Prof Al-Amin al-Haj Muhammad Ahmad (Ketua Ikatan Ulama Muslimin Sedunia)
Gerakan Syiah kini sudah terorganisir dan tidak tertutup lagi. Bukan
saja di Indonesia tapi juga di negara lain, seperti di Sudan.
Untuk mengulas tentang Syiah secara umum, majalah Suara Hidayatullah
mewawancarai Syaikh Al-Amin al-Haj Muhammad Ahmad di sela-sela
kunjungannya ke Indonesia, akhir Februari lalu.
Ulama kelahiran Sudan tahun 1947 ini menamatkan pendidikan S1 di
Fakultas Adab Universitas al-Khourtum, Sudan 1969. Punya pengalaman
mengajar di berbagai madrasah di Sudan. Ia juga pernah mengajar di
Ma’had Bahasa Arab Ummul Qura, Makkah (1978-2002). Saat ini menjadi
salah seorang dosen di International University of Africa, Sudan.
Syaikh Al-Amin juga menjabat Ketua Umum Rabithah Ulama Muslimin
se-Dunia (Muslim Scholars Association) yang didirikan 20 Januari 2o1o
lalu. Dalam muktamar yang berlangsung di Istambul, Turki (Maret 2011),
Rabithah Ulama Muslimin kembali menegaskan perang terhadap gerakan Syiah
di dunia, termasuk adanya gerakan Syiah yang terjadi di Bahrain dan
Yaman.
Beberapa ulama besar tergabung dalam organisasi ini, seperti Syaikh
Abdul Aziz bin Abdul Muhsin at-Turky, Dr Muhammad Yusri, (Mesir), dan Dr
Mahran Mahir (Sudan). Juga Dr Abdullah bin Hamud at-Tuwaijri (Arab
Saudi), dan sejumlah para masyaikh lainnya.
Berikut wawancara Masykur, koresponden majalah Suara Hidayatullah
dengan ulama yang produktif menulis ratusan buku dan karya ilmiah ini.
Di Indonesia, sempat terjadi bentrok secara fisik dengan Syiah. Apa pendapat Anda?
Sudah rahasia umum, jika Indonesia menjadi target utama dari seluruh
gerakan dan pemikiran yang ada. Mulai dari kristenisasi, liberalisasi,
hingga Syiah. Mereka tak pernah ridha dengan kondisi kaum Muslim di
Indonesia. Sebab mereka tahu seperti apa potensi dan kekuatan umat Islam
sebenarnya di sini.
Jika terjadi kontak fisik, hal itu tak lain karena keteledoran umat
Islam sendiri sebagaimana yang pernah terjadi pada umat Islam di Yaman.
Itu berarti mereka melihat ada celah di tubuh umat Islam Indonesia saat
ini. Sekali umat Islam lengah, mereka pasti langsung menyergap peluang
itu. Sekecil apa pun celah tersebut.
Bagaimana sikap Anda terhadap Syiah?
Tak ada keraguan lagi, ia adalah virus laten yang sangat berbahaya atas
kaum Muslimin. Namun meski mereka menuduh para Sahabat dengan celaan
keji dan menyimpang dari akidah Islam, Syiah tetap bangga dengan
perbuatannya. Sebab mereka punya seribu akal licik yang bisa membuat
kaum Muslimin merasa aman dengannya.
Seperti apa contohnya? Hingga kini, kita patut bertanya,
berapa persen kaum Muslimin yang merasa resah dengan keberadaan Syiah?
Yang terjadi justru umat Islam merasa tenang saja meski mereka telah
diintai oleh musuh-musuh Islam. Hal ini menunjukkan gerakan mereka yang
semakin terorganisir. Di seluruh dunia mereka telah masuk ke
kampus-kampus perguruan tinggi. Hebatnya lagi mereka mampu menggiring
para pelajar ke kota Teheran sebagai pusat gerakan Syiah dengan dalih
menuntut ilmu. Suatu hal yang terkadang tak disadari oleh kaum Muslimin
itu sendiri.
Apa target mereka dengan para pelajar dan mahasiswa?
Di mana-mana para pemuda adalah generasi penerus suatu bangsa. Pada
mereka harapan itu bertumpu, termasuk dalam melanjutkan perjuangan umat
Islam ini. Sehingga tak heran Syiah juga “mendakwahi” para pelajar dan
mahasiswa.
Lalu apa sikap kaum Muslimin menghadapai mereka? Perlawanan yang
diberikan harus secara bertahap dan cerdas. Saat ini pengaruh gerakan
Syiah mengancam seluruh komponen umat Islam. Mereka bukan hanya bencana
bagi kaum awam semata, tapi juga ancaman terhadap para dai dan ulama.
Kewajiban bagi mereka yang memiliki ilmu untuk terus memberikan
peringatan kepada umat Islam. Inilah kewajiban kita sebagai seorang dai
kepada umat. Pemahaman Syiah bukanlah perbedaan furu’ seperti perbedaan
fiqih di antara madzhab, tapi ini adalah persoalan ushul (pokok) yang
harus selalu dijaga dan dibela.
Umat Islam tidak bisa sekadar rekatif semata, sebab ia adalah gerakan
yang dimenej dengan rapi. Jangan malah memberi perlawanan secara
destruktif yang membuat kaum Muslimin semakin bingung dengan keadaannya.
Bagaimana dengan kaum Muslimin di Sudan sendiri? Mereka terus
bekerja. Beberapa waktu terakhir ini, Syiah mengadakan berbagai macam
kegiatan pameran, dan kegiatan sosial lainnya. Itu tak lain adalah upaya
kamuflase untuk menyebarkan pemikiran dan gerakan mereka. Alhasil,
pemerintah Sudan tentu tak punya alasan untuk melarang kegiatan semacam
itu.
Yang perlu kami sampaikan, lepasnya wilayah Sudan Selatan dari Sudan
adalah petaka bagi umat Islam. Terlepas dari urusan politik yang terjadi
di sana. Namun semuanya berujung kepada intervensi Amerika dan
musuh-musuh Islam. Umat Islam di Sudan merasa sedih terlepas dari
saudaranya. Terlebih hingga kini kehidupan mereka di wilayah Sudan
Selatan juga tak lebih baik dibanding ketika kami masih bersatu dahulu.
Motivasi utama dari disintegrasi tersebut tak lain adalah motif
kesombongan. Boleh jadi mereka kini merasakan bebas (bagi segelintir
kelompok tertentu) tapi sebenarnya tetap tidak menguntungkan bagi kaum
Muslimin secara umum. Sebab selama kepemimpinan tidak dikuasai dan
diatur oleh umat Islam, maka tetap hal itu tidak banyak berpengaruh
kepada umat Islam.
Bagaimana dengan Rabithah Ulama Muslimin yang Anda pimpin?
Secara organisasi, kami tak mempunyai bentuk perlawanan secara khusus
melawan gerakan Syiah. Tapi seluruh anggota ulama yang tergabung bersama
kami punya komitmen bersama untuk bersatu melawan seluruh gerakan dan
pemikiran yang menjadi musuh umat Islam. * SUARA HIDAYATULLAH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar