Bermula
dari sms pendek yang ditujukan Ketua PB HMI kepadaku “Tlg emailnya
dicek ttg pengumuman ke Iran”, maka rencana perjalanan ke Iran pun
menjadi kenyataan. Untuk turut menjadi peserta konferensi Islamic awakening movement
di Iran beberapa hari sebelumnya saya telah mengirim berkas yang
diminta panitia. Begitu lihat email yang ternyata sudah ada beberapa
hari yang lalu, menyatakan aku diterima, alhasil waktu sudah sangat
mepet dengan jadwal konferensi sehingga persiapan untuk pergi harus
dilakukan secara kilat.
Ketika
mengurus persiapan untuk ke Iran, banyak hal yang terpikir mengenai
sebuah negara yang dikenal sebagai tempat yang ketat mengenai aturan
beragama, khususnya pakaian, jadi ada kekhawatiran tersendiri jika
disana sampai ada masalah (walau saya mengenakan hijab). Selain itu Iran
juga dikenal sebagai negara yang dikenakan embargo oleh Amerika selama
bertahun-tahun, jadi yang terbayang adalah negara yang agak mundur
perekonomiannnya, teknologi, kemajuan negara, hingga masyarakatnya. Itu
baru kekhawatiran dari saya, sedangkan dari keluarga yang dikhawatirkan
adalah masalah keamanan karena info dari banyak media, Iran memiliki
kelompok ekstrimis yang mungkin saja dapat membahayakan keselamatan saya
disana. Keraguan yang muncul untungnya dapat di redam karena rasa
penasaran yang besar dan semangat saya yang untuk mengenal budaya lain,
apalagi di perjalanan kali ini saya memiliki 2 teman seperjalanan.
Namun, karena ada sedikit masalah teknis akhirnya saya harus berangkat
duluan sendiri ke negara yang bagi saya asing tanpa kenal siapapun.
Setelah
melewati kehebohan dan kegugupan selama perjalanan, akhirnya saya
sampai di Iran dini hari. Seperti yang dijanjikan, saya disambut oleh
panitia yang secara sigap langsung membantu urus visa on arrival di
imigrasi dan langsung mengantar ke hotel. Alhamdulillah, prosesnya cukup
lancar karena secara fisik perjalanan pesawat membuat saya agak lelah
dan yang pasti saya belum dapat beradaptasi dengan perbedaan waktu. Yang
menarik adalah, karena saya datang sendiri jadinya saya disatukan
kamarnya dengan peserta dari Thailand jadi misi untuk kenal dengan orang
dari negara lain beserta budayanya pun terpenuhi.
Konferensi
yang saya ikuti selama 2 hari berlangsung di Tehran membawa kesan
tersendiri karena di acara ini saya mendapat kesempatan langka bertemu
dengan dua pemimpin besar Iran yaitu Presiden Ahmadinejad dan Imam
Khamanei. Banyak pesan dari mereka yang positif yang dapat dijadikan
inspirasi antara lain agar para wanita bangkit berjuang melalui
keluarga, mandiri dan kuat. Hal ini tentu terinspirasi dari besarnya
peran wanita dalam menambah semangat dan ikut berpartisipasi ketika
revolusi terjadi.
Pengalaman
menarik juga banyak didapat dari konferensi, dimana pesertanya hingga
1200 orang dari 80 negara, berarti saya dapat mendengar dan mengenal
orang-orang dari berbagai latar belakang dan budaya. Mendengar cerita
mereka mengenai negara mereka dan masalah yang dihadapi negara mereka
terasa lebih baik dibandingkan mendapatkan infonya melalui media,
diskusi dapat terjadi dimana saja di meja makan, di lift, di perjalanan
dari obrolan yang berat hingga yang ringan. Sisi positifnya tentu saja
banyak, antara lain selain meluruskan apa yang sebenarnya terjadi di
negara mereka, juga dapat menjadi ajang promosi wisata negara
masing-masing karena tentunya masing-masing peserta merasa negaranya
indah untuk dikunjungi. Sisi positif lain terlihatnya optimisme dalam
diri tiap peserta walau negaranya sedang terjadi konflik, dan
kepercayaan diri tiap wanita yang menjadi peserta sangat dapat menjadi
inspirasi bagi saya paling tidak.
Yang
dapat dipelajari dari penyelenggaraan konferensi ini adalah keseriusan
panitia dalam menjalankan acara serta dalam peran masing-masing. Hal ini
dapat terlihat selama konferensi acara berlangsung hampir selalu tepat
waktu, panitia yang ada juga sigap dalam membantu peserta, logistik yang
tidak kurang, dan fasilitas yang disediakan sangat memuaskan peserta.
Jika salah satu tujuan dari acara ini adalah untuk menunjukkan bahwa
Iran negara yang sejahtera, aman, ramah, dan tidak terpengaruh sama
sekali dengan embargo yang terjadi, maka tujuannya cukup berhasil. Sudah
tentu efek dari hal-hal positif yang saya alami adalah semua
kekhawatiran saya maupun keluarga sirna semua karena penerimaan terhadap
orang asing yang baik dan ketika saya datang tidak terjadi gangguan
keamanan seperti yang dipikirkan sebelumnya.
Sudah
pergi jauh ke Iran tentu sayang jika tidak mengambil kesempatan untuk
berjalan-jalan mengenal negara ini lebih jauh, beruntung karena ikut
konferensi, saya mendapat kesempatan untuk melakukan perjalanan ke
Isfahan yang letaknya agak jauh dari ibukota. Pergi dari subuh hingga
tengah malam, dengan perjalanan yang cukup mewah bagi saya karena kami
memakai pesawat pulang pergi, tersedia bus yang menghantar, serta
petugas keamanan yang dapat menjamin keselamatan kami sepanjang
perjalanan. Selama perjalanan di Isfahan, saya merasa seperti terseret
ke abad lalu karena masih banyak bangunan bersejarah yang masih berdiri
kokoh dan terawat. Saya melihat bagaimana bentuk masjid, taman, hingga
hotel pada zaman dahulu yang masih dapat terbayangkan sibuknya manusia
pada saat itu berlalu lalang, datang dan pergi karena kondisinya yang
masih terjaga baik bangunan maupun lingkungannya.
Selepas
dari acara konferensi saya memiliki keberuntungan dengan mendapatkan
kesempatan untuk menginap di rumah kawan-kawan dari Indonesia di daerah
Qom, yang saya dengar merupakan kota yang terkenal karena banyak ulama
berasal dari daerah ini. Karena adanya kesempatan ini, maka saya dapat
lebih mengenal masyarakat dan budaya iran secara langsung. Di tempat ini
saya terpesona selain karena daerahnya yang dikelilingi oleh gurun dan
cuaca yang sungguh berbeda dengan di negara saya, juga karena budaya
mereka yang tetap dipegang sampai sekarang. Salah satu hal menarik yang
saya alami adalah ketika sedang berjalan-jalan di pusat kota Qom, saya
kerap ditegur oleh wanita disana karena tidak mengenakan chadur
sedangkan saya merasa sebagai orang asing tidak wajib untuk
mengenakannya. Namun pada akhirnya saya juga memakainya karena ketika
akan mengambil foto untuk perpanjang visa, pemilik
studio foto tidak bersedia memotret jika saya tidak menggunakan chadur.
Tempat-tempat menarik juga banyak tersedia di Qom, namun sayang tidak
semua saya kunjungi. Sungguh sayang rasanya ketika waktu untuk pulang
tiba, semoga nanti saya diberikan berkah untuk melakukan perjalanan ke
negeri Iran lagi dan mendapatkan pengalaman yang berbeda dan menarik.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar