Akar masalah
Terlepas dari berbagai isu yang ada, dari mulai masalah keluarga
sampai keyakinan yang dianggap sesat oleh kaum mayoritas, yang tentunya
dikendalikan oleh “oknum” orang yang “katanya” mengetahui agama
secara sempurna, sehingga men “cap” salah, bahkan sesat terhadap ajaran
atau aliran yang berbeda dengan yang diketahuinya, yang berakhir dengan
pelegalan kekerasan dan penjarahan.
Bahkan mungkin lebih jauhnya darah mereka yang mengikuti ajaran
yang berbeda dengannya, adalah halal ditumpahkan. Tetap saja, yang namanya
kekerasan terhadap sesama manusia (terlepas dari ras, suku, agama nya),
penjarahan sampai pembakaran, adalah perbuatan yang tidak manusiawi, dan jelas
menyalahi hak hak azasi manusia. dan kita, khsusunya pemerintah wajib menolong
dan membela mereka yang menjadi korban penindasan atau kekerasan tersebut.
Syiah
Sebagian muslim di Indonesia khususnya, sangat “alergi”
dengan yang namanya Syiah, bahkan cenderung ketakutan, kalau kalau syiah akan
berkembang dengan pesat di Indonesia. Hanya karena satu alasan, Syiah berbeda
dengan kita ahli sunni, yang notabene sudah turun temurun diturunkan dari
berbagai generasi, tanpa mau diselidiki lebih lanjut perbedaannya seperti apa
dan bagaimana. Para pemuka agama pun hanya berkutat pada beberapa sumber yang
ada, yang belum tentu itu sumber benar dan bisa dipercaya.
Saya, yang notabene lahir dari keluarga NU dan Muhammadiyah,
ketika pertama kali akan berangkat ke Iran, nasehat yang disampaikan oleh
keluarga dan guru guru agama saya, hanya satu, yaitu: “Jangan jadi
Syiah..!!!” tanpa menyebutkan alasan yang jelas dan masuk akal.
Sekarang, setelah dua tahun saya bermukim di Tehran, Ibu kota
Iran, dan dikarenakan saya belajar tentang Masalah Iran, yang
mengharuskan saya berkeliling keliling ke pelosok daerah yang ada di
Iran, terungkap sudahlah bagaimana Syiah dan Sunni hidup berdampingan disini,
jadi bohong besar, kalau ada berita, bahwa di Iran terjadi tindak kekerasan
terhadap kaum Sunni. di Iran pun ada beberapa daerah yang mayoritas dihuni oleh
kaum Sunni, seperti di Bandar Abbas, balochistan, khususnya di daerah Kurdistan
(sekitar 12 jam perjalanan dari Tehran, kalau naik bis) persis sama dengan
Indonesia, 90 % penduduk Kurdistan adalah Sunni bermazhab Syafii, tiga hari
saya berada disana, dan saya seperti berada di Indonesia (timbul lagi deh “home
sick” nya) yang saya kunjungi beberapa bulan yang lalu, . Bahkan tidak
hanya Sunni, Yahudi pun yang notabene agama yang tidak ada di Indonesia,
di Iran hidup secara damai, bahkan wakilnya pun ada di Parlemen Iran.
Fakta Seputar Syiah di Iran
Syiah ada beberapa ragamnya, tetapi saya disini hanya ingin
membahas Syiah yang ada di Iran, yaitu Syiah Imamiyah, yang memiliki 12
Imam, dari mulai Imam Ali bin Abi Thalib sampai imam terakhir yaitu Imam
Mahdi. Terlepas dari perbedaan yang ada dengan kaum Sunni, Syiah adalah
Islam dan sebenar benarnya Islam, dan saya bersaksi untuk itu, sesuai yang saya
amati dan dalami. Berdasarkan pada kenyataan:
1. Tuhannya sama Allah Swt.
2. Nabinya yang terakhir adalah sama yaitu Nabi Muhammad Saw.
(bahkan kelebihan dalam Syiah di Iran, tidak hanya memperingati Hari lahir atau
Maulid nya saja, melainkan memperingati juga hari wafatnya, yang kemudian
dijadikan libur resmi)
3. Alqurannya sama, bohong besar kalau ada yang berkata
Alquran Syiah berbeda dengan Alquran Sunni. Bahkan sudah beberapa kali MTQ
tingkat International diselenggarakan di Iran, termasuk diikuti oleh Indonesia,
dan ternyata banyak sekali para penghafal Alquran dari Iran.
4. Shalat, sama tata cara shalat dan bacaannya, hanya sedikit
perbedaannya. Bahkan shalat Jumat adalah wajib dilaksanakan.
5. Zakat Fitrah dan Shaum atau Puasa Ramadhan pun sama
seperti kaum Sunni, yaitu wajib.
6. Haji dan Umrah nya pun sama dengan kita (Kaum Sunni)
dan perlu diketahui tiap tahun muslim Syiah Iran semakin bertambah yang
melaksanakan haji dan umrah ke Baitullah Mekah al Mukarramah.
Televisi disini semua milik pemerintah, ada sekitar sepuluh
channel, dan semua acaranya tentu saja sesuai dengan ketentuan ajaran Islam,
tidak seperti di Indonesia, banyak sekali acara yang merusak generasi muda
khususnya, walaupun sudah ada lembaga sensor sekalipun.
Azan Maghrib di Televisi, selalu ditayangkan, sama dengan di
Indonesia. Mungkin yang tidak sama ketika Azan Shubuh ditayangkan, bahkan
beberapa menit sebelum azan shubuh ada acara pembacaan Alquran, siaran langsung
dari Mekah al Mukarramah, (yang selalu membuat bulu kuduk merinding, dan air
mata menetes. Sambil bertanya dan berdoa dalam hati, kapan ya Allah saya bisa
kesana bersama ibu saya tercinta?), acara seperti ini, yaitu siaran langsung
dari Mekah, biasanya di Indonesia hanya ada ketika Bulan Ramadhan saja.
Perbedaan adalah wajar
Setelah pemaparan saya diatas, jelas sekali terlihat, fondasi atau
dasar dari yang namanya agama “Islam” sesungguhnya. Perbedaan di luar itu
semua adalah hanya perbedaan kecil atau dalam istilah agama disebut ‘furuiyah”
bukan “ushul” atau pokok/dasar yang membedakan antara Islam Sunni dan Syiah.
Karena itu, kalau ada pertanyaan Mungkinkah Syiah dan Sunni
bergandengan tangan? (seperti judul buku Prof. Quraish Shihab) maka jawabannya
mungkin sekali.
Mereka yang sampai sekarang masih “memusuhi” syiah, itu karena
mereka tidak tahu, atau mendapatkan informasi yang salah tentang syiah.
Kalau saya ditanya, apakah saya Syiah atau Sunni? Maka jawabannya
adalah saya Muslimah sejati, yang bisa Syiah dan bisa juga Sunni. Atau
kalau dalam istilah Kang jalal (kalau saya tidak salah) disebut Islam Susyi,
yaitu Islam Sunni Syiah.
Untuk Persatuan Umat Islam, Sunni Syiah tidaklah penting, yang
paling terpenting adalah persatuan Umat Islam itu sendiri. Seperti diketahui
agama Kristen pun terbagi bagi kepada beberapa aliran, ada Protestan, Katolik,
Advent, dan sebagainya. Tetapi pernahkan mendengar peperangan bergejolak antara
sesama Kristen ? (walaupun dulu pernah terjadi, diantaranya di Selandia baru
dan Inggris). Ini yang patut kita acungi jempol, dan patut pula kita menirunya.
Terakhir, untuk kita yang mengakui Muslim, bersatulah… karena
Musuh tidak akan pernah bisa masuk dan memporak porandakan fondasi kita bila
kita bersatu.
Siti Fatimah - Sifa Sanjurio-
(kompasiana)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar