Jember (beritajatim.com) - Aliran keagamaan apapun, termasuk Syiah, berhak hidup di Indonesia. Namun semua penganut aliran itu tidak boleh ekspansif.
Demikian
pendapat Moch. Eksan, intelektual muda dan Sekretaris Lembaga Dakwah
Nahdlatul Ulama Jember, Jawa Timur. "Yang terpenting, semua aliran yang
menahan diri agar tak 'mencaplok' umat orang lain. Ini yang rawan.
NU-isasi atau Syiah-isasi yang berbahaya bagi keutuhan dan kesatuan
umat," katanya.
Eksan menyarankan, dialog digalakkan. "Bukan
dalam rangka debat yang berisi tarjih kesahihan ajaran masing-masing,
melainkan untuk membangun bersamaan dan kesamaan," katanya. Energi umat
tidak boleh habis untuk berkonflik, melainkan untuk menyejahterakan
bangsa.
"Buku yang menyerang, yang anti-NU, anti-Syiah dan yang
lain, dibatasi. Debat-debat juga mulai dibatasi agar tak menyulut amarah
umat. Dan yang terpenting, stop mulai sekarang menyalahkan aliran lain,
terutama di hadapan publik." kata Eksan.
Eksan mengusulkan agar
umat selektif dalam memilih penceramah keagamaan. "Bila ada kiai, ustadz
atau siapa pun yang sektarian dalam berdakwah, umat harus menyeleksi,
agar tokoh seperti diafkir aja, kendati dakwahnya lucu," kata pengasuh
Pesantren Mahasiswa Nurul Islam 2 Mangli Jember ini.
Eksan
menyerukan agar media massa memberikan ruang terbuka bagi para juru
dakwah yang menyeru pada kedamaian dan persatuan. "Dakwah yang sejuk dan
teduh diberi tempat yang seluas-luasnya, untuk memberi kenyamanan dalam
transformasi agama," katanya. [wir]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar