu,
sampai akhir hayatnya BK (Bung Karno) menolak disebut berpaham komunis,
meski selama kepemimpinannya, ia memberi angin kepada PKI.
Jadi, bagi syi’ah dan PKI, nggak perlu waktu lama-lama untuk menciptakan kader pendukungnya yang militan.
Bagi orang yang arif dan bertekad
mempertahankan keimanan agar tidak dapat dibeli oleh ideology sesat
tentunya ingat, jauh-jauh hari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam telah wanti-wanti (mengingatkan dengan sangat):
(( إنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً ، وفِتْنَةُ أُمَّتِي : المَالُ )) رواه الترمذي ، وقال : (( حديثٌ حسنٌ صحيحٌ )) .
Sesungguhnya bagi setiap ummat ada ujiannya, dan ujian bagi ummatku adalah harta. (HR At-Tirmidzi, ia berkata hadits shahih).
Orang Jawa bilang “asu belang kalung
uang”. Walaupun wujudnya anjing dan belang tak keruan, tetapi kalau bawa
uang maka orang bisa tergiur olehnya. Maka sikap kipo-kipo,
menolak dengan nada menjauhi itu secara lahiriyahnya merupakan hal yang
bagus, dan perlu kita hargai. Hanya tinggal dibuktikan dengan aksi yang
nyata. Itu saja. Gampang kok sebenarnya. Selama bukti nyata itu tidak
ada, maka orang masih akan bertanya, mana buktinya? Apalagi masih
menggunakan mimbar atau sarana atau media yang telah terbukti untuk
menghujat sahabat, sekaligus masih bertemanan dengan penghujat sahabat
dan koleganya, misalnya, maka suara bombastis itu hanya ucapan belaka.
Sekali lagi, kita tunggu saja buktinya.
Kenapa begitu?
Ya, karena yang berkaitan dengan ini,
orang yang tidak sampai mengancam untuk membakar mimbar pun berani
membuktikan untuk bara’ (lepas diri) dari media yang jadi sarana
penghujat sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Yakni ada yang
lepas diri dari Radio Rasil (radio silaturahim) di Cububur Jakarta Timur
sebagai berikut.
***
Surat terbuka Ustadz Abu M. Jibriel AR untuk Radio Silaturahim (Rasil AM 720)
Menyikapi polemik penghujatan sahabat
Rasulullah yang terjadi antara saudara Haidar Abdullah Bawazir dengan
Husein bin Hamid Alattas yang juga mengikut sertakan Radio Silaturahim
ke dalam konflik tersebut, Ustadz Abu M. Jibriel Abdurrahman
menyampaikan surat terbukanya, agar radio silaturahim menarik ceramah
dan fotonya dari radio tersebut agar terhindar dari syubhat. Berikut
surat yang dikirimkan ke redaksiarrahmah.com :
Assalamualaikum wr.wbSegala Puji dan Syukur kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala shalawat serta salam kita haturkan kepada Rasulullah Muhammad Shalallahu alaihi wa Salam beserta para keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikut setianya hingga akhir zaman. Amma ba’du.Pada tanggal 14 Maret 2012, saya bersama dengan ketua Forum Umat Islam (FUI) Ustadz Muhammad Al Khaththath, dan ketua Mer-C dr Jose rizal Jurnalis berkesempatan mengunjungi Radio Silaturahim dibilangan Cibubur, Jakarta Timur, untuk menghadiri acara talkshow bertema “Syari’at Islam Versus Liberal”. Dalam kesempatan tersebut, saya juga diminta untuk memberikan ceramah yang mengulas urgensi penegakkan Syari’at Islam di Indonesia.Kedatangan saya ke radio rasil ketika itu saya niatkan tulus untuk berdakwah, dan saya memahami Radio Silaturahim sebagai media Islam yang juga memiliki visi mendakwahkan Islam. Ditambah, ketika itu saya bertemu dengan saudara Faried Thalib yang merupakan teman lama saya dan pernah bersama dr. Jose Rizal membezuk saya yang ketika itu menjadi tahanan di Rutan Salemba. Maka lengkaplah, keadaaan yang membuat saya yakin untuk berdakwah di Radio Silaturahim.Namun, setelah saya mempelajari polemik yang terjadi antara saudara Haidar Abdullah Bawazir dengan saudara Husein bin Hamid Alattas yang kemudian melibatkan Radio Silaturahim dalam masalah penghujatan terhadap sahabat Rasulullah SAW yaitu : Muawiyah RA dan Abu Hurairah RA, maka saya mengambil sikap sebagai berikut :
- Saya berlepas diri dari pendapat Husen Alattas yang menghujat sahabat Muawiyah dan Abu Hurairah karena yang demikian tidak mencerminkan Aqidah ahlussunnah wal jamaah terhadap sahabat Rasulullah SAW. Saya berharap agar Husen Alattas kembali kepada pemahaman ahlussunnah.
- Saya menyatakan menarik diri dari semua keterlibatan saya di radio silaturahim. Saya meminta kepada segenap pengurus radio silaturahim agar tidak menyiarkan lagi ceramah saya di radio silaturahim dan tidak memasang foto saya di website silaturahim.
Demikian sikap saya terkait dengan polemik Husen Alattas dan radio silaturahim agar saya terlepas dari syubhat yang terjadi, dimana disatu sisi saya mendakwahkan al haq di satu sisi ada kebathilan ditempat saya berbicara. Serta, agar kemudian tidak menimbulkan kebingungan di tengah umat atas keterlibatan saya sebelumnya di radio silaturahim. Mudah- mudahan AllahSubhanahu wa Ta’ala memberikan hidayah-Nya kepada kita semua. Jazakumulah KhoironWassalamualaikum wr.wbAbu Muhammad Jibriel Abdurrahman(Wakil Amir Majelis Mujahidin)Bilal (Arrahmah.com) – Ahad, 24 Juni 2012 21:32:10
***
Demikian surat berupa sikap tegas berlepas diri dari Radio Rasil.
Kembali kepada masalah lontaran
bombastis, maka harapan kami, suara bombastis itu disertai dengan bukti
nyata. Dan semoga masalah ini menjadikan berhati-hatinya Ummat Islam
terhadap betapa bahayanya aliran sesat syi’ah yang kini semakin
mengancam Ummat Islam di dunia Islam yang telah membunuhi Ummat Islam
Ahlus Sunnah/ Sunni di mana-mana. Terutama di Iran dan Suriah. Ancaman
itu telah menggejala pula ke Indonesia. Bukan hanya ancaman aqidah namun
ancaman darah atau nyawa pula. Hingga Syiah yang masih minoritas pun
telah berani membacok Muslim Sunni seperti yang terjadi di Jember Jawa
Timur. Sekelompok orang Syiah pengikut Ust. Ali Al-Habsyi di Puger
Jember Jawa Timur membacok Muslim Sunni pada hari Rabu (30/05 2012).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar