Di Qom terdapat 23 ulama yang bisa menjadi rujukan untuk diikuti. Ulama
rujukan atau biasanya disebut marja’ itu masing-masing memiliki
madrasah, murid-murid, dan yayasan-yayasan. Lewat marja-marja inilah
para pelajar biasa mendapat uang bulanan (shahria) saat tekun belajar di
negeri para mullah itu. Di bawah ini beberapa marja’ yang cukup
terkenal di Qom.
Ayatullah Sayyid Ali al-Khamenei, 68 tahun
Pemimpin
besar (Rahbar) ini adalah pengganti Imam Khomeini, bukan hanya di
bidang politik tetapi juga dalam urusan rujukan agama. Sering kali
rujukan Ali Khamenei disebut marja’ Imam Khomeini karena, sebelum Imam
Khomeini meninggal, berpesan, jika mau mengadopsi ilmu rujukannya
pakailah seluruhnya, jangan hanya sepotong atau sebagian saja, dan
Ayatullah Khamenei menetapkan rujukan Imam Khomeini sebagai rujukannya.
Khameni
adalah putra kedua dari Hujjatul Islam wal Muslimin Sayyid Jawad
al-Husaini al-Khamenei., lahir di permukiman miskin di Mashad, 28 Safar
1358 Hijriyah atau 1940 Masehi. Walaupun dibesarkan dari keluarga kurang
mampu, beliau terdidik dengan baik, memiliki jiwa rohaniawan dan sosial
yang tinggi. Semenjak usia empat tahun, Khamenei beserta kakaknya,
Sayyid Muhammad, memulai masa pendidikan dasarnya di sekolah Islam yang
baru didirikan, Ta'lim-e Diyanat, sampai menyelesaikan Sekolah Menengah
Pertama. Pada usia dini tersebut, Khamenei mulai mempelajari Al-quran.
Saat
menginjak masa Sekolah Menengah Atas (SMU), Khamenei remaja mulai
mempelajari kitab Jami'ul Muqaddimat beserta nahwu dan sharaf. Setelah
itu, melanjutkan pendidikan di Hauzah Ilmiah yang dibimbing langsung
oleh ayahnya sendiri.
Selain itu, Khamenei senang mempelajari
berbagai buku sastra Arab seperti Jami'ul Muqadimat, Suyuti, dan Mughni
yang dibimbing langsung oleh guru yang aktif mengajar di dua madrasah,
Sulaiman Khan dan Nawab. Langsung di bawah bimbingan ayahnya, Ali
Khamenei mempelajari kitab Ma'alim, Syara'i Al Islam, dan Syarh
Al-Lum'ah, serta beberapa saat dibimbing Mirza Mudarris Yazdi. Sedangkan
kitab Rasa'il dan Makasib beliau pelajari langsung dari Syeikh Hasyim
Qazwini. Di bidang ilmu logika dan filsafat, Khemeni mempelajari kitab
Al-Manzhumah karya Sabzawari di bawah bimbingan Al-Marhum Mirza Jawad
Agha Tehrani. Kitab-kitab lainnya di bawah bimbingan Al-Marhum Syeikh
Ridha Aisi.
Sejak usia 17 tahun, Khamenei mulai pendidikan
bahtsul kharij di bidang fiqih dan ushul di bawah bimbingan seorang
marja besar waktu itu, Al-Marhum Ayatullah al-Uzhma Milani. Pada 1958,
ia belajar di pusat Kota Ilmu, tempat Imam Ali bin Abi Thalib
dimakamkan, Najaf Asyraf, Irak. Di sana, Khamenei juga dibimbing
langsung oleh para mujtahid besar Hauzah Najaf, yaitu Al-Marhum Muhsin
al-Hakim, Sayyid Abul Qosim al-Khu'i, Sayyid Mahmud Syahrudi, Mirza
Baqir Zanjani, Sayyid Yahya Yazdi, dan Mirza Hasan Bujnuwardi. Ayahnya
tak mengizinkan Khamenei menetap di Irak, dan minta kembali ke Mashad.
Khamenei
akhirnya mondok di kota suci Qom, belajar di bawah bimbingan
tokoh-tokoh utama Hauzah Qom; Ayatullah al-Uzhma Burujurdi, Imam
Khomeini, Syeikh Murtadha al-Hairi Yazdi, dan Allamah Thabathaba’i. Pada
1965, Khamenei kembali ke Mashad, selain untuk belajar dan berkhidmat
kepada ayah dan ibu yang telah lanjut usia dan sakit-sakitan, beliau
juga sibuk mengajar fiqih, ushul, dan berbagai pengetahuan agama yang
lain kepada para santri muda dan mahasiswa.
Ayatullah Khamenei
mengaku bahwa dirinya adalah "salah satu murid Imam Khomeini di bidang
fiqih, ushul, politik, dan revolusi". Ayatullah Khamenei datang ke Qom
mendampingi Imam Khomeini memulai gerakan revolusi dalam menentang rezim
Muhamad Reza Pahlevi, anak emas Amerika Serikat. Pada bulan Muharam
1963, Imam Khomeini memberikan mandat kepada Khamenei untuk menyampaikan
pesan buat Ayatullah Milani dan segenap ulama di Provinsi Khurasan
berkenaan dengan agenda dakwah para rohaniawan pada Muharam untuk
memorak-porandakan sistem politik rezim Pahlevi sebagai antek-antek
Amerika dan menjelaskan situasi terakhir Iran dan segala kejadian yang
terjadi di kota suci Qom. Karena aktivitas dakwahnya enam kali selama
pemerintahan Shah, Khamenei ditangkap dan ditahan.
Menjelang
tumbangnya Shah, Khamenei diasingkan dari Mashad ke Iransyahr. Di ambang
kemenangan revolusi Islam, sebelum kembalinya Imam Khomeini dari Paris
ke Teheran, Khamenei ikut mendirikan komite revolusi Islam (Syura iy
inqilab Islamiy) bersama Syahid Muthahhari, Syahid Behesti, Hashemi
Rafsanjani, dan Musawi Ardabeli. Setelah tumbangnya Shah, Khamenei
menjadi wakil Imam Khomeini pada komite tinggi pertahanan (syuraye ‘ali
difa’). Sejak Imam Khomeini meninggal, Khamenei menggantikannya menjadi
pemimpin besar, sekaligus marja besar.
Karya-karya Ayatullah
Khamenei antara lain Pemikiran Islam dalam Al-Quran secara Global, Empat
kitab standar dalam Ilmu Rijal, Catatan Historis dan Masa Kini Hauzah
Ilmiyah, Pemimpin yang Benar, Persatuan dan Partai, dan lain sebagainya.
Ayatullah Muhammad Imami Kasyani
Jumat
awal tahun ini, di tengah musim dingin, Ayatullah Muhammad Imami
Kasyani tak mau melepaskan diri dari kewajibannya menjadi Imam dan
khatib salat di Universitas Teheran. Ulama bersorban putih anggota Dewan
Penjaga Undang-Undang dan pengurus sekolah tinggi Syahid Muthahhari ini
dikenal ketakwaannya. “Beliau ini ulama yang paling berakhlak, jika
ceramah tak mau menyinggung siapa pun,” ujar Muhammad Amir, veteran
perang Iran-Irak, kepada Tempo.
Kasyani menyelesaikan studinya di
hauzah ilmiyah Qom dengan para guru, ulama-ulama besar Ayatullah
Al-‘Uzhma Burujerdi, Imam Khomeini, dan Allamah Thabathaba’i. Sebagai
murid Imam Khomeini, Kasyani punya andil dalam revolusi Islam Iran.
Pascakemenangan dalam revolusi, ia terpilih untuk duduk di Majelis Syura
Islami (parlemen Iran). Setelah itu ia terpilih sebagai anggota Dewan
Ahli untuk memilih pemimpin tertinggi spiritual.
Kasyani ditunjuk
Imam Khomeini menjadi anggota Dewan Penjaga Undang-undang Dasar yang
terdiri dari fuqaha dan pakar-pakar hukum. Selain itu ia memimpin
Sekolah Tinggi syahid Muthahhari, salah satu pusat pendidikan tinggi
terpenting di Republik Islam Iran. Lembaga pendidikan itu menerapkan
teori pengajaran dan pendidikan khusus, yaitu menggabungkan sistem
pendidikan hauzah dan pendidikan universitas. Ratusan orang yang lulus
dari sekolah ini menjadi sarjana-sarjana yang mampu menerapkan
teori-teori agama dalam bidang hukum, filsafat, dan teologi Islam,
khususnya atas hukum dan filsafat Barat.
Ayatullah Imami Kasyani
kerap menjadi imam dan khatib Jumat di Teheran yang khutbah-khutbahnya
menjelaskan perihal akhlak. “Jika ingin merayakan acara Asyura jangan
berlebihan dan gunakanlah akal,” pesannya, Jumat itu.
Ayatullah al-Uzhma Syeikh Muhammad Taqi Bahjat Fumani
Ayatullah
Bahjat—begitu ia biasa dipanggil para santrinya. Ia seorang ulama dan
faqih terkenal kota Qom dan mengajar pada jenjang Bahtsul Kharij fiqih
di Hauzah Ilmiah Qom. Ulama kelahiran kota Fuman ini terkenal karena
kezuhudan dan irfannya.
Pendidikannya dimulai di Madrasah Diniyah
tradisional di Fuman dan dilanjutkan dengan pendidikan hauzah. Setelah
menyelesaikan pendidikan tata bahasa Arab di kota kelahirannya, Bahjat
pergi ke Qom. Lalu pergi ke Karbala, Irak, berguru pada Ayatullah
al-Uzhma Abul Qasim Khu`i. Tak puas di situ saja, Bahjat melanjutkan
pendidikannya di Najaf Asyraf, menjadi murid langsung Akhund Khurasani,
penulis kitab Kifayatul Ushul.
Bahjat juga belajar pada Syekh
Agha Dhiya’ Iraqi dan Syeikh Mirza Na`ini, dan Ayatullah Syeikh Muhammad
Gharawi Isfahani yang terkenal dengan nama Syeikh Kompani. Selain dari
ulama-ulama tersebut, Bahjat belajar ilmu fiqh dan ushul dari Ayatullah
al-Uzhma Sayid Abul Hasan Isfahani dan Syeikh Muhammad Kazhim Syirazi.
Bahjat
juga belajar kitab Isyarat karya Ibnu Sina dan Al-Asfar karya Mulla
Shadra pada Sayid Husain Badkubei. Kembalinya ke Iran, Bahjat berguru
pada Ayatullah al-Uzhma Kuhkamarei dan menghadiri pelajaran fiqih dan
ushul Ayatulah al-Uzhma Burujerdi. Setelah lebih dari 50 tahun mengajar
pada jenjang Bahtsul Kharij tinggi ilmu fiqih dan ushul, Bahjat yang
termasuk marja’ taqlid (ulama yang patut diikuti/rujukan) zaman ini,
memilih mengajar di rumah sendiri untuk menghindari ketenaran yang dapat
merusak keikhlasan. (A.T)
sumber : www.ahmadtaufik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar