Senin, 26 November 2012

“Syiah Menyergap Setiap Peluang yang Ada”

Prof Al-Amin al-Haj Muhammad Ahmad (Ketua Ikatan Ulama Muslimin Sedunia)
Gerakan Syiah kini sudah terorganisir dan tidak tertutup lagi. Bukan saja di Indonesia tapi juga di negara lain, seperti di Sudan.
Untuk mengulas tentang Syiah secara umum, majalah Suara Hidayatullah mewawancarai Syaikh Al-Amin al-Haj Muhammad Ahmad di sela-sela kunjungannya ke Indonesia, akhir Februari lalu.
Ulama kelahiran Sudan tahun 1947 ini menamatkan pendidikan S1 di Fakultas Adab Universitas al-Khourtum, Sudan 1969. Punya pengalaman mengajar di berbagai madrasah di Sudan. Ia juga pernah mengajar di Ma’had Bahasa Arab Ummul Qura, Makkah (1978-2002). Saat ini menjadi salah seorang dosen di International University of Africa, Sudan.
Syaikh Al-Amin juga menjabat Ketua Umum Rabithah Ulama Muslimin se-Dunia (Muslim Scholars Association) yang didirikan 20 Januari 2o1o lalu. Dalam muktamar yang berlangsung di Istambul, Turki (Maret 2011), Rabithah Ulama Muslimin kembali menegaskan perang terhadap gerakan Syiah di dunia, termasuk adanya gerakan Syiah yang terjadi di Bahrain dan Yaman.
Beberapa ulama besar tergabung dalam organisasi ini, seperti Syaikh Abdul Aziz bin Abdul Muhsin at-Turky, Dr Muhammad Yusri, (Mesir), dan Dr Mahran Mahir (Sudan). Juga Dr Abdullah bin Hamud at-Tuwaijri (Arab Saudi), dan sejumlah para masyaikh lainnya.
Berikut wawancara Masykur, koresponden majalah Suara Hidayatullah dengan ulama yang produktif menulis ratusan buku dan karya ilmiah ini.
Di Indonesia, sempat terjadi bentrok secara fisik dengan Syiah. Apa pendapat Anda?
Sudah rahasia umum, jika Indonesia menjadi target utama dari seluruh gerakan dan pemikiran yang ada. Mulai dari kristenisasi, liberalisasi, hingga Syiah. Mereka tak pernah ridha dengan kondisi kaum Muslim di Indonesia. Sebab mereka tahu seperti apa potensi dan kekuatan umat Islam sebenarnya di sini.
Jika terjadi kontak fisik, hal itu tak lain karena keteledoran umat Islam sendiri sebagaimana yang pernah terjadi pada umat Islam di Yaman. Itu berarti mereka melihat ada celah di tubuh umat Islam Indonesia saat ini. Sekali umat Islam lengah, mereka pasti langsung menyergap peluang itu. Sekecil apa pun celah tersebut.
Bagaimana sikap Anda terhadap Syiah?
Tak ada keraguan lagi, ia adalah virus laten yang sangat berbahaya atas kaum Muslimin. Namun meski mereka menuduh para Sahabat dengan celaan keji dan menyimpang dari akidah Islam, Syiah tetap bangga dengan perbuatannya. Sebab mereka punya seribu akal licik yang bisa membuat kaum Muslimin merasa aman dengannya.
Seperti apa contohnya? Hingga kini, kita patut bertanya, berapa persen kaum Muslimin yang merasa resah dengan keberadaan Syiah? Yang terjadi justru umat Islam merasa tenang saja meski mereka telah diintai oleh musuh-musuh Islam. Hal ini menunjukkan gerakan mereka yang semakin terorganisir. Di seluruh dunia mereka telah masuk ke kampus-kampus perguruan tinggi. Hebatnya lagi mereka mampu menggiring para pelajar ke kota Teheran sebagai pusat gerakan Syiah dengan dalih menuntut ilmu. Suatu hal yang terkadang tak disadari oleh kaum Muslimin itu sendiri.
Apa target mereka dengan para pelajar dan mahasiswa?
Di mana-mana para pemuda adalah generasi penerus suatu bangsa. Pada mereka harapan itu bertumpu, termasuk dalam melanjutkan perjuangan umat Islam ini. Sehingga tak heran Syiah juga “mendakwahi” para pelajar dan mahasiswa.
Lalu apa sikap kaum Muslimin menghadapai mereka? Perlawanan yang diberikan harus secara bertahap dan cerdas. Saat ini pengaruh gerakan Syiah mengancam seluruh komponen umat Islam. Mereka bukan hanya bencana bagi kaum awam semata, tapi juga ancaman terhadap para dai dan ulama.
Kewajiban bagi mereka yang memiliki ilmu untuk terus memberikan peringatan kepada umat Islam. Inilah kewajiban kita sebagai seorang dai kepada umat. Pemahaman Syiah bukanlah perbedaan furu’ seperti perbedaan fiqih di antara madzhab, tapi ini adalah persoalan ushul (pokok) yang harus selalu dijaga dan dibela.
Umat Islam tidak bisa sekadar rekatif semata, sebab ia adalah gerakan yang dimenej dengan rapi. Jangan malah memberi perlawanan secara destruktif yang membuat kaum Muslimin semakin bingung dengan keadaannya.
Bagaimana dengan kaum Muslimin di Sudan sendiri? Mereka terus bekerja. Beberapa waktu terakhir ini, Syiah mengadakan berbagai macam kegiatan pameran, dan kegiatan sosial lainnya. Itu tak lain adalah upaya kamuflase untuk menyebarkan pemikiran dan gerakan mereka. Alhasil, pemerintah Sudan tentu tak punya alasan untuk melarang kegiatan semacam itu.
Yang perlu kami sampaikan, lepasnya wilayah Sudan Selatan dari Sudan adalah petaka bagi umat Islam. Terlepas dari urusan politik yang terjadi di sana. Namun semuanya berujung kepada intervensi Amerika dan musuh-musuh Islam. Umat Islam di Sudan merasa sedih terlepas dari saudaranya. Terlebih hingga kini kehidupan mereka di wilayah Sudan Selatan juga tak lebih baik dibanding ketika kami masih bersatu dahulu.
Motivasi utama dari disintegrasi tersebut tak lain adalah motif kesombongan. Boleh jadi mereka kini merasakan bebas (bagi segelintir kelompok tertentu) tapi sebenarnya tetap tidak menguntungkan bagi kaum Muslimin secara umum. Sebab selama kepemimpinan tidak dikuasai dan diatur oleh umat Islam, maka tetap hal itu tidak banyak berpengaruh kepada umat Islam.
Bagaimana dengan Rabithah Ulama Muslimin yang Anda pimpin?
Secara organisasi, kami tak mempunyai bentuk perlawanan secara khusus melawan gerakan Syiah. Tapi seluruh anggota ulama yang tergabung bersama kami punya komitmen bersama untuk bersatu melawan seluruh gerakan dan pemikiran yang menjadi musuh umat Islam. * SUARA HIDAYATULLAH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar