1. Mitos: Mayoritas Muslim bermazhab Ahlus Sunnah wal Jamaah, dan hanya minoritas bermazhab Syiah.
Fakta: Mayoritas Muslim tidak menyadari dan tidak memiliki identitas
kemazhaban. Mayoritas mutlak dari 1,7 milyar Muslim hanya menyadari
dirinya sebagai Muslim dan terikat dengan identitas keislamannya.
Labelisasi Sunni-Syiah dan label-label sekterian lain diberikan oleh
penguasa berkedok agama untuk menggebuk musuh dan meraih
keuntungan-keuntungan politik sesaat. Namun, dalam kenyataannya,
label-label itu tidak dipahami dan diakui oleh individu-individu umat
Muslim sendiri sebagai penanda keislamaan seseorang.
2. Mitos: Syiah adalah minoritas dan Sunni adalah mayoritas Muslim di dunia dewasa ini.
Fakta: Kalau yang dimaksud Syiah kita batasi dalam definisi ajaran
yang mengikuti dan mencintai Ahlul Bait Nabi, maka jelas kelompok ini
menjadi mayoritas. Karena secara objektif sebagian terbesar umat Islam
mencintai dan mengikuti Ahlul Bait Nabi dan menjunjung tinggi posisi
mereka dalam soal-soal religius dan spiritual. Demikian pula
sebaliaknya, kalau yang dimaksud dengan Sunni itu adalah ajaran yang
meremahkan peran dan kedudukan Ahlul Bait Nabi dengan berbagai alasan
dan justifikasi sebagaimana yang kini dianut oleh kelompok
Salafi-Wahabi, maka jelas mereka merupakan minoritas di kalangan umat
Muslim. Namun demikian, jika yang dimaksud dengan Syiah adalah
sebagaimana yang dituduhkan oleh kelompok Salafi-Wahabi sebagai ajaran
yang mengutuk dan mengkafirkan sahabat-sahabat Nabi, maka jelas Syiah
hanyalah segelintir kecil manusia yang hanya ada dalam ilusi kelompok
para penuduh itu sendiri atau orang-orang yang memang tersesat dari
jalan Islam yang rahmatan lil ‘alamin.
3. Mitos: Rezim-rezim Arab seperti Arab Saudi, Bahrain dan Qatar bermazhab Ahlus Sunnah wal Jamaah.
Fakta: Seluruh pemimpin rezim-rezim petrodolar ini beraliran sekuler
ekstrem yang sama sekali tidak terikat dengan syariah Islam dari mazhab
mana pun. Mereka menjalin hubungan bilateral secara terang-terangan dan
terbuka dengan Amerika Serikat dan secara sembunyi-sembunyi dengan anak
kesayangan AS, Israel, yang setiap hari membunuhi mayoritas Muslim Sunni
di Palestina, Afghanistan, Yaman, Somalia, Sudan, dan sebagainya.
4. Mitos: Arab Saudi adalah kerajaan yang menjunjung tinggi Islam.
Fakta: Dalam masa kekuasaan rezim Kerajaan Arab Saudi di Jazirah Arab
selama 100 tahun terakhir Arab Saudi, dua kota utama umat Muslim,
Mekkah dan Madinah, telah mengalami perusakan yang massif. Jika trend
ini dibiarkan dalam puluhan tahun mendatang maka sejarah Islam tidak
akan lagi meninggalkan jejak-jejak historis dan arkeologis yang berarti.
Segalanya akan berganti wajah menjadi dua kota kosmopilitan yang
kehilangan sakralitas. Dekonstruksi atas situs-situs historis umat Islam
yang dilakukan oleh rezim Arab Saudi ini mirip dengan kelakuan rezim
zionis Israel terhadap situs-situs historis keagamaan milik Kristen dan
Muslim di tanah suci Palestina. Motif kedua rezim itupun sama:
menghilangkan jejak-jejak sakralitas dan historisitas kota-kota suci
demi membangun sebuah pemahamaan keagamaan yang seutuhnya didistorsi.
5. Mitos: Nahdhatul Ulama (NU) bermazhab Ahlus Sunnah wal Jamaah dan
berakidah sesuai dengan ajaran-ajaran Abul Hasan Al-Asy’ari.
Fakta: Sebagian besar tradisi NU seperti ziarah kubur, tahlil,
peringatan 4-7-40 dan haul, penghormatan terhadap ulama, tawasul,
tabaruk, dan sebagainya merupakan tradisi-tradisi khas Syiah yang tidak
terdapat dalam referensi-referensi kitab klasik Ahlus Sunnah wal Jamaah
melainkan semata-mata ada dalam kitab-kitab klasik Syiah seperti Mafatih
Al-Jinan karya Abbas Al-Qummi, Al-Iqbal karya Al-Kaf’ami, Al-Balad
Al-Amin karya Sayyid Ibn Thawus dan sebagainya.
6. Mitos: Syiah adalah mazhab Islam yang terpengaruh dengan tradisi Persia dan Zoroastrianisme.
Fakta: Iran baru memeluk mazhab Syiah pada abad 15 Masehi di zaman
Safawi. Sebelumnya, Iran adalah pusat perkembangan mazhab Ahlus Sunnah
wal Jamaah yang dapat dilihat dari fakta sebagian besar kitab rujukan
milik Ahlus Sunnah saat ini merupakan karya-karya ulama Sunni berdarah
Persia, seperti Shahih Bukhori dan sebagainya. Bahkan, Syiah semula
merupakan mazhab resmi Mesir di era Daulah Fathimiyyah yang berhasil
membangun pusat kota Kairo dan Universitas Al-Azhar.
7. Mitos: Mazhab Syiah yang dijadikan sebagai mazhab resmi Dinasti
Safawi merupakan reaksi dendam atas penaklukan Muslim Arab atas Persia.
Fakta: Dinasti Safawi sebenarnya bukan didirikan oleh elit berdarah
Persia melainkan oleh sekelompok keluarga yang memiliki darah Turki
Azeri. Oleh karena itu, pusat kerajaan Safawi dimulai dari Ardabil yang
memiliki banyak perampuran etnik Turki-Azeri dan Kurdi. Sebaliknya,
penganut Syiah paling awal adalah kelompok Arab Irak yang bertempat di
Kufah, Irak dan sebagian lain berada di wilayah Bahrain (hingga kini
mayoritas penduduknya bermazhab Syiah), Yaman (hingga kini mayoritas
penduduk Yaman Utara bermazhab Syiah Zaidiyyah), Mesir (cikal-bakal
dinasti Fathimiyah), dan sebagainya. Yang jelas, Syiah dianut oleh
bangsa dan suku-suku Arab jauh sebelum bangsa Iran memeluknya.
8. Mitos: Sektarianisme dan konflik-konflik sektarian telah merebak di seluruh Timur Tengah sejak zaman awal Islam.
Fakta: Konflik sektarian tidak pernah terjadi di tengah masyarakat
Timur Tengah kecuali ketika ada konflik politik yang tidak diselesaikan
secara politik. Para politisi yang mengatasnamakan agama kemudian
menjadikan isu sektarian untuk memprovokasi dan memobilisasi massa demi
tujuan-tujuan politik sekaligus menstigmatisasi musuh-musuh politiknya
dengan label-label sektarian. Ini berlaku untuk para penguasa yang
diidentifikasi sebagai Sunni maupun Syiah. Oleh karena itu, sepanjang
masa, di hampir semua belahan dunia Islam, kita menyaksikan harmoni di
antara sesama Muslim. Bahkan, secara historis, para imam Ahlus Sunnah
wal Jamaah seperti Abu Hanifa dan Imam Malik belajar kepada Imam Ja’far
Ash-Shodiq, imam keenam Syiah, dalam soal-soal agama. Interaksi ilmiah
terus berlangsung secara damai sampai ada ambisi politik yang menyeret
isu mazhab dalam pertarungan profan tersebut.
9. Mitos: Salafi-Wahabi adalah sama dengan Ahlu Sunnah wal Jamaah.
Fakta: Salafi Wahabi adalah ajaran asing dalam sejarah Islam, yang
memiliki banyak kemiripan dengan ajaran Khawarij. Mereka sama sekali
berbeda dengan Ahlus Sunnah wal Jamaah yang kerap mengedepankan jalan
tengah dan moderasi dalam berbagai prinsipnya. Pertentangan ajaran
Wahabi-Salafi yang membajak Sunni terutama sangat bertentangan dengan
ajaran-ajaran Imam Syafii yang dianut oleh mayoritas Ahlus Sunnah wal
Jamaah di Indonesia. (DarutTaqrib/Beritaprotes/Adrikna)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar